Kamis, 22 Desember 2016

BSA C biografi sastrawan

Laporan Hasil Wawancara
Diajukan untuk memenuhi UAS Mata Kuliah Sastra Indonesia
Dosen Pengampu :
Dr. Usman Supendi, M. Pd

KATA PENGANTAR

Puji syukur alhamdulillah Allah selalu memberikan jalan dan kelancaran di setiap masalah hambanya, bahkan tugas tugas nya yang super padat di minggu-minggu terakhir ini, khususnya kami mahasiswa/i semester 3 Jurusan Bahasa dan Sastra Arab Fakultas Adab dan Humaniora.
              Tak terkecuali kami haturkan terimakasih kepada dosen yang berhak memberi kami tugas dan nilai sesempurna mungkin , begitu yang kami harapkan, yang menjadi panutan dan bimbingan untuk kami, untuk bisa belajar mengenai sastra-satra yang ada di dunia terutama satra indonesia.Terimakasih untuk dosen kami, bapak Dr. Usman Supendi, M. Pd
mengajarkan kami banyak hal terutaman menulis karya sastra bahkan cara-caranya. Sekali lagi, kami mohon kebesaran hati untuk dapat di terimanya Hasil wawancara kami, yang masih jauh dari kesempurnaan tugas yang di harapkan. Kami mohon kritik dan saran dari semua pihak yang bersangkutan baik umum dan khusus, khusus nya untuk penulis Hasil wawancara  ini sendiri.
                                                               
                                                                       Bandung, 12 desember 2016
                                                                  
                                                                                    
                                                                              
Penulis




KATA PENGANTAR……………………………………………………………..i
DAFTAR ISI……………………………………………………………………...ii
ABDULLAH MUSTAPPA.........................................................................1

SONI FARID........................................................................................4
MAULANA  NANANG SUPRIATNA .............................................14
ROSYID E. ABBY.............................................................................,17
YUS R ISMAIL.....................................................................................................24
CECEP BURDANSYAH.......................................................................................27
HERMAWAN AKSAN.........................................................................................36
DADAN SUTISNA...............................................................................................39
AAN MERDEKA PERMANA.............................................................................50
AAM  AMALIA....................................................................................................54

DRS. YAYAT HENDAYANA M. SI     .................................................................59
US TIARSA R.......................................................................................................64






LAPORAN HASIL WAWANCARA KELOMPOK 1

Di susun Oleh :
Resa Indra Riadi         ( 1155020082 )
Abdul Aziz Husaini    ( 1155020002 )
Laporan Hasil Wawancara
A.    Waktu dan Tempat Kegiatan
Acara dilaksanakan pada :
Hari                 : Minggu, 11 November 2016
Pukul               : 10. 30 s/d selesai
Tempat            : Kediaman rumah bapak Abdullah Mustappa
B.     Laporan Hasil Wawancara
Narasumber     : Abdullah Mustappa
Pewawancara  : Neng Naza Atussaidah
Juru Tulis         : Neng Naza Atussaidah
Juru Rekam     : Ummu Kulsum

Hasil Wawancara
Pertanyaan pembuka :
1.      Selamat siang, pak. Maaf kedatangan kami mengganggu waktu aktifitas bapak.
Siang, iya tidak apa-apa
2.      Bagaimana proses bapak menjadi seorang penulis yang sukses?
Dulu, setelah bapak lulus SMA, bapak kuliah tapi tidak lanjut. Bapak pernah kerja serabutan, menjadi pegawai negeri sebentar (tidak betah). Kemudian masuk ke dunia Jurnalistik tanpa sengaja.  Ada beberapa teman yang mengajak untuk menulis, memang sebelumnya bapak pernah menulis di Pikiran Rakyat, Mangle (majalah hiburan), Majalah Tempo, tapi tanpa ada pengetahuan tentang dunia jurnalistik.
3.      Apa yang membuat bapak tertarik untuk menulis ?
Pada waktu itu bapak tertarik dengan novel karya Nur Cholis Madjid yang berjudul Atheis. Bapak lebih banyak menulis karya dalam bahasa sunda, meskipun pada awalnya bapak juga pernah menulis dalam bahasa Indonesia di Kompas, Mimbar Demokrasi, dan Sinar Harapan.
Bapak kurang produktif dalam menulis karya fiksi seperti cerpen maupun lainnya. Bapak lebih sering menulis essai di Galura yang sampai sekarang masih ada di rubrik, menulis “Kaca Tilu” setiap minggu.
4.      Bagaimana cara belajar menjadi seorang penulis yang benar?
Perbanyaklah membaca, mau itu bacaan fiksi ataupun non fiksi. Dengan membaca kita dapat mengetahui bagaimana sturuktur kalimat yang benar.
Menulis adalah salah satu cara membuat pemikiran kita menjadi lebih tertib. Mengapa? Karena ketika kita menulis, setiap kalimat yang akan kita sampaikan harus kita baik dan tertib, mana kata yang cocok dan tidaknya, tidak asal menulis saja.
5.      Karya apa saja yang telah bapak hasilkan ?
Cerpen yang berjudul “Titimangsa” terbitan Kiblat, mendapat anugrah menjadi puisi terbaik. Kemudian bapak juga menulis cerpen, essai, artikel dan juga terjemahan. Bapak lbih dominan menulis dalam bahasa sunda
6.      Jika ketika kita menulis merasa jenuh, bagaimana cara mengembalikan  seperti awal lagi ?
Main, bapak sering menghadapi hal seperti itu. Kalo baca mah kan males ya. Tinggalkan saja, cari akifitas lain seperti olahraga, ngobrol dengan teman atau menonton film. Cari aktifitas yang tidak berkaitan dengan apa yang kita sedang tulis. Jadi kita membutuhkan dunia lain secara bahasa kasar nya mah.
Jangan dipaksakan. Kadang tulisan yang tidak tamat itu bisa kita lanjutkan kadang tidak sama sekali, carilah tema yang lain.
Hal seperti itu pasti dialami oleh setiap penulis, sekalipun dia sudah jago dalam menulis.
7.      Tolong berikan kami motivasi sebagai penulis pemula agar bisa menjadi penulis maupun pengarang yang sukses seperti bapak.
Bapak sendiri belum merasa sukses sebagai pengarang. Mulailah menulis, dari hal kecil seperti menulis buku harian (diary) dengan begitu kalian akan terbiasa dengan hal menulis, jangan takut untuk memulai, jangan takut untuk berkarya. Karenan pengakamn adalah guru terbaik. Dari pengalaman kita bisa belajar menjadi lebih baik. Dan perbanyaklah membaca, baik itu bacaan fiksi maupun non fiksi.

LAPORAN WAWANCARA 2

Oleh
Gias L Khaidir Padil                           (1145020041)
Abdul Latif Yaganagi                         (1155020003)
Hera Nurhidayah                                (1155020045)
Laporan Hasil Wawancara
I.                   Topik Wawancara
Menggali Ilmu dari Sastrawan Soni Farid Maulana
II.                Waktu dan Tempat Kegiatan
Hari / Tanggal : Senin, 28 November 2016
Pukul               : 15.30 WIB
Tempat            : Jln. Mekar Bumi Asri Rahayu
III.             Laporan Hasil Wawancara
-          Biografi Narasumber
Soni Farid Maulana dilahirkan pada tanggal 19 Februari 1962, di Tasikmalaya, Jawa Barat. Beliau adalah anak dari pasangan R. Sarah Solihati dan R. Yuyu Yuhana bin H. Sulaeman. Beliau lulus kuliah di Akademi Seni Tari Indonesia (kini Sekolah Tinggi Seni Indonesia) pada tahun 1986 dan jurusan yang dipilihnya adalah Teater.
Beliau juga aktif menulis puisi, esai, prosa, dan laporan jurnalistik di Harian Umum Pikiran Rakyat. Puisi-puisi yang dibuatnya bukan hanya berbahasa Indonesia, tapi juga berbahasa Sunda. Sebagai penyair, beliau pernah membacakan sejumlah puisinya di berbagai acara, yakni South East Asian Writers Conference di Filipina (1990), Festival de Winternachten di Belanda (1999), Puisi Internasional Indonesia di Bandung (2002), International Literature Biennale 2005: Living Together di Bandung, dan sejumlah acara lainnya yang diadakan oleh Dewan Kesenian Jakarta di Taman Ismail Marzuki.
Puisinya pun diterjemahkan ke berbagai bahasa, yakni ke bahasa Inggris, Jerman, Belanda, dan Cina. Kumpulan puisinya yang sudah terbit antara lain, Variasi Parijs van Java (2004), Tepi Waktu Tepi Salju (2004), Selepas Kata (2005-2005), Secangkir Teh (2005), Sehampar Kabut (2006), Angsana (2007), dan sebagainya.
-          Karya – Karya Narasumber
·         Karya Tunggal
1. Variasi Parijs van Java (PT. Kiblat Buku Utama, 2004)
2. Secangkir Teh (PT. Grasindo, 2005)
3. Sehampar Kabut (Ultimus, 2006)
4. Angsana (Ultimus, 2007) 
5. Opera Malam (PT. Kiblat Buku Utama, 2008) 
6. Pemetik Bintang (PT Kiblat Buku Utama, 2008) 
7. Peneguk Sunyi (PT Kiblat Buku Utama, 2009) 
8. Mengukir Sisa Hujan (Ultimus, 2010) 
9. Disekap Hujan (Kelir, 2011)
10.  Telapak Air (KSLS, 2013)
11.  Arus Pagi (Rumah Baca Ilalang, 2015)
·         Karya Bersama
1. Tonggak IV (PT Gramedia, 1987)
2. Winternachten (Stichting de Winternachten, Den Haag, 1999)
3. Angkatan 2000 (PT. Gramedia, 2001) 
4. Dari Fansuri Ke Handayani (Horison, 2001)
5. Gelak Esai & Ombak Sajak Anno 2001 (Penerbit Buku Kompas, 2001)
6. Hijau Kelon & Puisi 2002 (Penerbit Buku Kompas, 2002)
7. Horison Sastra Indonesia (Horison, 2002)
8. Puisi Tak Pernah Pergi Penerbit Buku Kompas, 2003)
9. Nafas Gunung (Dewan Kesenian Jakarta, 2004)
10.  Living Together (Kalam, 2005)
11.  Antologia de Poéticas (PT Gramedia, 2009)
12.  Negeri Abal-Abal (Kosakatakita, 2013)
13.  Teras Belakang (KSLS, 2014)
14.  Negeri Langit (Kosakatakita, 2014)
15.  Setebas Malam (Rumah baca Ilalang, 2015)
·         Karya Berbahasa Sunda
1.   Kalakay Méga (Cetakan 3, 2007, CV Geger Sunten)
2.   Angin Galunggung (CV. Geger Sunten, 2012) 
3.   Saratus Sajak Sunda (CV Geger Sunten 1992)
4.   Sajak Sunda Indonesia Emas (CV. Geger Sunten, 1995)
5.   Antologi Puisi Sajak Sunda (PT. Kiblat Buku Utama, 2007)
·         Esai
1.   Pintas Puisi Indonesia (Jilid 1, PT. Grafindo, 2004, dan Jilid 2, 2007)
2.   Apresiasi dan Proses Kreatif Menulis Puisi (PT. Nuansa Cendekia, 2012)
3.   Menulis Puisi Sebuah Pengalaman (KSLS, 2013)
·         Cerpen
1.   Orang Malam (Q-Press, 2005)
2.   Empat Dayang Sumbi (Komunitas Sastra Lingkar Sastra Selatan, 2011)
-          Proses Menjadi Sastrawan
Bermula dari kebiasaan almarhumah Oneng Rohana, nenek saya tercinta, yang kerap kali membawa saya ke berbagai tempat acara tembang sunda cianjuran, di Kota Tasikmalaya, kota kelahiran saya. Saat itu, saya masih kanak-kanak, sejak belum masuk sekolah dasar (SD) hingga duduk di Kelas I-D SMP Negeri II Tasikmalaya, pada tahun 1976 lalu.
Pada zamannya, almarhumah nenek saya dikenal sebagai guru tembang sunda cianjuran. Ketika ia tengah mengajar murid-murid kesayangannya, atau ketika ia tengah menembang dalam acara yang lain, saya kerap tertidur dipangkuannya. Waktu bergulir. Ketika saya mulai bisa membaca dan menulis, lebih tepatnya ketika duduk di bangku SD Sukasari I, Tasikmalaya, saya sering disuruh oleh nenek saya membaca teks tembang sunda cianjuran dari buku-buku yang sudah sobek, kemudian nenek saya menyalinnya kembali di buku yang baru dengan tulisan tangannya sendiri berdasar pada teks yang saya baca.
Dalam pandangan saya, ketika teks tembang sunda cianjuran tidak dilantunkan, teks tersebut lebih dan tidak kurang serupa dengan lirik-lirik puisi, yang ditulis dengan hukum-hukum tertentu. Setiap larik dalam teks tersebut terikat oleh jumlah suku kata, rima, dan tema. Banyak kalangan mengatakan jenis puisi yang demikian dalam sastra Sunda disebut dangding. Salah seorang penyair Sunda kenamaan yang menulis dangding adalah Hasan Mustapa.
Ada pun perkenalan saya dengan puisi modern, dalam hal ini yang ditulis dalam bahasa Indonesia, saya mulai mengenalnya ketika duduk di bangku SMP Negeri II Tasikmalaya. Saat itu, Ibu Ira, guru pelajaran bahasa dan sastra Indonesia, mengajarkan di depan kelas tentang pantun yang kemudian berlanjut pada puisi Amir Hamzah dan Chairil Anwar di bulan-bulan berikutnya. Saya mulai tertarik dengan puisi, saat Ibu Ira membacakan puisi Amir Hamzah berjudul Padamu Jua di depan kelas. Pada pertemuan berikutnya saya disuruh membaca puisi Doa, masih karya Amir Hamzah di depan kelas. Konon kata Ibu Ira pada saat itu, suara saya cukup bagus. Lalu ia memberi saran kepada saya untuk membaca puisi dari buku-buku puisi yang ada di perpustakaan sekolah.
Ketika nenek saya meninggal dunia pada tahun 1976, saat itu saya duduk di bangku SMP Negerei II Tasikmalaya Kelas I-D, kwartal kedua, saya gelisah bukan kepalang. Saya seperti kehilangan pegangan. Dalam rasa kehilangan itu, malamnya sepulang dari pekuburan saya menulis dua buah puisi, masing-masing berjudul Kamar dan Di Pemakaman. Gaya pengucapan kedua puisi tersebut saya akui dengan jujur banyak dipengaruhi oleh gaya pengucapan Chairil Anwar yang liris itu. Adanya pengaruh yang demikian besar pada masa-masa awal kepenyairan saya, tidak akan saya tolak atau saya pungkiri. Saya kira itu wajar. Kedua puisi tersebut kemudian saya himpun dalam antologi puisi Pemetik Bintang (1976-1986). Buku terbut diterbitkan oleh PT Buku Kiblat Utama pada Oktober 2008.
Selanjutnya ketika saya duduk di bangku SMA Pancasila, Tasikmalaya, guru bahasa dan sastra Indonesia, Ibu Aisyah namanya memperkenalkan saya pada buku Dukamu Abadi karya Sapardi Djoko Damono. Ketertarikan saya terhadap puisi kian menjadi-jadi. Saat itu, tahun 1980, sahabat saya Permadi Betarakusuma menyarakan kepada saya untuk mengirimkan sejumlah puisi yang saya tulis ke HU Pikiran Rakyat. Di Koran ini, penyair Saini KM mengasuh rubrik puisi, yang diberi nama Pertemuan Kecil.
Lewat rubrik Pertemuan Kecil saya mulai mengenal nama penyair Acep Zamzam Noor dan Beni Setia, selain Juniarso Ridwan dan Yessi Anwar. Saya pun mencoba mengirimkan sejumlah puisi ke media tersebut. Hasilnya banyak yang ditolak. Dari bulan Januari 1980 mengirim puisi secara terus-menerus baru dimuat pada bulan September 1980, entah kiriman yang keberapa. Setelah itu lantas di muat di Majalah Gadis, Hai, dan Majalah Puteri yang rubrik puisinya diasuh oleh penyair Taufiq Ismail.
Pada tahun 1982 saya mengembara ke Bandung, kuliah di Jurusan Teater Akademi Seni Tari Indonesia (ASTI) Bandung. Di Bandung saya ikut menginap di rumah kontrakan penyair Acep Zamzam Noor, yang saat itu mengontrak sebuah kamar di Jalan Titiran 27 Bandung. Di tempat Acep ini saya mulai mengenal sejumlah puisi yang ditulis oleh penyair Abdul Hadi WM, Wing Kardjo, Goenawan Momahad, Sutardji Calzoum Bachri, Saini KM dan Rendra. Koleksi buku-buku puisi Acep cukup lengkap. Di samping itu, di tempat Acep ini, saya mulai pula mengenal Majalah Sastra Horison, Basis dan Budaya Jaya.
Di Bandung wawasan saya tentang apa dan bagaimana puisi mulai berkembang setelah saya kenal langsung dengan penyair Saini KM, terutama dengan penyair Wing Kardjo almarhum yang sering saya temui di Cabang PT Pustaka Jaya yang berkantor di dekat Pasar Palasari, Jln. Banteng Bandung. Saat itu saya sering membeli buku puisi ke tempat tersebut. Di tempat inilah saya sering dikritik oleh Wing Kardjo setiap saya memperlihatkan puisi yang saya tulis. Di tempat ini pula Wing Kardjo memberi buku kepada saya tentang Puisi Prancis Modern yang diterjemahkannya ke dalam bahasa Indonesia, selain itu menyarankan pula membeli kumpulan puisi Parsi Klasik yang diterjemahkan oleh penyair Sapardi Djoko Damono. Sejak itu saya mulai tertarik dengan gaya pengucapan puisi Prancis Modern yang surealistik, dan simbolik itu, seperti apa yan ditulis oleh Charles Baudelaire dan Arthur Rimbaud. Demikian pula dengan puisi-puisi liris religius dari Rumi, Attar, dan Sana’i.
Saya mencoba nulis, hasilnya saya ditertawakan Wing Kardjo. Lalu ia memberikan arahan bagaimana mengopersikan sebuah majas, metafora, atau simbol, baik dalam tataran semantik maupun sintaksis. Sayangnya, pertemuan saya dengan Wing Kardjo sangat singkat, karena Wing Kardjo keburu menyusul Ajip Rosidi ke Jepang, ngajar di sana. Meski pun demikian setiap pulang ke Bandung selalu mengontak saya, bicara soal puisi.
Pada tahun-tahun berikutnya saya tidak hanya mengirimkan puisi untuk dipublikasikan di Pertemuan Kecil yang seringkali dikritik oleh Saini KM, tetapi juga mencoba mengirimkan puisi ke HU Berita Buana yang lembaran puisinya diasuh oleh penyair Abdul Hadi WM. Hasilnya, puisi yang tidak dimuat oleh Saini KM dimuat oleh Abdul Hadi WM. Hal itu menanamkan sebuah keyakinan kepada saya, bahwa dimuat dan tidak dimuatnya sebuah puisi pada satu sisi bukan hanya ditentukan oleh bagus dan tidak bagusnya puisi, tetapi juga sangat ditentukan oleh selera redaksi sebagai penguasa rubrik.
Pada tahun 1986, setelah sering memublikasikan puisi di HU Berita Buana, untuk pertamakalinya saya diundang oleh DKJ untuk membacakan sejumlah puisi di Taman Ismail Marzuki (TIM) Jakarta, dalam forum Temu Budaya 1986. Selanjutnya saya berkali-kali diundang DKJ untuk membacakan puisi yang saya tulis di TIM, Jakarta. Selain satu panggung dengan penyair Beni Setia dan Acep Zamzam Noor, saya pernah pula sepanggung dengan penyair Nirwan Dewanto.
Sejak puisi saya banyak dipublikasikan di berbagai media masa cetak pada saat itu, dan sejak diundang baca puisi dalam forum Puisi Indonesia 1987 yang digelar oleh DKJ banyak kalangan mengatakan bahwa saya termasuk salah seorang penyair Indonesia saat ini, yang muncul pada tahun 1980-an. O, ya, selain dipublikasikan di HU Pikiran Rakyat, dan HU Berita Buana, juga dipublikasikan di HU Pelita yang rubrik sastranya pada saat itu diasuh oleh penyair Sutardji Calzoum Bachri. Selain itu juga dipublikasikan di Majalah Sastra Horison, yang rubrik puisinya pada saat itu juga diasuh oleh penyair Sutardji Calzoum Bachri. Media massa lainnya yang pernah memuat puisi saya dewasa ini adalah HURepublika, HU Kompas, dan HU Koran Tempo.
Dalam perjalanan lebih lanjut sebagai penyair, saya segenerasi dengan penyair Acep Zamzam Noor, Dorothea Rosa Herliany, Nirwan Dewanto, Agus R. Sardjono, Jamal D. Rahman, Isbedy Setiawan, Ahmadun Yosi Herfanda, Ahmad Nurullah, dan Ook Nugroho untuk menyebut sejumlah nama. Selanjutnya, penyair Rendra pernah pula mengundang saya untuk membacakan sejumlah puisi yang saya tulis di Bengkel Teater Rendra, di Cipayung-Depok, Jawa Barat pada tahun 1989, sebelum saya pergi ke Filipina mengikuti acara South East Asian Writers Conference IV di Queezon City Filipina. Saat itu saya pergi antara lain bersama cerpenis Leila S. Chudori, penyair Dorothea Rosa Herliani, dan Arie MP Tamba, dengan ketua rombongan novelis Mochtar Lubis. Inilah pengalaman pertama saya naik pesawat terbang, menegangkan.
Sejak itu, saya berkali-kali diundang mengikuti berbagai forum puisi, baik berskala nasional maupun internasional, seperti forum Festival de Winternachten di Den Haag, Belanda (1999), Festival Puisi Internasional Indonesia yang diselenggarakan oleh penyair Rendra di Bandung (2002). dan International Literary Biennale: Living Together 2005 di Bandung, yang diselenggarakan oleh Teater Utan Kayu, Jakarta, dan beberapa forum lainnya yang terlalu panjang untuk saya sebutkan. Semua itu semakin menyadarkan saya, bahwa saya manusia biasa.
-          Kiat – Kiat Menjadi Sastrawan yang Sukses
Sebagai seorang penyair dan wartawan, Soni Farid Maulana memiliki pandangan yang luas disertai kemampuan menulis esai yang berpijak kaidah jurnalistik. Setiap esai mengupas karya para penyair secara simple namun akurat. Simpel artinya berdasarkan pemilihan objek-objek karya yang layak diapresiasi dengan mengedepankan akurasi penilaian.
Beliau juga tak lupa untuk menyarankan kami untuk sering membaca buku, apa saja, minimal dalam satu hari kita bisa meluangkan waktu 2 jam untuk membaca buku.
Dalam mengirimkan karya sastra, beliau menyarankan kami agar tidak mudah pantang menyerah, terus saja kirim sampai redaktur itu merasa bosan dengan kita dan akhirnya memuat. Tapi tentu apabila yang kita kirim itu tidak dimuat kita harus mengkoreksi diri dengan cara membandingkan karya kita dengan karya orang yang dimuat. “Jadi kita harus menjadi kritikus yang kejam bagi karya kita sendiri.” Itulah kiat – kiat motivasi dari pa Soni Farid Maulana yang paling menusuk.



IV.             Kesimpulan dan Saran
a.       Kesimpulan
Setelah dilakukan wawancara dapat kami simpulkan bahwa tujuan kami tercapai salah satunya memperoleh informasi dari narasumber, kita mendapatkan ilmu lebih banyak langsung dari sastrawannya.
b.      Saran
Diadakan bedah buku atau seminar – seminar mengenai buku – buka bapak Soni Farid Maulana.
                   



                    LAPORAN HASIL WAWANCARA KELOMPOK 3


Oleh :
Ahmad Syarif                  (1155020110)       
Reza Yusuf                      (1155020083)           
Ahmad Rifai                    (1155020007)         
Rima Rahmawati             (1155020085)
Tubagus Wilman F          (1155020110)

Nanang Supriatna, Sastrawan Sunda yang lahir di Ciamis kini tengah menjalani profesi sebagai wartawan koran sunda Galura sejak tahun 1997. Beliau sempat menjadi dosen di UNINUS (Universitas Islam Nusantara) selama tiga tahun, yakni dari tahun 2011 sampai tahun 2014. SD hingga SMA di Ciamis, merantau ke Semarang untuk melanjutkan study S1-nya di jurusan Sastra Indonesia dan lulus tahun 1993. Aktivitas beliau selain menjadi wartawan di Galura juga tengah disibukkan dengan pembuatan LKP (Lembaga Kursus dan Pelatihan) di Ciamis.
 Karya sastra pertama beliau dalam bahasa Sunda tahun 1987 dimuat di majalah Sunda mangle dengan judul “Tetekon” dan “Diculik”. Tahun 1996 meraih juara harapan 1 di Matra, selain itu karangan lainnya yang berjudul “siskamling” dimuat pula di metro, dan baru-baru ini di tahun 2016 cerpennya yang berjudul “Guru” meraih juara dua dalam lomba mengarang cerpen kreatif sosial di UPI. Tulisan-tulisan lainnya lebih banyak dimuat di Semarang. Dari berbagai tulisannya beliau belum mencoba menulis puisi, beliau mengakui bahwa ia lebih tertarik untuk menulis prosa.
Ada 4 buku yang telah diterbitkan dalam bahasa Sunda, tiga diantaranya mengenai peribahasa, pidato, dan cerita anak. Memilih bahasa Sunda karena pemasarannya lebih mudah. Di Jawa Barat sendiri ada Peraturan Daerah (PERDA) mengenai  Pemiliharaan Aksara Bahasa dan Sastra Sunda sehingga buku didistribusikan ke sekolah-sekolah.
Beliau sudah menyukai aktifitas membaca sebelum duduk di Sekolah Dasar, kemudian seiring waktu mulai berfikir “Saya juga bisa membuat karangan yang dimuat di koran atau majalah”. Berawal dari keinginan tersebut kemudian beliau mencoba menulis dalam buku catatan. Tulisannya disimpan sampai beliau duduk di bangku Sekolah Menengah Atas tepatnya kelas tiga SMA beliau baru berani mengirimkan karyanya ke majalah Sunda mangle, dimana tulisan pertamanya langsung dimuat. Itupun menjadi alasan mengapa beliau menyukai aktifitas menulis, karena merasa tertantang dengan karya-karya yang beliau baca, “orang lain bisa, kenapa saya tidak?”. Tidak ada tokoh yang menjadi sosok inspirator dalam pembuatan karya-karyanya.
Langkah awal beliau dalam membuat karangan yakni dituangkan terlebih dahulu semua yang ada dalam pikiran, disimpan, dibaca ulang, kemudian akan ditemukan kelemahan-kelemahannya, direfisi dari segi bahasa, alur, penokohan.
Sebelum masuk kuliah di jurusan Sastra Indonesia, beliau belum mengenal teori dalam menulis, tetapi setelah mendapat tambahan ilmu dari bidang yang beliau tekuni, beliau-pun berpedoman pada ilmu barunya tersebut.
Banyak membaca buku, mengikuti perkembangan informasi di media sosial, menonton TV, traveling, bergaul dengan banyak orang menurutnya adalah aktivitas seorang penulis. Karena dari situ seorang penulis bisa mendapatkan inspirasi.
Beliau mengibaratkan kemampuan seseorang dalam menulis dengan sebuah golok. Walaupun golok tersebut kualitasnya bagus tetapi jika tidak diasah maka akan tumpul. Sama halnya dengan menulis, walaupun ahli tetapi tidak terus dilatih akhirnya kemampuannya menjadi tumpul juga.
Dalam belajar mengarang yang benar seperti halnya artikel maupun cerpen harus ada intronya dan diakhir harus kembali kepada leadnya, sehingga ada suatu kesimpulan. Dari satu tulisan bisa dipecah menjadi beberapa tulisan. Untuk mengukur kemampuan kita dalam menulis, maka banyaklah mengikuti perlombaan-perlombaan menulis.
Ketika ingin agar tulisan kita dimuat di media masa seperti koran, karena setiap redaksi memiliki kebijakan tersendiri, maka langkah awalnya ialah membaca terlebih dahulu koran yang kita tuju, kemudain cari tau arahnya.
Menulis adalah ciri atau bukti dari intelektual pengarangnya. Ketika kuliah beliau terbantu dengan honor dari tulisan-tulisan yang dimuat di media masa. Setelah kuliah beliau sering menulis di galura, kemudian tahun 1997 menyepakati kontrak untuk menjadi penulis tetap di Galura. Kenapa di galura? Karena di Galura beliau memiliki banyak waktu untuk mengasah diri.
Pengarang yang sukses menurut sudut pandang beliau adalah pengarang yang mampu membuat karya sastra yang baik. Tetapi definisi dari sastra yang baik setiap orang berbeda, dan beliau memegang bahwa karya sastra yang baik ialah yang menyenagkan dan berguna. Maksudnya, ketika pembaca membaca sebuah karya sastra mereka merasa terhibur dan setelah membacanya ada nilai yang dapat diambil. Seperti halnya ketika mendengar sebuah lagu, akan ada hal-hal yang menyentuh ketika kita mendengarkannya. Jadi karya sastra bukan berarti harus berat, tetapi sederhana dan ada usaha untuk mengungkapkan suatu nilai. Sederhana tetapi berisi, sehingga dapat dipahami oleh semua kalangan, itulah sastra.
 Dalam menilai apakah sudah sukses atau belum, setiap manusia memiliki visi dan misi di mana visi tersebut akan menghasilkan visi-visi lainnya setelah visi sebelumnya  telah terwujud. Setelah suatu target tercapai maka akan ada targetan-targetan selanjutnya. Ketika kita sudah merasa sukses maka kita akan mencukupi diri dan membantasi usaha-usaha lainnya.
Status mahasiswa harus dimanfaatkan sebaik mungkin dengan banyak menulis, karena mahasiswa lebih dianggap berharga, lebih dihargai. Mudah diterima oleh pemerintah juga oleh masyarakat

LAPORAN HASIL WAWANCARA KELOMPOK 4

Oleh
Ahmad Nida Nurodin          ( 115502008 )            
Isha sholihat                         ( 1150020051)                      
Riska aggraeni                      ( 1150020086 )
1.      Waktu dan Tempat Kegiatan
Acara dilaksanakan pada :
Hari                       : 20,  November 2016
Pukul                     : 12.30 s/d selesai
Tempat                  : Sunda Galura, Grup Pikiran Rakyat
2.      Laporan Hasil Wawancara
Narasumber           : Rosyid E. Abby
Pewawancara        : Riska Agraeni
Juru Tulis               : Isha sholihat
Juru Rekam           : Ahmad Nida Nurodin
Hasil Wawancara
Pertanyaan pembuka :
8.      Selamat siang, pak. Maaf kedatangan kami mengganggu waktu aktifitas bapak.
kedatangan kami kemari ingin berbicang-bincang denga bapak,
iya silahkan, disini kami mempuyai beberapa pertayaan pak,
9.      Kami ingin mengetahui tentang biografi bapa?
ROSYIED E.ABBY  kelahiran Bandung, 19 september 1965 , jurusan jurnlistik di Akademi komunikasi masa (AKM) dari tahun 1985-1988, sutradara dan pengarang naskah lakon (teater), selain menulis skenario televisi, cerpen,puisi,esey,artikel, naskah sandiwara radio, baik berbahasa indonesia maupun sunda. Sering menerjemahkan, mengadaptasi, dan menyadur karya lakon indonesia dan dunia dalam bahasa sunda, diantaranya karya William Shakespeare, Anton Chekhov, Putu Wijaya, Moringgo Boesye, N. Riantirno, Molliere, Yudhistira ANM Massardhie, Utuy T. Sontani, dll. Sering pula tampil membaca puisi, menjadi juri dan pembicara kegiatan seni-budaya pada berbagai kesempatan, termasuk sering menjadi narasumber di stasiun televisi lokal.
Pekerjaan formal :
Wartawan surat kabar mingguan (SKM) sunda Galura, grup Pikiran Rakyat (1989-sekarang), dan kini (sejak 2003) dipercaya sebagai redaktur pelaksana.
Danpekerjaan lainnya adalah sebagai Dosen Fak. Ilmu Seni dan Sastra (FISS), Univertas Pasundan, untuk prodi Film dan fotografi serta Sastra Inggris.
10.  Karya apa saja yang telah bapak hasilkan ?
Beliau adalah Sosok wartawan, seniman, sutradara dan pengarang lakon (drama/teater), beliau  telah banyak menulis berbagai karya, seperti menulis skenario televisi, cerpen, puisi, essay, naskah sandiwara radio, baik berbahasa Indonesia mau pun dalam bahasa Sunda. sajak yag bejudul ”Pengembaraan Sunyi” da, “simponi Dunya Kelas Teri”  mendapat anugrah sebagai sajak terbaik ,
berikut adalah prestasi dan karya- karya beliau :
-          Prestasi
Juara III se-Jawa Barat untuk lomba penulisan esey Hari Kartini yang diselenggaralam oleh ITB (1987), dengan judul ”Ia Bukan Konde Bukan Pula Kebaya”).
Dianugerahi ”Hadiah Sastra” Lembaga Basa & Sastra Sunda (LBSS) tahun 2004 untuk puisi ”Sareupna” yang dimuat di SKM Galura.
Dianugerahi ”Hadiah Sastra” Lembaga Basa & Sastra Sunda (LBSS) tahun 2006, untuk puisi ”Senen Pasosore, 1” yang dimuat di SKM Galura.
Mendapat “Anugerah Budaya” (bidang sastra) dan memperoleh hadiah Kujang Mas dari Bupati Bandung (2011).
. karya tunggal :
-          pengembaraan sunyi (kumpulan sajak Indonesia, 2007)
-          sajak-sajak Rosyied E.Abby (kumpulan sajak sunda, 2010)
-          kabayan ngalanglang jaman (naskah drama sunda, 2010)
-          kasidah cinta sang abid (naskah drama sunda, 2010)
-           kasidah cinta jalma-jalma nu Iman (naskah drama sunda, 2011)
-          kasidah cinta sang Singa Allah (naskah drama sunda, 2011)
-          simfoni dunya kelas teri (kump. Sajak sunda, 2012)
Karya bersama antara lain :
-          Saratus sajak sunda (1992)
-          Sajak sunda Indonesia emas (1995)
-          Campaka mangkak (sajak dan cerpen sunda, 2011)
-          Surat keur Bandung (sajak sunda, 2006)
-          Sajak sunda (ed. Ajip rosidi, 2007)
Karya teater antara lain :
-          Lembah pengasingan (drama, penulis naskah/sutradara, 1984)
-          Aduh (drama putu wijaya, pemain, 1985)
-          Maharaja Prabu Siliwangi (drama Yoseph iskandar, pemain, 1987)
Televisi dan Film antara lain  :
-          Dalem boncel (drama televisi, pemain,TVRI sta. Bandung dan TVRI pusat)
-          Malingping (sinetron, pemain, TVRI sta. Bandung)
-          Ulis Odi (sinetron, pemain, TVRI sta. Bandung)
Karya tunggal :
-     pengembaraan sunyi (kumpulan sajak Indonesia, 2007)
-     sajak-sajak Rosyied E.Abby (kumpulan sajak sunda, 2010)
-    kabayan ngalanglang jaman (naskah drama sunda, 2010)
-                kasidah cinta sang abid (naskah drama sunda, 2010)
-     kasidah cinta jalma-jalma nu Iman (naskah drama sunda, 2011)
-      kasidah cinta sang Singa Allah (naskah drama sunda, 2011)
-    simfoni dunya kelas teri (kump. Sajak sunda, 2012)
Karya bersama antara lain :
-          Saratus sajak sunda (1992)
-          Sajak sunda Indonesia emas (1995)
-          Campaka mangkak (sajak dan cerpen sunda, 2011)
-          Surat keur Bandung (sajak sunda, 2006)
-          Sajak sunda (ed. Ajip rosidi, 2007)
Karya teater antara lain :
-          Lembah pengasingan (drama, penulis naskah/sutradara, 1984)
-          Aduh (drama putu wijaya, pemain, 1985)
-          Maharaja Prabu Siliwangi (drama Yoseph iskandar, pemain, 1987)
Televisi dan Film antara lain  :
-          Dalem boncel (drama televisi, pemain,TVRI sta. Bandung dan TVRI pusat)
-          Malingping (sinetron, pemain, TVRI sta. Bandung)
-          Ulis Odi (sinetron, pemain, TVRI sta. Bandung)
11.  Bagaimana cara belajar menjadi seorang penulis yang benar?
Perbanyaklah membaca, mau itu bacaan fiksi ataupun non fiksi. Dengan membaca kita dapat mengetahui bagaimana sturuktur kalimat yang benar. Butalah terlebih dahulu keragka cerita ketika kita igi meulis, karea
Menulis adalah salah satu cara membuat pemikiran kita menjadi lebih tertib. Mengapa? Karena ketika kita menulis, setiap kalimat yang akan kita sampaikan harus  baik dan tertib, mana kata yang cocok dan tidaknya, tidak asal menulis saja.
Ketika kita mempuyai ispirasa langsung catat
12.  Bagaimana proses bapak menjadi seorang penulis yang sukses?
Proses menulis sudah dimulai dari mulai lama sejak kelas 5 SD, bapak rosyied sendiri tidak ada hubungan ataupun turunan dari darah seni dari keluarga atau keturunannya, proses nya nyata, ketika SMP Beliau sudah mulai karya yang berbobot puisi, cerpen beliau biasa melampirkan karyanya di mading sekolah , banyak yang memuji karya beliau terutama kepala sekolah  , sehingga beliau mencoba menerbitkat karyanya tersebut . awalya beliau ragu tetapi akibat ada dorongan dari teman-temanya akhirya beliau pergi ke kota. selain menulis beliau juga sejak dari usia kelas 2 SMP (1981) tia bergabung dengan teater Ge-Er (sekarang Teater Bel), di Gelanggang Remaja yang sekarang berubah menjadi Gelanggang Generasi Muda (GGM) Bandung, asuhan Yesmil Anwar dan Erry Anwar. Kegiatannya dalam dunia jurnalistik dimulai sejak duduk di SMA (1984), berupa puisi, cerpen, wawancara, liputan musik/teater/budaya yang dimuat di Mingguan Sentana (Jakarta) dan Harian “Pelita” (Jakarta). Sejak duduk di bangku kuliah di Akademi Komunikasi Massa Bandung (1985), ia menulis di berbagai media Jakarta dan Bandung.
Kemudian beliau melanjutkan kuliah di  Jurusan Jurnalistik, Akademi Komunikasi Massa (AKM) Bandung (1985-1988).  Kemudian sejak tahun 1989, bergabung dengan H.U. Pikiran Rakyat dan dua tahun kemudian (1991) mendapat SK pengangkatan sebagai karyawan “PR” saat ii hingga  dan mendapat penempatan di anak penerbitan Sunda, Surat Kabar Mingguan (SKM) “Galura” hingga sampai saat ini. Menurut rencana bertepatan dengan Hari Ulang Tahun ke-50, Pikiran Rakyat, pada 24 Maret 2016, akan memberikan penghargaan “Cincin Emas Pikiran Rakyat” bagi karyawan yang telah memasuki masa kerja 25 tahun. Dalam kiprahnya menjelajah seni sastera, beliau  sering menterjemahkan, mengadaptasi dan menyadur karya lakon Indonesia dan Dunia dalam bahasa Sunda, diantaranya karya William Shakespeare, Anton Chekhov, Putu Wijaya, Motinggo Boesye, N. Riantiarno, Molliere, Yudistira ANM Massardhie, Utuy Tatang Sontani, Yusef Muldiyana, dan banyak lagi yang lainnya.
13.  Tolong berikan motivasi ketika kita sedang kehabisan ide untuk menulis ?
Hal seperti itu pasti dialami oleh setiap penulis, sekalipun dia sudah jago dalam menulis. bapak juga sering menghadapi hal seperti itu. Kalau bapak ketika menghapi situasi seperti yang pertama dilakukan baca kembali teks yang kita buat atau  cari akifitas lain seperti olahraga, ngobrol dengan teman atau menonton film. Cari aktifitas yang tidak berkaitan dengan apa yang kita sedang tulis. Jadi kita membutuhkan dunia lain secara bahasa kasarnya.. Jangan dipaksakan. Kadang tulisan yang tidak tamat itu bisa kita lanjutkan kadang tidak sama sekali, carilah tema yang lain.
14.  Tolong berikan kami motivasi sebagai penulis pemula agar bisa menjadi penulis maupun pengarang yang sukses seperti bapak.
Mungkin kalau dibilang sukses bapa masih proses lah belum disebutkan menjadi pengarang yang sukses seperti asma nadia tapi sedikit motivasi dari bapa: mulailah menulis dari hal kecil seperti menulis buku harian (diary) dengan begitu kalian akan terbiasa dengan hal menulis, jangan takut untuk memulai, jangan takut untuk berkarya. Karenan pengalaman adalah guru terbaik.  Lalu diskusikan karyamu entah itu dengan teman , keluarga   , Dan perbanyaklah membaca, baik itu bacaan fiksi maupun non fiksi  Dan janganlah putus asa ketika kita merasa sebuah ada penolakan  Dari pengalaman kita bisa belajar menjadi lebih baik..
15.  menurut beliau jua, ada beberapa sisi lain dalam membuat karya, prinsip beliau yakni :
ISIM STG , yang berarti :
I >  IMAJINASI (daya khayal)
S > SUASANA
I >  IRAMA 
M > MUSIKALITAS
S > SIMBOLISME
T> TEMA       
G>GAYA
Selain itu, harus mempunyai misi tertentu, naluri atau kepekaan serta terkonsepnya idealisme



LAPORAN HASIL WAWANCARA KELOMPOK 5


Diusun oleh :
Ahmad Reza Fahlevi           ( 1155020009 )
Jaki Iskandar Zulkarnaen     ( 1155020052 )
Siti Sarah Az-Zahra             ( 1155020103 )
BIOGRAFI  SASTRAWAN SUNDA YUS R ISMAIL
Yus R Ismail lahir pada tanggal 10 januari 1970 di Kamung Ranca kalong, Sumedang, Jawa Barat. Yus R Ismail merupakan sastrawan sunda yang telah menghasilkan beberapa karya seperti cerpen, puisi dan esay tentunya dalam bahasa sunda. Pada awalnya, Yus R Ismail dikenal sebagai pengarang berbahasa indonesia karena pada tahun 1990-an karyanya ( cerpen dan puisi ) banyak dipublikasikan di media berbahasa Indonesia. Selain di Pikiran Rakyat, Bandung Pos, Mitra Desa dan media yang terbit di Bandung lainya, karyanya juga sering terbaca di media yang terbit di Jakarta seperti Media Indonesia, Kompas, Republika, Koran Tempo, Nova, Citra, Horison dan lain lain.
Memang, sejak SD Yus R Ismail memiliki hobi membaca, belajar mengarang dan menulis, hanya saja tidak diterbitkan karena pada zaman dulu itu masih menggunakan mesin ketik. Tetapi ada juga yang yang membantu mengetikan karyanya menggunakan bahasa sunda. Dan beliau juga memiliki blog yaitu dongengyusrismail.blogspot.com yang didalam blog tersebut terdapat biografi, dongeng-dongeng karangannya dalam bahasa sunda. Karena pada awalnya memang beliau pengarang bahasa sunda, sejak SD hingga SMP karya yang dibuatnya berbahasa sunda. Tetapi ketika sudah memiliki mesin ketik sendiri, beliau justru banyak membuat karya menggunakan bahasa Indonesia terutama puisi dan cerpen bahkan sampai kuliah juga beliau banyak membuat puisi dan cerpen berbahasa Indonesia. Beliau kuliah di UNISBA jurusan Jurnalistik, setelah masa-masa kuliah berakhirpun beliau masih tetap membuat karya tapi kebanyakan cerpen berbahasa Indonesia.
Ada beberapa karya dan cerpen bahasa indonesia yang diterjemahkan dalam Bahasa Inggris, proses menerjemahkanya itu saat dimuat di koran, Jakarta Pos, Redaktur nya menerjemahkan dalam bahasa inggris. Sebelumnya ada  cerpen yang diterjemahkan oleh prof. C.W. Waston ( Profesor Camp Univercity Inggris ). Pada tahun 2013 pernah ada cerpen yang dimuat di Tribun Jabar yang berjudul “Neng Maya” yang didalamnya terdapat cerita Imah Kontrakan. Selain itu juga ada majalah yang di muat di London yang justru awalnya merupakan cerpen bahasa sunda. Apabila ingin menjadi seorang pengarang itu tentunya harus ada keinginan, rajin membaca, dan berlatih menulis sesering mungkin. Bila dalam membuat karya tetapi imajinasinya kurang janganlah menyerah dan tetap bekarja keras untuk membuat suatu karangan atau karya. Beliau berkata “.
pengarang yang sukses itu ada yang mapan dari harta seperti Terelie, Asma Nadia, tetapi nmenurut beliau setiap penulis itu berbeda-beda, yang terpenting adalah yang bisa selalu stabil, semakin lama semakin bijak, tulisannya semakin memberikan isi yang mencerahkan, tapi kita juga harus bisa belajar mengarang yang bagus. Apabila ingin suatu karangan itu laku, maka harus bisa menarik perhatian dan memotivasi seperti dalam istilah “ kalau ingin menjadi pengarang yang besar, maka harus menjadi pencuri besar”  dalam artian apabila ingin membuat suatu karya kita harus bisa mencuri ide dari pengarang yang besar dan karangannya laku. Cotoh karya Asma Nadia laku karna tulisannya menarik, dibalik itu pula hebat dari segi promosi. Berbeda dengan Terelie yang tidak begitu booming seperti Asma Nadia, tetapi karya-karyanya banyak diminati dan populer meskipun tidak begitu dikenal, kehebatan Terelie bisa menceritakan perasaan – perasaan dalam bukunya. beberapa tahun silam Yus R Ismail pernah vakum sekitar 10 tahun, beliau bekerja sebagai wiraswasta, sibuk berdagang, tapi kemudian mengalami kemerosotan. Sejak itulah beliau kembali lagi menulis dan pernah mencetak buku sampai ke gramedia. Dampai sekaran juga masih berjualan di internet dan beliau bisa menulis 1 cerpen dalam 1 minggu. Naskah-naskah yang sangat menginspirasi beliau salah satunya adalah cetpen-cerpen karya A.A Navis, ada juga yang dipavoritkan diantaranya puisi-puisi karya Gunawan Muhamad, Sapali Joko Darmono, Joko Pinurbo (yang banyak mengambil ide dari cerpen Neng Maya). Beliau menulis cerpen tidak hanya dari cerpen saja, tapi ada juga yang dari puisi.
Royalti (honor) beliau dari dulu sampai sekarang itu menurun, dulu pada saat masih kuliah honor beliau bisa menutupi untuk membayar kost an sekitar 250 ribu/bulannya (kurang lebih 5 juta/tahun).
Cara mengarang yang benar menurut Yus R Ismail adalah ;
1.      Rajin membaca buku-buku
2.      Dipaksakan hingga suatu karangan selesai
3.      Bila dalam membuat karangan kurang inspirsi dan ingin membuat yang baru itu tidak menjadi masalah, tapi yang lama juga harus dipikirkan untuk dibuat suatu karangan yang lain
4.      Perbanyak pengetahuan
Sepercik motivasi dari beliau bahwa bila ingin menjadi seorang sastrawan itu harus tetap berlatih, bekerja keras untuk menulis karangan dalam bahasa apapun, perbanyak pengetahuan, perbanyak ide-ide yang kreatif, yang jadi masalah adalah bagaimana kita menikmati cerpen, yakni harus jujur ke diri sendiri tentang hal yang tidak disukai dan yang disukai.






               LAPORAN HASIL WAWANCARA KELOMPOK  6


Disusun oleh :
Alwan Aulia          ( 1155020013 )
Jun Jun Junaedi     ( 1155020053 )
Assalamu’alaikum
Sebelumnya maaf bapak mengganggu waktu bapak sebentar, begini pak seperti yang sudah di bicarakan lewat telepon kami  bermaksud untuk mewawancarai bapak selaku sastrawan yang menurut sumber –sumber bapak ini bisa dibilang sastrawan sastra sunda.
Pak cecep :
“ ya betul saya lebih ke sastra sunda”
Penanya :
“Kira kira sejak kapan bapak mulai menulis? “
Pak cecep :
“saya nulis sejak SMP ngisi terus di muat di SKM Giwangkara  dan mingguan pelajar karena pada waktu itukan ke smp itu ada mingguan pelajar, namun kalau di minggguan pelajar ngisinya bahasa indonesia kalau di SKM Giwangkarabaru basa sunda.Terus pada waktu SMA nulis di MAJALAHMANGLE basa sunda dan kali-kali di PR ngisinya cerpen, tapi sih kebanyakan basa sunda, iya seperti itu lah sampai pada tahun 2003 baru terbit kumpulan CARPON judulnya “Anak Jadah” setelah bapak bekerja disini. Waktu itu  anak jadah masuk nominasi untuk hadiah sastra rancage namun yang menang Horison ME dengan judul kalau gak salah kembang-kembang peting, itu sajasih kalau sekarang seringnya nulis esey kalau nulis carpon udah gak produktif.”’
Penanya :
“ kalau itu semua awalnya dari hobi pak ?”

Pak cecep :
“ Bukan sih, tapi hasratnya aja yang nulis kalau hobimah harusnya yang enak-enak. Kalau nulismahkan gak enak, meres otak “
Penanya :
“ Pak gini, masih berkaitan dengan biografi bapak, di WIKIPEDIAkan bapak lulusan UNINUS fakultas hukum, ko bisa-bisanya sih bapak masuk kedunia jurnalistik ?”
Pak cecep :
“ Iyakan sambil jadi pengarang, gak bisa hidup dari hasil pengarang gak bisa napkahin keluarga dai hasil nulis cerita pendek. Terus bapak kerja jadi waratawan di MAJALAH MANGLE, terus di majalah berbahasa indonesia, termasuk disinii terus udah gitu baru sekolah masuk universitasngambil Hukum. Jadi sebenarnya jadi wartawan dulu baru sekolah. Tapi ngambil hukum itu bukan ada niat ninggalin jurnalistik, tentu tidak. Karenakan kalau jurnalistik latar belakang apapun masuk.”
Penanya :
“ dari biografi bapak, bapak itukan pernah kerja di perkebunan teh selama empat tahun tapi bapak masih tetap berkarya gitu. Nah bagaimana sih cara bapak untuk membagi waktu bapak anatara kerja dan nulis ?”
Pak cecep :
“ iyakan bapak setelah lulus dari sma kerja  di perkebunan terus sambil ngajar anak-anak SD baca-tulis, nah disitu banyak waktu setelah kerja sore-sore bapak masuk rumah di situ nulis terus banyak interaksi dengan orang-orang perkebunan disitu banyak inspirasi untuk ditulis nah waktu itu bapak produktifnya ketika di perkebunan. Paling produktif nulis cerita pendek bahasa sunda, itu kira-kira bapak lagi usia di duapuluhan”
Penanya :
“Salah satu karya bapak di perkebunan itu apa pak ?”
Pak cecep :
“ Gak ingetsih tapi banyak, kalau gak salah ada beberapa yang dimuat di kumpulan carponAnak Jadah
Penanya :
“ Bagaimana proses kreatif bapak di dalam karya sastra dan apakah ada cara atau trik-triknya sehingga dapat di muat di media cetak pak ?”
Pak cecep :
“Kalau bapak sih gak berfikir dimuat tidaknyayang pentingmah nulis dengan sungguh-sungguh kalau mengenai di muat tidaknya itukan urasan redaksi. Terus jika kita berfikir karya kita di muat tidaknya, maka pikiran kita terganggu hanya berfikir di muaaaaaaaat, terus ketika gak dimuat mati (down/putus asa). Bapak gak berfikir seperti itu, beda dengan yang lain, kalau yang lain itu ingin dimuat berarti ingin populer, kalau bapak enggak dan bapak gak berfikir pengen dapet hadiah. Karya bapak di dalam kumpulan anak jadah ada yang dapet HADIAH SASTRA MMStapi bapak gak berfikir bapak harus dapat hadiah prosesnya menulis aja sampai selesai abis nulis jika mau dikirimkan kirimkan tapi jangang berfikir di muat atau tidaknya kalau dimuat dan dapat hadiah itu persoalan lain. Makanya ketika anak jada kalah oleh karya khorisoh, masyarakat sastra bilang harusnya nih marah anak jadah kalah, karena anak jadah lebih bagus katanya. tapi bapak santai gak pernah marah kan juri bisa beda penilaiannya”
Penanya :
“Kira-kira ada gak pak tips-tips biar jadi pengarang yang sukses ?”
Pak cecep :
“ Kalau menurut bapak sih gak ada tips-tips yang paling jitu, kecuali duduk nulis. Gak ada tips jitu-jituan. Karena pekerjaan penulis itu jalan jalan, baca dan menulis itu aja dan bergaul dengan orang lain.”



Penanya :
“ Bapak kan sekarang KETUAPP-SS (paguyuban pangawungan sastra sunda) periode 2016-2019 terpilih dengan 60 suara sedang kan yang lainnya kurang dari 10 suara. Itu teh bagaimana prosesnya ?”
Pak cecep :
“ Bapak gak tahu sih.. bapak gak pernah ngemobilisasi pengarang untuk milih bapak karena bapak bukan politisi. Ketika bapak di minta untuk nyalonin bapak nolak karena banyak kerjaan di kantor juga terus yang namanya ngurus organisasi itu pusing banyak problem dan banyak kepala pengen ini-itu makan tenaga. Nah sebenarnya bapak nolak tapi hampir semua pengarang baik yang senior ataupun yang muda banyak yang muda juga terutama yang senior. Kata mereka “ kalau PP-SS tidak di pimpin sama bapak sebaiknya dibubarkan saja terus katanya kalau cecep gak mau nyalon maka PP-SS gak perlu ada” jawab saya” lo kenapa kan banyak yang muda ada yang bergelar Doktor “  jawab lagi “ ya udah kalau cecep gak mau nyalon PP-SS gak perlu ada.” Iyakan akhirnya merasa di sindir akahirnya bapak menyalon  dan pada waktu itu ada tiga calon, nah gak tau padahal gak ada tim sukses atau apa gitu tapi akhirnya bapak memikul tanggung jawab ini.” Gak ngerti juga padahal yang dua itu mau tapi bapak terus didorong. Jadi seperti itu prosesnya.”
Penanya :
“ Pak apasih tujuan pokok dari organisasi PP-SS itu sendiri ?”
Pak cecep :
“ Sebenarnya
tujuan PP-SS sendiri itu adalah untuk meenjalin tali silaturahmi dan menambah wawasan, jadi kegiatan PP-SS itu ngumpul ngeadain kegiatan produktif untuk nambah wawasan namun sekarang di tambah dengan kegiatan sahabat sastra, seperti kegiatan ke smp Tarogong kaler salah satu sekolah korban bencana. PP-SS bawa buku nyumbangin buku terus mengadakan kegiatan seperti ngadongeng, baca sajak,menggambar oleh Pak Budianto di depan anak-anak korban banjir istilahnyamah menghiburlah. Kalau dulumah Cuma ngumpul diskusi tapi sekarangmah di perluas seperti itu, .”
Penanya :
“ Pak boleh minta motifasi gak, bagaimana caranya agar bisa menjadi penulis dengan karya-karya yang di muat dimedia masa ?. ”
Pak cecep :
“ Sebetulnyasih, jika mau jadi pengarang jangan dulu berfikir bahwa karyanya di muat atau tidaknya di media masa karena apabila memiliki tujuan menulis untuk dimuat di media masa ketiaka gak di muat down / mati. Jadi kalau mau jadi pengarang tujuannya ya.. nulis, enjoy aja nulis aja tiap hari, yang paling bagus itu kalau mennurut para penulis dunia, coba  luangkan waktu 2 jam tiap hari untuk nulis. nulis aja tiap hari 2 jam jangan berfikir menulis di muat atau tidak dimuat yang paling bagus itu kalau udah ada bayangan plot tapi kalau gak ada, ya..nulis aja terus nulis jika sampai seperti itu lama-lama jadi kebiasaan. jadi kebutuhan sama seperti kalau kita butuh makan dan minum. Ya..seperti itu. sebenarnya kalau mau jadi penulis nanya kediri sendiri kamu teh butuhnya apa sebagai penulis, nahkan jika di dalam hatinya “ah sebenarnya saya itu bukan penulis tidak membutuhkan menulis, membaca, beli buku ,meningkatkan wawasan” berati diri kita bukan penulis gitu aja nanya. Seperti itu, kalau dulu bapak walaupun punya uang sedikit, itu pasti 50% uang itu di belikan buku. Ini di kantor (menujuk kelemri yang penuh buku) di rumah dua kamar penuh buku. Itu teh sejak bapak muda gitu, karena kebutuhan ada kebutuhan untuk membaca untuk menulis jika kebutuhan kita hanya untuk mengisi kuota buat jalan-jalan nerarti saya ini harus ngaku bahwa saya itu bukan penulis. Gak ada niat untuk jadi penulis. Pengorbanannya jadi penulis itu gede gak di hargai orang lain tapi keluar energi, waktu dan uang begitu kalau di indonesia begitukan budayanya. Jadi begiu sebenrnya sih triknya itu sederhana. ”
Penanya :
“ Bagaimanasih trik supaya bisa mengarang yang baik itu ?.”
Pak cecep :
“ iyah..kan kata bapak tadi gak ada trik yang khusus kecuali kita duduk, nulis dan membaca gak ada trik atau tips-tips yang kuhus itu aja. Gak ada di ruang kelas juga. Misalnya di ruang kelas ada dosen yang mengajarakan tentang bagaimaa car menulis, itu Cuma sekian nol koma nol sekian persenlah. Lebih baik kita ini menemukan dengan cara kita sendiri artinya belajar sendiri. Belum lagi yang diterangkan dosen, yang di tangkap oleh kita gakseratu persen ditambah lagi jika dosennya juga belum menyerap materinya itu, akurasinyi itu 100% sepnuhnya. Jadi kita yang menyerap ilimunya gak seratus persen bener ti tambah akurasi dosenya pun gak seratus persen karenakan diolah sendiri oleh dia. Misalnya gini cara menulis kalimat yang baik, gak ada cara lain selain membaca. Ilmunya bagaimana tata cara menulis tang baik itu ya.. cari buku-buku  tentang bagaimana tata cara menulis kalimat yang baik banyak ko. Kalimat yang efektif kalimat yang bertenaga bapak gak pernah dapat dari seseorang. Itu semua bapak dapat dari bukulalu bapak peraktekan.  Sekarang baka ngajar di salah satu universitas ngajar tentang nulis gak ada itu mahasiswa, gak bisa nulis karena apa, karena gak baca dan gak menulis. Bapak kasih semua contoh-contoh refrensi-referensi untuk menulis, gak ada yang berhasil jadi penulis. Karena apa, karen apa yang di sampaikan oleh dosen itu teori sementara menulis itu adalah praktik. Jadi banyak caranya untuk menjadi penulis karena dunia itu terlaluluas.”
Penanya :
“ Kan menurut bapak kita itu harus belajar menulis dari karya-karya orang lain. Tapi pak ketika kita belajar dar karya-karya orang lain, tulisan kita hasilnya ada kesamaaan dengan karya penulis itu.”
Pak Cecep :
“ Itu proses karenakandalampisikologimanusiakitamemiiki proses yang namanyamenirutapi lama lamaitujugaakanlepasjadigakmasalahbiarkandulukitaterbawaarusolehkekuatantulisan yang bagus, bapakjugasekarangkalaubaca novel yang bagusitulangsung “ waduhbagussekaliya.. tapikalausekarangkanbapaksudahtidakmungkinkanharusmengikutigayatulisanmereka. Udahharusadakesadarankesana, tapikalauseusia kalian yang mudabacatulisanpuisi yang bagusterusnulispuisisamaitugakapa-apakarenaitusemua proses lama-lama kitajugaakankritiskepadadirikitasendiri. Jadinanyakepadadirisendiri “jadinyagimanaya ?.” jadigakapa-apanamayajuga proses.”
Penanya :
“ kalaugituudahbiasa di bilangbagusbelumpak ?..”
Pak Cecep :
“ Ya..kanitubagiandaribelajar, bagiandari proses karena lama-lama jugaakanlepas. Kita gabisaterussepertiitu Karena lama-lama jugakarakterkitaakankuat. Awalnyaiyasebagaipenulispemulabetulkitaakanmengikutigaya-gayadaritulisan-tulisan yang bagustapi lama-lama karakterkita yang akanmunculkarenakitabacanyabanyak yang inibagus, yang inibagus, bagus, bagus.. Nah nantidalamdirikitainiakantersaringdaribacaanmereka yang banyakitu, akanmenjadikumpulancikalbakallahirnyakarakterkitasendiritidakdarisatu orang, makanyajangansampaikitainipanatikterhadapsatu orang pengarang, misalkanPramudiya. Pramudiyaaa..terustapikitajugaharusbaca missal MuhktarLubis, atau yang mudasepertiEkakurniawankanitusemuaitubagus. Gakmungkinkitatersedotoleh pram, MuhktarLubis,Pramudyatapii yang bagus-bagusitunantinamper, melekatlahistilahnyamahdalamnayangankita. Nah itulahbiasanya yang kemudianmendorongkitauntukmenulisawalnya yah..biarkansajakarena proses.”
Penanya :
“Kan kata Bapakkitaituharusmeluangkanwaktukitadua jam untuknulis. Nah Bapaksendiripernahgakketikamaunulisgakadabayang-bayangatau ide atau gakmuutgitu ?..”
Pak Cecep :
“ Yaasemuapenulissepertiitu. Seringlahkalaubapaksendiriituyaa..tinggalkanjalan-jalan main biliarkarenaketikabapakmudabapaksering main biliar, main gapleh, ngobroldulumah. Nah kalauudahgitupulangnyabiasanyabapakbawa ide gitu.”
Nah adapelajarandari Steven King penulis amerika diakan lulusan sastra inggris.Nah diamenulis, menulissatu novel. Nah terus dia memberikannya ke penerbit, penerbitnya itu tidak mau menerbitkan sampai penulis kedua sama menolak dianggapnya tulisannya itu jelek. Kemudiandiaitumembawatulisannyaitusampaike 12 penerbitdansemuanyamenolak di anggaptulisanitujelek.Dia down putusasalahterusdiabialng “oh berartisayabukanpenulissayagagaljadipenulis” nah waktuituhidupnyamiskinterusdiamemutuskanuntukberhentikarenagagal.Istrinyadenganbaikhatiiaambilnaskahdimintadarisuminyakemudiandiatawarkanlagikebeberapapenerbitsampaike 13, 14 terussampaijatuh di satupenerbitdanpenerbititumaumenerbitkandanketikabarukeluar novel ituudahBestsellerjudulnya“Keri” novel horror karenadiaituspesialispenulis horror dansekarangudahdifilmkandanbahkan di Indonesia film itulaku. Nah darikisahitupelajarannyaadalahmenulisitumemangtidakgampangjugatidaksusahkalukitaketemu orang yang satupemikirandengankitasatuvisilah, kangakbisamisalkanpemikiranandadansayaitubedabedaterusandanuliskemudian di tawarkankesayadansayanolakberartivisiandadansayaitubedakan. Tapibelumtentudenganpenerbit yang lain. Jadi yang namanyajadipenulisitubisa di sebutsusahbisa di sebutgampang. KalumelihatdariperjuanganSeteven King diaitususahiyakan, tapiketikaudah diterbitkandiajadimudahsekarangdiakerjanyaapa ?.. baca, nulis, beramal. Jadidiaberikanpelajarantentangmenuliskeanak-anak, remajakemahasiswa gratis karenaketikadiamemberikanpelajaranpenulismerekabisahiduplayak, jadigitu.JadikalaumaujadipenulisharusjadisepertiSeteven King paling tidak. Nah sekarangalatapa yang harusdimilikilehtukangkayu ?.. Gergaji, pahat, palu Nahterussekarangalatapa yang paling penting yang harus di milikiolehseorangpenulis ..? bukankertas, bukanpensil,tapiapa ?.. tapikamus. Kenapa ?.. karenagakadapenulisperaihnobel yang dimejanyagakadakamus. Kata yang ada di duniainibanyakibaratikan yang adadilautankitatahubentuknyanamuntidaktahuikanapaitumisalkanjikakitaditanyaapaartidengan,pastingahuleng. Nah jadikamusnyaituharussemuakamus, sepertikbbi, ilmiah, t saurus, teknologikamusfilsafatsemuakamusharuadabaruitu yang dinamakantukangkayu.Itulahpelajaran yang bapakambildariseteven king. Kita ituharusbergauldengan orang laintapibukanberartibertemulangsungtapilewatbacabukunyagitu.
Penanya :
“ Alhamdulillah pak, jadi gitu yaa.. terimakasih banyak pak telah maumeluangkan waktu dan maumembagi ilmunyadengan kami. Kami sangat bersyukur sekali, mudah-mudahan apa yang bapak berikan kepada kami bermanfaat bagi kami..sekali lagi terimakasih banyak pak..!”
Untuk memenuhi tugas akhir Satra Indonesia






LAPORAN HASIL WAWANCARA KELOMPOK 7


 
Disusun oleh:
Asep Mahmudin                     ( 1155020019 )
Lulu Nur Fitriani                     ( 1155020055 )
Yasmin Syarifatuzzahra          ( 1155020118 )

HERMAWAN AKSAN
Pada tanggal 30 November 2016 Kami melakukan wawancara ke Harian Tribun Jabar yang berlokasi di Jl. Sekelimus Utara 2-4 Soekarno Hatta Bandung 40266. Kala itu kami mendapatkan tugas dari Bapak Dosen kami yang mengampu Mata Kuliah Sastra Indonesia. Untuk memenuhi salah satu tugas akhir mata kuliah ini, kami mendapatkan tugas kelompok mewawancarai beberapa Sastrawan yang bapak kenal lalu di bagi masing-masing kelompok.
Di karenakan kami mendapat bagian kelompok 7, kami mendapat tugas mewawancarai salah seorang Redaktur Harian Tribun Jabar yakni Bapak Hermawan Aksan. Sosok yang hangat dan ramah serta tutur katanya yang sopan. Dalam hal usia, kami terpaut jauh dengan beliau, tetapi beliau tidak terkesan menggurui kami dan merasa bahwa dirinya lebih pintar. Karena yang kami lakukan adalah sharing tentang perjalanan karir beliau sebagai seorang sastrawan.
Berdasarkan informasi yang kami dapatkan dari beliau bahwa menjadi seorang sastrawan itu membutuhkan proses yang cukup panjang. Beliau berkata bahwa untuk menjadi seorang sastrawan itu tidak secara langsung menjadi sukses karena sudah menjadi seorang sastrawan, tetapi kami juga harus berusaha seperti membaca, menulis dan mencoba mengirimkan apa yang telah kita tulis ke berbagai penerbit. Dalam hal ini beliau juga memaparkan pengalamannya kepada kami, dari mulai beliau pertama kali menulis hingga seperti sekarang ini yang telah menjadi seorang Redaktur di sana.
Beliau adalah seorang penulis novel, cerpen dan nonfiksi. Beliau juga seorang Penerjemah, Penyunting serta Proofreader, lahir di Desa Jipang, Kecamatan Bantarkawung, BrebesJawa Tengah.
Sejak kecil beliau sudah gemar menulis Cerita-cerita pendeknya yang berbahasa Indonesia dimuat di sejumlah media massa, yaitu Pikiran RakyatSuara MerdekaJawa PosMedia IndonesiaKoran Tempo, majalah HorisonKoran Sindo, dan lain-lain. Cerita-cerita pendeknya dalam bahasa Sunda dimuat di majalah MangleCupumanikGalura, dan Kujang.
Pernah juga bekerja sebagai editor bahasa pada Tabloid Detik, Bola, Raket, dan Detak. Diundang menjadi peserta Ubud Writers and Readers Festival 2010 dan Borobudur Writer and Cultural Festival 2012.
Banyak keunikan yang kami tidak sangka dari apa yang beliau ceritakan kepada kami, salah satunya adalah beliau itu seorang Lulusan Sarjana Astronomi ITB, yang menarik disini adalah dengan Jurusan yang beliau geluti beliau mampu membuktikan bahwa seorang Sastrawan itu tidak harus Lulusan sastra.
Dari hal itu, kami memandang bahwa yang notabene nya jurusan bukan sastra dapat menulis, bahkan ia sukses jadi seorang sastrawan, itu memotivasi kami sebagai mahasiswa Sastra yang kelak akan menjadi seorang sastrawan akan jauh lebih sukses daripada beliau.
Diantara karya beliau ada salahsatu novel anak-anak yang berjudul Bertamasya ke Luar Angkasa (Ganeca Exact, 1993) yang ada kaitannya dari Jurusan yang beliau ambil tatkala kuliah, yaitu Astronomi. Kala itu belia juga ditawarkan untuk bekerja di Bosca Lembang, tetapi beliau menolak tawaran itu dan lebih memilih untuk menjadi seorang sastrawan.
Selain itu ada juga novel yang paling termasyhur yaitu Dyah Pitaloka, Senja di Langit Majapahit (C Publishing, Desember 2005), diterbitkan lagi dengan judul Dyah Pitaloka, Korban Ambisi Politik Gajah Mada (Bentang Pustaka, 2007). Dan berikut adalah kumpulan Cerita pendek karya beliau Sang Jelata (Grasindo, 2004), Cinta … Itu Apa? (Pustaka Latifah, 2005), Ketika Bulan Pucat, Dia Pergi Seperti Angin (Penerbit Saroba, Oktober 2009), Lelaki yang Terus Mencari Sumbi (Indie Book Corner, November 2011), SMS Tengah Peuting (Green Smart Books Publishing, November 2012), Madirda (Sky Art Publisher, Desember 2012), Londok (Green Smart Books Publishing, September 2013), Bus yang Melaju Membawa Rindu (Media Cendekia, Mei 2016)
Sebagai penerjemah: My Salwa My Palestine (Mizan, April 2008), dari buku On the Hills of God. Lupus, Terapi-Terapi yang Berhasil, karya Sharon Moore (B-First, November 2008).
Beberapa sampel bliau sebgai penyunting: Terjemahan The Ivy Chronicles karya Karen Quinn (C Publishing, 2006), Terjemahan Suddenly Sexy karya Linda Francis Lee (C Publishing, 2006), Terjemahan Tsotsi karya Athol Fugard (Bentang Pustaka, 2006), Terjemahan Robinson Crusoe karya Daniel Dafoe (Bentang Pustaka, 2007) dan lain sebagainya.
Dan sebagai Proofreader: Supernova karya Dee (Truedee, 2001) dan 123 Ayat Seni karya Yapi Tambayong (Nuansa Cendekia, Agustus 2012).
Setelah berbincang beberapa jam bersama gemericik hujan yang turun kala itu, beliau memberi motivasi kepada kami bahwa untuk menjadi seorang penulis itu kunci utamanya adalah membaca, selain itu juga kami harus melakukakan analisis untuk menambahkan informasi sesuai dengan apa yang akan kita tulis.
Selain itu juga di zaman modern ini tidak ada kata tidak ada waktu untuk mengukir karya, karena semuanya telah tersedia praktis. Dan yang paling penting adalah kurangi memainkan gadget, jika iya, seperlunya saja.
Lalu kami mendokumentasikan dengan berfoto dengan beliau sebagai tanda bukti bahwa tugas telah kami selesaikan. Sekian, dan terima kasih.


LAPORAN HASIL WAWANCARA KELOMPOK 8

Disusun oleh :
Bunga Puspita Sari                  ( 1155020022 )           
Menia Jumiati                          ( 1155020058 )
Zidny Husnil Maisyah                        ( 1155020122 )                       

Biografi
Nama                                                   : Dadan Sutisna
Jenis kelamin                                       : Laki-laki
Tempat, Tanggal Lahir                        : Sumedang, 22 Februari 1978
Pekerjaan                                             : Penulis/ Progammer
Alamat                                                            : Dusun Pasirloa RT 01/09 Desa Kadakajaya                                                                           Kec.Tanjungsari Kab. Sumedang Kode Pos: 45362
HP                                                       : 081320608670
Email                                                   : dadansutisna@yahoo.com
Istri                                                      : Dede Elin Herlina
Anak                                                   : Annisa Wulandari, Dafandryan Argya Adhikara

Riwayat Pekerjaan
Instansi Posisi/Jabatan Tahun
Instansi
Posisi/Jabatan
Tahun
Majalah Manglé
Redaktur
1997-2002
Penerbit Kiblat Buku Utama
Staf Redaksi
2002-2010
Fakultas Dakwah dan Komunikasi
UIN SGD Bandung
Penanggung Jawab
Sistem Informasi
2008-2015
Yayasan Kebudayaan Rancagé
Pengurus
2011-Sekarang

Riwayat Pendidikan Formal
Jenjang Nama Jurusan Tahun
Jenjang
Nama
Jurusan
Tahun
SD
SD Negeri Karanglayung Sumedang
-
1985-1991
SMP
SMP Negeri 1 Tanjungsari Sumedang
-
1991-1994
SMA
SMU Negeri 1 Tanjungsari Sumedang
-
1994-1997
D3
Bina Sarana Informatika
Manajemen
Informatika
2005-2007
S1
Universitas Islam Negeri Sunan
Gunung Djati Bandung
Teknik
Informatika
2008 –
S1
STIMIK Jabar
Teknik
Informatika
2013

Karya Tulis di Media Massa
Menulis dalam bahasa daerah (Sunda) dan Indonesia berupa cerpen, drama, essey,
sajak, dan tulisan jurnalistik. Tulisan tersebut pernah dimuat di koran Kudjang,
Manglé, Galura, Cupumanik (bahasa Sunda) serta koran Pikiran Rakyat, Republika,
Galamedia, Kompas, Tribun Jabar, dan Priangan (bahasa Indonesia). Kebanyakan
cerita pendek dalam bahasa Sunda, sampai saat ini lebih 200 judul lebih yang telah
ditulis. Tulisan yang sudah dipublikasikan antara lain:
Penulisan Buku
Tahun Judul Penerbit
Tahun
Judul
Penerbit
2000
Ukur Banyol, kumpulan humor bahasa Sunda
PT Manglé Panglipur
2001
Nu Ngageugeuh Legok Kiara, novél anak
berbahasa Sunda
Kiblat Buku Utama
2001
Dén Angor, buku cerita anak-anak berbahasa
Sunda
CV Djatinika
2003
Mistéri Haur Geulis, novél anak berbahasa
Sunda
Kiblat Buku Utama
2004
Kanagan, antologi cerpen Sunda
Geger Sunten
2004
Surat Cinta Pangarang Sunda, antologi surat
cinta berbahasa Sunda
Kiblat Buku Utama
2006
Luang keur nu Ngarang
Kiblat Buku Utama
2007
Kembang Kadengda (Editor)
Pemda Jabar
2007
Belajar Mudah Menggunakan Internet
Cipta Utama Press
2007
7 Langkah Mudah Menjadi Webmaster
Mediakita
2008
Jeblog, kumpulan drama Sunda
Pemda Jabar
2008
Direktori Aksara Sunda untuk Unicode
Pemda Jabar
2010
Rasih Kodeu Binér, buku cerita anak-anak
berbahasa Sunda
Kiblat Buku Utama
2013
Ngariksa Aksara Sunda
Yrama Widia
2013
Sabalakana, Novél Sunda
Pustaka Jaya

Penghargaan
a. Tingkat Provinsi/Jawa Barat
1. Hadiah Sastra D.K. Ardiwinata dari Paguyuban Pasundan untuk cerita
pendek “Hariring Kaangin-angin” (1997)
2. Juara Harapan III Hadiah Sastra D.K. Ardiwinata dari Paguyuban
Pasundan untuk novél “Lalampahan Si Ujang” (1999)
3. Juara 1 Lomba Penulisan Cerita Rakyat se-Jawa Barat untuk novél
“Purnama di Maronggé” (Bahasa Indonésia, 2000)
4. Hadiah Jurnalistik Moh. Koerdie dari Yayasan Daya Budaya Pasundan
untuk tulisan jurnalistik “Ti Pasantrén ka Pasantrén” (2002)
5. Hadiah dari Lembaga Basa & Sastra Sunda untuk cerita pendek
“Tutunggul” (2003)
6. Hadiah dari Lembaga Basa & Sastra Sunda untuk cerita pendek “Ucing
Hideung” (2007)
7. Hadiah “Samsudi” dari Yayasan Kebudayaan Rancagé untuk buku anakanak
Nu Ngageugeuh Legok Kiara (2002)
8. Hadiah “Samsudi” dari Yayasan Kebudayaan Rancagé untuk buku anakanak
Mistéri Haur Geulis (2004)
9. Juara III Lomba Penulisan Pariwitasa Jawa Barat yang diselenggarakan
oleh Disbudpar Jawa Barat (2005)
10. Juara II Lomba Penulisan Naskah Drama tahun 2007.
11. Juara III Lomba Penulisan Naskah Drama tahun 2009.
12. Hadiah “Samsudi” dari Yayasan Kebudayaan Rancagé untuk buku anakanak
Rasiah Kode Binér (2011).
13. Mendapat “Anugerah Inovasi Jawa Barat” dari Gubernur Provinsi Jawa
Barat untuk Kategori Individu bidang Budaya (2011).
14. Mendapat Anugerah Teknologi Informasi Komunikasi dari Dinas
Komunikasi dan Informasi Provinsi Jawa Barat.
15. Anugerah Budaya Rumawat Pajajaran 2015 dari Universitas Padjadjaran
untuk pengembangan Kasundaan berbasis teknologi.
16. Dll.
b. Tingkat Nasional
1. Finalis Lomba Desain Web Bubuawards 2003, kategori Flash.
2. Finalis Lomba Desain Web Bubuawards 2005, kategori Pemograman.
3. Mendapat penghargaan sebagai “Lelaki Sejati Pengobar Inspirasi 2009” di
Jakarta versi Bentoel Sejati, atas karya membuat software dan database
kamus Sunda.
Pengalaman di Bidang Kemasyarakatan dan Budaya
a. Kegiatan Internasional
1. Sebagai Koordinator Multimedia pada Simposium Internasional
Pernaskahan Nusantara yang diselenggarakan oleh Masyarakat
Pernaskahan Nusantara (2008).
2. Sebagai Sekretaris pada Konferensi Internasional Budaya Sunda di Gedung
Merdeka (2011).
b. Kegiatan Regional
1. Sebagai panitia pada penyelenggaraan Anugerah Budaya Kota Bandung
(2006 2011).
2. Sebagai penulis naskah pada kegiatan dramatisasi sosialisasi narkoba yang
diselenggarakan oleh Badan Narkotika Provinsi Jawa Barat (2011).
c. Organisasi
1. Paguyuban Panglawungan Sastra Sunda (PP-SS) sebagai Ketua (2012 –
Sekarang). PP-SS merupakan organisasi nirlaba yang bergerak dalam
sosialisasi bahasa, sastra, dan aksara Sunda.
2. Pusat Studi Sunda (PSS) tahun 2002 – 2010. PSS merupakan organisasi
nirlaba yang bergerak dalam penelitian, penerbitan, dan pengembangan
kebudayaan Sunda
Pengalaman Sebagai Juri
a. Tingkat Jawa Barat
1. Juri Saémbara Ngarang Manglé Alit yang diadakan oleh Majalah Manglé
tahun 2002 dan 2003.
2. Juri Hadiah Sastra yang diadakan oleh Lembaga Bahasa dan Sastra Sunda,
bekerjasama dengan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan tahun 2008 dan
2010.
3. Juri Saémbara Mengarang Novél Anak dalam bahasa Sunda yang
diselenggarakan oleh Paguyuban Panglawungan Sastra Sunda, tahun 2007.
4. Juri Lomba Mengarang tingkat SMA yang diselenggarakan oleh Dinas
Pendidikan Provinsi Jawa Barat di Tasikmalaya, tahun 2008.
b. Tingkat Kabupaten/Kota
1. Juri Lomba Maca & Nulis Aksara Sunda yang diselenggarakan Dinas
Pendidikan Kab. Bandung, tahun 2010 dan 2011.
2. Juri Lomba Maca & Nulis Aksara Sunda yang diselenggarakan Dinas
Pendidikan Kota Bandung, tahun 2010 dan 2011.
Pengalaman sebagai Nara Sumber
a. Konferensi Internasional
Sebagai pembicara pada Konferensi Internasional Budaya Sunda di Gedung
Merdéka, 19-22 Desember 2011.
b. Tingkat Nasional
1. Sebagai nara sumber pada kegiatan “Manajemen Database” yang
diselenggarakan oleh Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama RI,
bulan Maret 2011.
2. Sebagai nara sumber pada kegiatan sosialiasi “Sistem Aplikasi Perencanaan”
yang diselenggarakan oleh Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama
RI, bulan Mei 2011.
3. Sebagai nara sumber pada Kongrés Bahasa Daérah Nusantara taun 2016.
c. Tingkat Provinsi/Jawa Barat
1. Sebagai nara sumber pada Workshop Pemetaan Lembaga Keagamaan tahun
2009.
2. Sebagai nara sumber pada Sosialisasi dan Standardisasi Aksara Sunda yang
diselenggarakan oleh Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat tahun 2008.
3. Sebagai nara sumber pada Kongrés Bahasa Sunda yang diselenggarakan di
Cipayung, Bogor, Juli 2011.
d. Tingkat Kota/Kabupaten
1. Sebagai pembicara dalam diskusi Perkembangan Pers Sunda di Kota
Sukabumi, 2007.
2. Sebagai pembicara pada Workshop Aksara Sunda yang diselenggarakan oleh
Dinas Pendidikan Kab. Bandung, tahun 2010.
3. Sebagai pembicara pada diskusi Sastra Sunda di Kab. Kuningan, tahun
2008.
4. Sebagai pembicara pada diskusi Sastra Sunda di Kab. Ciamis, tahun 2010.
Pengalaman di Bidang Teknologi Informasi
1. Sebagai Web Designer dan Web Programming pada beberapa aplikasi web di
Internet.
2. Sebagai programmer pada pembuatan aplikasi database yang diadakan oleh
Lembaga Penunjang Penyediaan Perumahan Swadaya Kementrian Negara
Perumahan Rakyat 2007.
3. Sebagai programmer pada pembuatan aplikasi TTS berbasis komputer yang
diselenggarakan oleh Universitas Padjadjaran (UNPAD) tahun 2008, 2009,
2010, dan 2011.
4. Sebagai programmer pada penyusunan font dan program aksara Sunda
menggunakan character set Unicode 5.0. tahun 2008.
5. Sebagai programmer pada pembuatan Database Lembaga Keagamaan di
Jawa Barat (2008-2010).
6. Sebagai programmer pada Sistem Aplikasi Keagamaan Kementerian Agama
Jakarta tahun 2010-2011.
7. Mengerjakan beberapa Sistem Akademik tingkat perguruan tinggi dan
sekolah menengah (SMP Al-Aqsha, Fakultas Psikologi UIN SGD Bandung,
Fakultas Ilmu Komunikasi Unpad Kampus Bandung).
8. Sebagai programmer pada Sistem Informasi Manajemen Diklat, Balai Diklat
Keagamaan Bandung, 2012.
9. Mengerjakan Sistem Database pada beberapa perusahaan di Jakarta.
10. Sebagai programmer pada pembuatan aplikasi SIMDIKLAT di 5 Wilayah
(Jakarta, Padang, Medan, Makassar, dan Banjarmasin) taun 2013.
11. Sebagai programmer pada pembuatan Sistem Informasi Geografis di Dinas
Permukiman dan Perumahan Provinsi Jawa Barat 2013.
12. Sebagai programmer pada pembuatan Sistem Informasi Geografis di Dinas
Permukiman dan Gedung Pemerintah Daerah DKI Jakarta 2014.
13. Sebagai Programmer pada Sistem Informasi Pengendalian Tata Ruang di
Dinas Pemukiman Tata Ruang Prov. Kalimantan Timur.
14. Sebagai Programmer pada Pembuatan Sistem Pengendalian dan Tata Ruang
Prov. Kalimantan Timur tahun 2015.
15. Sebagai Programmer pada Pembuatan Sistem Penertiban Pemanfaatan Tata
Ruang Kementerian Agraria Jakarta tahun 2015.
16. Sebagai Programmer pada Pembuatan Aplikasi untuk PON 2016 .
17. Sebagai Programmer pada Sistem Indeks Permukiman, Kementerian
Pekerjaan Umum tahun 2015.
18. Sebagai Programmer pada Pembuatan Sistem Manajemen Pegawai Kab.
Garut tahun 2015.
19. Sebagai Programmer pada Pembuatan Sistem Manajemen Pegawai Kab.
Sukabumi tahun 2015.
20. Sebagai Programmer pada Pembuatan Sistem Kearsipan PNS Kab.
Purwakarta tahun 2015.
21. Sebagai Programmer pada Pembuatan E-Office di Balai Diklat Keagamaan
Bandung tahun 2015.
22. Sebagai Programmer pada Pembuatan Sstem Feedback Mahasiswa terhadap
Dosen di UIN Sunan Gunung Djati Bandung tahun 2015.
23. Sebagai Perogrammer pada kegiatan Laboratorium Kebinekaan di
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan tahun 2016.
24. Dll
Hari/Tanggal Pelaksanaan                   : Selasa, 6 Desember 2016
Waktu Pelaksanaan                             : 12.15 WIB
Tempat Pelaksanaan                            : UIN SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG
Narasumber                                         : Dadan Sutisna ( Penulis/Programmer )
Pewawancara                                      : Bunga Puspita Sari, Menia Jumiati, Zidny Husnil M
Tema wawancara                                : Kesusasteraan Indonesia
Tujuan wawancara                              : Tips Menjadi Penulis Yang Baik dan Benar

Hasil Wawancara
Dadan sutisna (narasumber) berprofesi sebagai penulis atau programmer, yang telah dimulai sejak tahun 1997 sampai dengan sekarang. Beliau lahir di sumedang pada tanggal 22 februari 1978. Saat ini beliau tinggal di Dusun Pasirloa rt.01 rw.09 Desa Kadakajaya kec. Tanjung sari kab. Sumedang. Saat ini beliau berprofesi sebagai pengurus di Yayasan Kebudayaan Rancage. Beliau menulis dalam dua bahasa yakni bahasa sunda dan bahasa indonesia. Adapun beberapa karya tulisnya yang berbentuk cerpen, drama, essai, sajak, dan tulisan jurnalistik.  Karya tersebut juga pernah dimuat pada Koran Kudjang, Mangle, Galurah, Cupumanik ( bahasa sunda ), Pikiran Rakyat, Republika, Galamedia, Kompas, Tribun Jabar, dan Priangan ( bahasa indonesia ). Karya beliau lebih banyak dalam bentuk bahasa sunda. Hingga saat ini sudah lebih dari 200 judul yang sudah ditulis.
Tahun
Judul
Penerbit
2000
Ukur Banyol, kumpulan humor bahasa Sunda
PT Manglé Panglipur
2001
Nu Ngageugeuh Legok Kiara, novél anak
berbahasa Sunda
Kiblat Buku Utama
2001
Dén Angor, buku cerita anak-anak berbahasa
Sunda
CV Djatinika
2003
Mistéri Haur Geulis, novél anak berbahasa
Sunda
Kiblat Buku Utama
2004
Kanagan, antologi cerpen Sunda
Geger Sunten
2004
Surat Cinta Pangarang Sunda, antologi surat
cinta berbahasa Sunda
Kiblat Buku Utama
2006
Luang keur nu Ngarang
Kiblat Buku Utama
2007
Kembang Kadengda (Editor)
Pemda Jabar
2007
Belajar Mudah Menggunakan Internet
Cipta Utama Press
2007
7 Langkah Mudah Menjadi Webmaster
Mediakita
2008
Jeblog, kumpulan drama Sunda
Pemda Jabar
2008
Direktori Aksara Sunda untuk Unicode
Pemda Jabar
2010
Rasih Kodeu Binér, buku cerita anak-anak
berbahasa Sunda
Kiblat Buku Utama
2013
Ngariksa Aksara Sunda
Yrama Widia
2013
Sabalakana, Novél Sunda
Pustaka Jaya
Menurut bapak dadan sutisna, proses kreatif dalam menulis terkadang datang dengan sendirinya, seperti memposting status dalam media sosial. Menulis itu sulit untuk direncanakan, karena menulis lahir dari sesuatu yang tidak terduga. Tetapi tidak juga disebut spontan, karena terkadang penulis lahir dari ketidakberdayaan. Contohnya para penulis yang ingin mengkritik suatu pemerintahan namun mereka tidak mampu atau tidak mungkin melakukannya secara langsung, maka akhirnya mereka mengkritik melalui karya tulisnya atau dari rasa kesedihan yang diungkapkan melalui menulis, seperti menulis buku harian. Perbedaan antara karya sastra dengan buku harian terletak pada ide-ide atau pemicu menulis yang tidak langsung diutarakan begitu saja. Karena yang terpenting didalam sastra itu adalah perenungannya. Dalam hal mengungkapkan sesuatu didalam karya sastra, yang terpenting adalah dapat dibaca dan di mengerti oleh siapapun secara universal.
 Secara pribadi, cukup sulit untuk menjelaskan darimana atau bagaimana proses kreatif timbul. Tapi satu yang pasti, bahwa munculnya keinginan menulis disebabkan dari membaca. Mengapa munculnya keinginan menulis dari proses membaca ? pertama dengan membaca kita akan memiliki kosakata yang beranekaragam. Memang kita tidak belajar kata perkata dan tidak belajar tentang bahasa, namun secara tidak langsung banyak kosakata yang terekam dalam pikiran. Hal itu merupakan syarat dari menulis. Kedua dengan membaca kita dapat mengetahui bagaimana cara mengungkapkan sebuah karya dengan baik dan benar. Jadi dalam menulis, bagian yang terpenting adalah proses dan proses tersebut adalah membaca. Membaca disini bukan membaca buku dan teks, tapi juga membaca situasi. Contohnya dalam hal menulis yang terpenting adalah menentukan sebuah tema. Sebenarnya tema itu tidak ada yang original. Tema berkaitan dengan penulis lain dan keadaan, yang berbeda adalah cara penyampaiannya.
Ukuran sukses itu bermacam-macam, bahkan beliau tidak menganggap dirinya sukses. Pada intinya adalah jika berbicara tentang kesuksesan tolak ukurnya ada pada orang lain. Barometer kesuksesan dalam dunia mengarang harus konsisten, artinya harus dijalani dari waktu ke waktu. Tidak mungkin seseorang yang baru berkarya, karyanya langsung di kenal, booming dan sukses. Berkaitan dengan proses, kesuksesan penulis di ukur dari kepedihannya, maksudnya adalah bagaimana tingkat usahanya. Intinya seperti di kehidupan lain, bukan hanya dalam dunia mengarang, menjadi sukses membutuhkan perjuangan. Perjuangan yang perlu di lakukan yaitu terus menulis, sebab menulis merupakan bagian dari latihan. Karena suatu saat akan ada masa dimana kita menemukan titik dimana kita merasa disinilah peran kita.
Syarat utama dalam mengarang ada dua, yang pertama persoalan bahasa. Bahasa dipengaruhi oleh tatacara kita menulis dan ini berlaku untuk semua bahasa. Bahasa berkaitan dengan ejaan, kosakata dan diksi. Oleh karena itu, mutlak dalam mengarang harus menguasai bahasa. Sebesar apapun gagasan ataupun sebagus apapun tema jika tidak bisa menyampaikannya dengan bahasa yang bagus, baik dan benar, serta sesuai dengan tata bahasa, maka tetap saja tidak akan menjadi karya yang baik dan bernilai. Hal terpenting yang perlu diperhatikan yaitu ejaan dalam tatacara menulis bahasa tersebut. Secara tidak langsung, pelajaran dasar bahasa indonesia harus di kuasai. Karena kemampuan berbahasa mudah dinilai hanya dengan meihat karya tulis seseorang tersebut. Lalu setelah kemampuan bahasa itu dikuasai, mulailah pada diksi. Diksi merupakan bagian yang penting dalam sastra, karena akan mempengaruhi alur dan pembaca. Yang kedua gagasan atau tema atau ide. Yang membedakan antara sastra, curhat dan berita terletak pada ide, serta bagaimana kita mengolah gagasan menjadi sesuatu yang baru. Artinya ketika sebuah gagasan ditulis menjadi karya sastra maka akan ada perenungan-perenungan yang akan di tafsirkan kepada pembaca, seperti pada cara mengungkapkan, alur dan plot.
Motivasi dalam menulis yang pertama membaca. Jangan pernah berhenti membaca, karena banyak manfaatnya bukan hanya untuk menulis semata. Selain itu menulis juga membuka daya pikir kita. Semakin banyak membaca maka semakin luas cara berpikirnya. Menjadi pengarang atau penulis jangan dibuat seperti cita-cita tapi dibuat sebagai kebutuhan seperti di media sosial. Tidak berkaitan dengan sesuatu yang terlalu jauh tapi sederhana saja.




                         LAPORAN HASIL WAWANCARA KELOMPOK  9

Disusun oleh :
DaraDahlia Ramdan            ( 1155020025 )
Muhammad Dio Renaldi      ( 1155020063 )
Siti Halimatusya’diyah          ( 1155020099 )
BIOGRAFI AAN MERDEKA PERMANA
Aan Merdeka Permana Tak Henti Berkarya

Aan Merdeka Permana lahir di Bandung pada tanggal 16 November 1950, merupakan seorang  jurnalis dan sastrawan.
Kawas Nyungsi nu Can Pasti. Begitulah biografi Aan Merdeka Permana ini diberi judul. Kalau diterjemahkan secara bebas, judul itu kira-kira berarti "mencari sesuatu yang belum pasti". Dan "ketidakpastian" ini menjadi lebih jelas manakala kita baca sepenggal sajak yang ditulisnya di halaman awal:
Geus jauh, lengkah geus jauh / Jugjugeun teuing di mendi / Batur-batur geus naringgalkeun / Teu kaharti naon nu disungsi / Tapi batan ngajanteng / mending ngalengkah / Sabatae / miharep sugan jeung sugan …
Boleh jadi lewat judul dan sepenggal sajak itu, orang lantas bertanya-tanya apa sebetulnya yang dicari Aan selama ini? Memang lewat biografi yang ditulis dalam bahasa Sunda ini, kita dapat mengetahui rekam-jejak "pencarian" Aan dalam menelusuri sejarah Sunda yang sangat berbeda dengan sejarah Sunda versi ilmiah. Sebab rekam-jejaknya itu bukan saja ditulis Aan dalam artikel untuk surat kabar dan majalah, akan tetapi juga diterbitkan dalam buku cerita sasakala yang jumlahnya belasan, bahkan menjadi seting dalam roman-roman sejarahnya seperti Kunanti di Gerbang Pakuan dan Senja Jatuh di Pajajaran.
Tapi bukan itu yang dicari Aan. Sebab makna sesungguhnya dari judul dan sepenggal sajak tersebut, bukanlah merujuk pada "pencarian" Aan. Akan tetapi merujuk kepada semangat Aan untuk terus melangkah dalam kapasitasnya sebagai pengarang, sekaligus jurnalis. Dengan kata lain, judul dan sepenggal sajak itu merujuk kepada semangat Aan untuk tak henti berkarya. Inilah sebetulnya substansi yang kita tangkap dari biografi Aan Merdeka Permana.
Bayangkan, sejak kelas dua SMP, cerpennya yang bertema sosial (bukan tema anak-anak sebagaimana umumnya cerpen yang ditulis remaja) sudah dimuat di majalah Mangle. Dan kalau dihitung hingga usianya yang kini menginjak 61 tahun, sudah lebih dari seribu cerpen (dalam bahasa Sunda dan Indonesia) yang ditulis Aan dan dimuat di berbagai surat kabar dan majalah. Belum lagi serial Si Bedegong yang tiap minggu muncul di Galura sejak 1982 hingga sekarang. Karangan yang diterbitkan dalam bentuk buku saja tak kurang dari 50 judul, berupa roman, novel dan cerita sasakala. Ditambah lagi karya jurnalistiknya. Jumlahnya tentu tak terhitung. Karena sejak lulus SMA, Aan pun menjadi wartawan, selain pengarang.
Semangatnya untuk terus menulis juga tak berhenti hanya karena pada 2007 Aan pensiun dari Pikiran Rakyat (ditempatkan sebagai redaktur Galura). Aan selanjutnya menerbitkan buku dan majalah Ujung Galuh. Majalah berbahasa Sunda ini berisi tentang sejarah Sunda buhun, yang merupakan salah satu wujud "kekecewaan" Aan terhadap sejarah Sunda versi ilmiah yang isinya itu-itu juga sekalipun ditulis oleh banyak sejarawan.
"Jiga nu silih tiron, tepika aya kesan nu disebut karya tulis akademisi teh nyaeta karya tulis silih tiron, silih cutat. Hal-hal nu anyar mah teu aya atawa saeutik pisan…" kata Aan tentang sejarah Sunda versi ilmiah ( hal 76). Karena itu untuk menambah pengetahuannya tentang sejarah Sunda, Aan mencari sendiri. Kumaha bae carana, ka mana bae tepina. Indit ka gunung,indit ka leuweung, indit ka sisi sagara, ka sisi walungan. “Da horeng lalakon urang Sunda mah ayana lain di kota,” kata Aan (hal 77).
Karena itu, sekarang Aan bukan saja disebut pengarang atau jurnalis, tapi juga kerap disebut "sejarawan Sunda buhun" sekalipun hasil-hasil "penelitiannya" dianggap oleh sejarawan kampus sebagai dongeng belaka. Tapi Aan sendiri, disebut begitu, tetap enjoy aja (pinjam istilah iklan rokok).
Memang cukup menarik membaca biografi ini. Selain dituturkan dengan bahasa Sunda sehari-hari, sehingga mudah dicerna oleh mereka yang baru belajar bahasa Sunda sekalipun, biografi yang sebetulnya "otobiografi" ini (karena ditulis oleh Aan sendiri sebagaimana diungkapkan dalam pengantarnya, hal 3-5) mengupas cukup detil perjalanan hidup Aan periode 1967 hingga 2011.
Dengan menggelitik, di biografi itu diungkapkan bagaimana ketika masih duduk di kelas dua SR (SD) di Cicadas, Bandung,  Aan "jatuh cinta" kepada gurunya, atau berusaha mencari cara agar bisa berdekatan dengan artis sandiwara berusia 40 tahun tapi kalau sudah tampil dipanggung cantiknya luar biasa. Masa remajanya juga sering patah hati karena cintanya kerap ditolak para gadis. Tapi di balik semua itu, konsistensinya dalam berkarya tak terbantahkan, dan itu berlangsung sejak usia sangat muda.
Biografi yang ditulis dengan gaya bercerita, mirip novel, sehingga kita tidak jenus membacanya ini, juga dilengkapi dengan komentar pengarang/penulis lain dan sejumlah mantan wartawan Galura yang pernah mendapat asuhan dan binaannya ketika Aan menjadi redaktur surat kabar mingguan tersebut.
Dari biografi ini kita dapat belajar bahwa ketekunan dan semangat menjalani profesi tidaklah ditentukan besarnya upah materi dari profesi itu sendiri. Tapi lebih ditentukan oleh keyakinan yang dalam bahwa profesi itulah jalan hidup terbaik kita. Aan sendiri, sekalipun telah menerbitkan puluhan buku, tetap hidup biasa-biasa saja. Bahkan untuk  kelangsungan penerbitan Ujung Galuh, Aan mengaku terpaksa menjual mobil dan motornya. Sungguh sebuah kecintaan terhadap profesi, yang mungkin saat ini sudah jarang kita temukan.
KARYA – KARYA AAN MERDEKA PERMANA
Buku-bukunya dalam bahasa Sunda yang telah diterbitkan kebanyakan merupakan cerita untuk anak-anak, di antaranya :
Tulisan Aan dalam Bahasa Sunda, diantaranya :
·         Kedok Tangkorek (1986)
·         Jalma nu Ngarudag Cinta (1986)
·         Andar-andar Stasion Banjar (1986)
·         Muru Tanah Harepan (1987)
·         Nyaba ka Leuweung Sancang (1990)
·         Tanah Angar di Sebambam (1987)
·         Paul di Pananjung, Paul di Batukaras (1996)
·         Si Bedegong (1999)
·         Silalatu Gunung Salak (6 episode, 1999—2001).
Tulisan Aan dalam Bahasa Indonesia, di antaranya :
·         Anak Laut Kembali ke Laut (1983)
·         Memburu Harta Karun Peninggalan Jepang (1986)
·         Menjelang Bandung Dibakar (1986)
·         Hijaunya Pucuk Teh (1986),
·         Di Puncak Gunung Manglayang (1986)
·         Senja Jatuh di Pajajaran ( 2005)
Pada tahun 2006, karya Aan yang diterbitkan yaitu kumpulan cerita pendek diantaranya :
·         Keroncong ti Kutoarjo (cetak ulang)
·         Album Carpon
Karya-karya Aan yang lain yaitu  cerita sejarah, diantaranya :
·         Pasukan siluman Haji Prawatasari (1999)
·         Palagan Dipati Ukur ( 2006)
·         Dalem Boncel ( 2006), Rambut Kasih ( 2006)
·         Geusan Ulun ( 2006)
·         Kunanti di Gerbang Pakuan (2007).
                 

LAPORAN HASIL WAWANCARA KELOMPOK 10

                                          
                                                  Di susun  Oleh :
Muhammad Maulana Hakim      (1155020065)
Aam Amelia adalah seorang sastrawan sunda yang lahir dan besar di bandung sejak kecil. Beliau dari kecil sudah sangat antusias terhadap bahasa sunda. Bakat menulisnya sudah terliaht dari beliau sejak kecil. Ketika kecil pada umur 12 tahun beliau sudah pernah menerbitkan sebuah cerpen dan di terbitkan oleh Koran Pikiran Rakyat yang berjudul “Ulang tahun” tapi karena dulu masih banyak keterbatasan alat edia seperti foto dan yang lainnya. Jadi sekarang tidak ada dokumentasinya.
Untuk bisa menulis beliau suka sekali membaca. Beliau berkata “harus banyak baca’ apapun itu. Beliau tertarik kepada carpon sunda ketika beliau suka membaca majalah mangle, dan lalangsari.  Ketika umur 16 tahun beliau mengirimkan carpon kedapa penerbit majalah sunda mangle dan Lalang sari karena ada pergantian redaksi, karya beiau dimuat 3 tahun kemudian ketika beliau umur 19 tahun. Dan mendapat pujian dari berbagai pihak termasuk kepala majalah mangle dan lalang sari, karena teknik menulis yang bagus sedangkan umurnya masih sangat belia, dan pada saat itu semnagatnya kembali menggebu.
Dari situ beliau dipanggil oleh pihak majalah mangle dijadikan sebagai redaktur ketika umur 20 tahun.

1.      Tuliskan biografi mereka.
Aam Amelia A Mustappa, lahir dan besar di bandung, riwayat pendidikan : SD Nilem, SMPN 3 dan SMAN 1 Bandung, mahasiswa FHPM Unpad (tidak tamat). Riwayat pekerjaan (1966-2009): redaksi majalah sunda mangle, manager penerbit buku PT. granesia, dll.
Riwayat organisasi: penggurus paguyuban pangarang sunda, ketua paguyuban sastrawati sunda patrem, anggota ikatan pengulis wanita (WPI Jakarta), anggota penulis Indonesia aksara (Jakarta), anggota himpunan mahasiswa bandung, dll.
Riwayat karir: menjadi peserta latihan wartawan dijakarta, mengikuti pertemuan sastrawan se-ASEAN di baguio, mamnila Filipina., kongres kebudayaan di Bukit Tingggi Sumatra Barat, pertemuan jatidiri sastra daerah di Bojonegoro Jawa Timur, dll. Meliputi masalah social dan keluarga berencana di Indonesia (jawa,bali,Sumatra, Kalimantan, Sulawesi, aceh, dll), meliputi masalah sastra dan budaya ke beberapa Negara di asia (Filipina, India, Singapura), meliputi masalah kesenian dan budaya ke beberapa Negara di eropa (belanda, inggris, perancis, jerman, dan Austria) .
2.      Karya yang telah dihasilkan.
Karya yang telalh dihasilkan berjumlah 27 judul buku antara lain novel sunda (sanggeus halimun peuray yang diangkat menjadi film oleh DFN , samagaha, lalangse, buron, puputon, kembang-kembang anten, dll), cerita detektif (seminar dan kalajengking), cerita fable (talaga malihwarni), novel Indonesia (jago-jago bandung selatan, karena kasih sayangmu, diujung baying-bayang, kutunggu di bukit bunga). Aam juga sudah menulis buku biiografi dua orang tokoh seni, tati saleh (bintang panggung) dan euis komariah (daweung Tineung), juga biografi seorang guru dan penulis buku pelajaran, Abdul Malik Goba (menegnang Seratus Tahun), serta para tokoh dari dunia kedokteran, Prof dr Sulaiman sastrawinata SpOG. K (sebuah perjalalnan panjang ), Prof. Dr. Sri Hartini KS Kariadi dr SpPD KEMD (Hari-hari penuh arti) Prof. Dr. Ahmad Biben, dr SpOG. K (Mensyukuri Nikmat), Prof. Dr. Gantira Nantadisastra dr SpM (Langkah penuh makna). Prof. Dr. Rosye Rosita Oewen drg SpKGA (setangkai mawar), prof tet Suparwadi, drg SpMB (pilar yang kokoh), Prof. Johan S masjhur SpPD-KEMD. SpKN, (BAngo Butek Mencapai Asa), prof H. Tony. S Djayakusumah dr SpKK. FINSDV, FAADV, (Sebening Air Fachry Ambia Tandjung dr SpB, Sp OT, M Phil Orth (Kado untuk buya) dan tokoh pertanian Ir Insyaf Malik (Langkah Pasti Menuju Cita)
3.      Bagaimana proses kreatif dalam menulis ?
Banyak orang yang mengira bahwa dalam menulis untuk memnghasilkan suatu karya satra itu harus berdiam diri di tempat sepi untuk mencari inspirasi, tapi tidak dengan ibu AAm maelia ini, untuk menghasilkan suatu karya sastra beliau justru sebaliknya yaitu dija tempat yang ramai. Beliau punya prinsip yaitu “tidak boleh menulis pengalaman sendiri” dalam setiap karya sastra yang dihasilkannya, karena itu akan membunuh daya khayal, imajinasi kita. Beliau menulis seperti ini “misalnya ketika berjalan ke kantor bertemu dengan sorang pengemis lalu beliau berkhalayal apa yang terjadi pada pengemis tersebut”.
Dalam proses kreatif menulis beliau selalu melakukan observasi terlebih dahulu, seperti contoh ketika beliau menulis sebuah novel sunda yang berjudul “jaruji” yang mengisahkan tentang seorang yang berada dibalik sel tahanan. Beliau observasi, masuk ke dalam penjara, memita izin kepada polisi yang bertugas.
Selain tidak menulis pengalaman sendiri beliau selalu membaca untuk menambah referensi menulisnya.

4.      Bagaimana dalam gaya kepenulisan penulis sendiri ?
Dalam menulis beliau sellau berprinsip.
1.      Informasi
2.      Mendidik
3.      Menghibur
Ketiga unsur tersebut harus balance (seimbang). Bahasa dalam dialog beliau selalu menggunakan bahasa yang dimengerti, kebnyakan beliau yang bercerita tentang kritik sosial.

5.      Perkembangan bahasa sunda menurut penulis ?
Orang- orang selalu berkata apa sih bahasa sunda? Tapi beliau membuktikannnya dengan karya-karya beliau dalam sastra sunda. Beliau mnegikuti berbagai ajang kompetisi menulis carpon dan beliau berhasil memenangkakn penghargaan 2 kali berturut-turut. Ketika akan di adakannya pertemuan sastrawan di Indonesia di Jakarta beliau ditunjuk sebagai perwakilan dari sastra sunda. Masuk kedalam lingkungan sastrawan yang notabane nya dalam bahasa Indonesia beliau sama sekali tidak minder apalagi malu, karena beliau suka membaca beliau sudah tahu apa dan bagaimana yang harus dilakukan, ampai pada waktu itu beliau di jadikan ketua tim perumusan. Beliau berpesan bahwa jangan aada kata minder harus berani Percaya dri, tapi dengan berani itu kita harus mempunyai modal pengetahuan yaitu dengan membaca, apapun itu mau baca novel, Koran ataupun buku pengetahuan. Berkat rasa percaya diri dan modal penegetahuannya itu, beliau di utus menjadi delegasi salah satu peserta pertemuan sastrawan se- ASEAn di Filipina. Ketika itu beliau membacakan sajak sunda di hadapan para peserta, beliau menerjemahkan ke dalam bahasa Inggris dan semuanya berdecak kagum.
6.      Bagaimana menjadi pengarang yang sukses ?
Modal menjadi pengarang yang sukses yaitu :
·         Membaca
·         Tulisan yaitu belajar, berlatih cara menulis yang bagus
·         Memelihara moral, pikirkan apa akibat dari tulisan kita bagi konsumen.
·         Memelihara bahasa, guankanlah bahasa yang bagus , komunikatif.
·         Dan jangan tinggalkan logika.

7.      Bagaimana belajar mengarang yang benar ?
Jika sudah mempunyai bakat maka kembangkan, tapi menulis itu tiddak selalmanya harus dari yang punya bakat, asalkan mempunyai kemauan dan tekad yang keras, untuk bisa menulis, dengan berlatih seperti latihan menulis diary, cobalah dalam sebulan barlatih menulis diary itu melatih kita dalam merangkai kalimat. Dan di akhir cobalah bandingkan dan evaluasi hasil tulisan kita. Dan selanjutnya yaitu membaca buku sastra, mau itu sastra sunda atau sastra Indonesia seperti layar terkembg, siti nurbaya, dibawah lindungan ka’bah.

8.      Apa motivasi penulis agar karya sastra dapat dimuat di media massa ?
“berbahagialah orang yang menulis ia bisa mengeluarkan isi hati dan diterima masyarakat, bisa menjadi motivator, menjadi informan, menjadi penghibur bahkan menjadi pendidik lewat tulisan kita”
Jujurlah, karena orang akan lebih menilai orang yang jujur dan orang yang jujur itu akan dikenang seumur hisup seperti soekarno, bung hatta mereka adalah orang-orang yang jujur dan selallu dikenang sepanjang hidup.




LAPORAN HASIL WAWANCARA KELOMPOK  11


oleh
1.    Elih Ratna Suminar         ( 1155020033 )
2.    Muna Badriah                 ( 1155020067 )


A. Drs. Yayat Hendayana M. Si.
            Bapak Yayat Hendayana lahir di Bandung, 7 Juni 1943 (73 Tahun). Pada waktu SMA kelas XI, beliau sering mengikuti perlombaan baca Puisi, dan beliau selalu mendapat juara. Karena setiap mengikuti perlombaan puisi, beliau selalu mendapatkan juara. Akhirnya Panitia Perlombaan Puisi, menunjuk beliau menjadi juri untuk perlombaan baca  puisi. Itu dimaksudkan agar beliau tidak menjadi peserta, melihat bahwa beliau selalu mendapat juara dalam perlombaan puisi. Enam bulan pertama, beliau menjadi juri pendamping, setelah itu akhirnya beliau menjadi juri penuh. Setelah membaca puisi orang lain, akhirnya timbul di dalam hati beliau untuk membuat puisi.
            Beliau pertama kali menulis puisi tahun 1965 (22 Tahun). Sebelumnya beliau suka menulis puisi, tapi hanya untuk kepentingan pribadinya saja. Mulai tahun 1965, barulah beliau menulis puisi untuk dipublikasikan.  Pak Saini K.M. (Guru pak Yayat) merupakan pemimpin Redaksi Harian Pikiran Rakyat Jurusan Sastra, jadi, setiap tulisan yang ia buat dan yang ingin dipublikasikan beliau memberikan tulisannya itu kepada pak Saini K.M. Menurut beliau, pak Saini K.M. adalah seorang Redaktor yang objektif. Jika tulisannya itu baik, maka oleh Pak Saini  akan dimuat, dan sebaliknya, jika tulisan itu jelek, maka tidak akan dimuat. Walaupun penulisnya merupakan orang dekat pak Saini. Motivasi beliau dalam menulis yakni beliau ingin merubah kehidupan nasib perekonomiannya menjadi lebih baik, karena beliau termasuk ke dalam masyarakat di bawah garis kemiskinan. Ibunya merupakan penjual lotek dan ayah beliau telah meninggal. Pada waktu itu beliau sangat rendah diri, apalagi jika berhadapan dengan perempuan (mati kutu). Karena beliau sadar diri, melihat bahwa sangat sederhananya beliau (bukan apa-apa). Salah satu upaya untuk menunjukkan eksistensi, seperti sekarang ini biasanya remaja-remaja SMA uncul perasaan suka terhadap perempuan. Begitu juga dengan beliau. Beliau pernah menaksir perempuan dikelasnya, tetapi perempuan itu tidak tahu. Beliau kemidian berharap, jika tulisannya itu dibaca olehnya, ia mencoba menulis dengan baik. Tapi, beliau tidak berani untuk mengungkapkannya. Nah, itulah yang menjadi motivasi  lain beliau, untuk beliau menulis dengan baik. Beliau berkata bahwa, banyak motivasi untuk menulis.
Pertama kali beliau menulis puisi bahasa Sunda dalam bentuk buku pada tahun1973. Judul buku tersebut adalah “Katiga” (Kemarau Panjang), kemudian tahun 1975 ia pun menulis puisi lagi, akhirnya setelah itu, setiap dua tahun beliau selalu menulis puisi. Terakhir beliau menulis puisi tahun 2005. Beliau merasa aneh, karena buku-buku puisinya, sama sekali tidak ada unsur percintaan, walaupun beliau yang menulisnya sendiri. Tapi beliau tidak sadar akan hal itu. Akan tetapi, sajak-sajaknya pada umumnya yang tertuang di dalam puisi banyak mengandung unsur pesimistis. Kemudian pada tahun 2000-an mulai beliau menulis puisi mengandung unsur optimistis.
            Kemudian setelah SMA, beliau masuk di Akademi Teater dan Film itupun bantuan pak Saini, karena pak Saini mengetahui bagaimana kondisi keuangan beliau. Jadi, beliau tidak perlu mengeluarkan biaya untuk Akademi tersebut. Akademi itu non-negeri, kuliahnya selama 4 tahun dan tidak berijazah. Kemudian, ia akhirnya mempunyai penghasilan sendiri dari menulis puisi, artikel dan cerpen. Hasil dari menulisnya itu, beliau tabung untuk membayar pendaftaran ke Universitas Padjajaran tahun 1973. Pada tahun 1976 ketika beliau sedang mempersiapkan skripsi untuk sarjana Muda, beliau kemudian ditawari beasiswa ke Jerman. Beliau berpikir, daripada beliau susah-susah bayar kuliah ke Universitas Padjajaran, lebih baik beliau mengambil beasiswa, dibayari orang lain. Beliau kuliah di International Institute For Journalism, Berlin, Jerman selama 3 tahun. Selama beliau kuliah di Universitas Padjajaran, beliau tidak pernah mengunjungi orangtuanya, karena orangtua beliau tidak mengijinkan beliau kuliah, karena tidak mempunyai biaya. Pada waktu beliau mendapatkan beasiswa, barulah beliau pulang menemui orangtua beliau, untuk memberikan kabar bahagia itu. kemudian setelah mendengar kabar gembira tersebut, orangtua beliau menangis haru mendengarnya. Beliau pun pamit.
            Uang saku yang beliau dapatkan dari beasiswa, sebagian diberikan kepada orangtua beliau, dan dari beasiswa yang dikirimkannya, digunakan untuk merenovasi rumah oleh orangtuanya. Dan sebagian lagi ia gunakan untuk keliling Eropa selama 1 tahun. Beliau berkata, jika kita kuliah di Eropa dan berusaha untuk menghemat, pasti akan ada lebihnya. Beliau hidup 50 % uang saku beasiswanya itu, dan itu sudah luarbiasa. Jumat sore beliau selalu berkunjung ke luar negeri dan pulang Senin. Setiap beliau berkunjung, beliau selalu mengirim tulisan ke Pikiran Rakyat, karena pada waktu itu, beliau sudah bekerja di Pikiran Rakyat. Jadi, setelah beliau pulang dari Eropa, beliau tinggal menerima uang dari hasil tulisan yang dikirimkan ke Pikiran Rakyat. Uang yang terkumpul di kantor Pikiran Rakyat, oleh kantor dibelikan mobil. Karena orang kantor berkata kepada beliau, mengingat beliau selalu ke kantor dengan jalan kaki. Tadinya beliau tidak mau, tapi karena itu demi kabaikan, akhirnya beliau setuju.
Jika kita bersedia hidup sederhana, kita bisa menyisihkan hanya dari beasiswa kita. Ada teman beliau dari Malaysia, dan hidupnya sangat boros sehingga ia pun sengsara, dan hanya bertahan di Jerman selama 1 tahun (tidak kuat hidup di Eropa).
            Beliau juga sering ke luar kota, dan selalu menginap di masjid.
Beliau merupakan anggota pendiri Teater Perintis. Kronologi beliau bisaikut menjadi anggota untuk mendirikan Teater Perintistersebut, karena beliau suka baca-baca puisi, sehingga beliau diajak oleh pak Saini ke kelompok Teater Teater Perintis atau Studiklub teater Bandung adalah sebuah grup tetaer yang orientasinya ke Barat, naskahnya selalu naskah-naskah Barat. Motivasi didirikannya grup itu, yakni ingin mencoba mencari atau mengumpulkan naskah-naskah dalam negeri yang bagus, jadi dibuatlah “Teater Perintis”.
Dalam menulis, beliau tidak menggunakan teknik khusus, maupun teori. Menurut beliau, jika tidak menggunakan teori, menulis akan lebih leluasa. Dibandingkan dengan menggunakan teori. Karena jika kita menggunakan teori, kita akan sering berhati-hati, dan tulisan kita akan garing.
Menurut beliau, emosi juga mendorong kita untuk menulis. Pada dasarnya, ketika kita gembira, dorongan untuk menulis sangat kecil, berbeda ketika kita sedang bersedih. Jika kita bersedih, banyak kata-kata atau inspirasi yang mengalir di pikiran kita.
Pada latihan menulis pun, kita harus punya uraian. Biasanya uraian itu lebih murni, lebih jujur. Belajarlah menulis, melalui buku harian, salah satu langkah pertama latihan menulis. Mengangkat curhatan diri di buku harian menjadi ide tulisan.
Pada saat menulis, beliau merasa tidak ada hambatan. Hambatan memang ada, tapi karena asyik menulis, hambatan itu pun terlupakan. Menurut beliau, dalam menulis sangat penting sekali yang namanya latihan. Di mulai dari bangun pagi, kemudian sembahyang subuh, setelah itu, langsung menghadapkan wajah kita ke mesin tik, dan tulislah kalimat, mau satu ataupu beberapa kalimat, agar kita terbiasa, dan menjadi hobi atau kesenangan sendiri.
Motivasi :”Untuk generasi sekarang, banyaklah untuk menulis. Untuk itu, seringlah untuk latihan menulis, karena tidak ada ruginya bagi kita. Dan  jangan lupa tuliskan sesuatu yang menurut kita menarik tentang masalah-masalah kehidupan, walau sekecil apapun tulis tersebut, agar tidak lupa.
Semua hal adalah persoalan, begitu kita melangkah ke luar rumah, semua yang kita hadapi di depan adalah persoalan. Selalu ada persoalan di dalam hidup kita dan persoalan itu tidak perlu kita cari, karena mereka akan datang sendiri.
Hiduplah sederhana, karena kesederhanaan menjadikan hidup sejahtera. Dan hiduplah seperti laba-laba, yang selalu membuat banyak jaring di mana-mana, untuk memudahkan kita meningkatkan banyak hasil dari proses kreatif kita.
Kuncinya: latihan, dan mencatatkan persoalan-persoalan yang dihadapi, segala sesuatu itu selalu menjadi bahan tulisan, dan menarik untuk ditulis.
Beliau selalu ikut kejuaran dan selalu memperoleh penghargaan. Oleh Lembaga Bahasa dan Sastra Arab (hanya untuk puisi Sunda) beliau mendapat penghargaan, karena puisi beliau dinyatakan sebagai puisi terbaik, dengan judul puisinya adalah “Kunaon Juragan Menduk”. Menceritakan tentang para pengemis yang menengadahkan tangannya ke jendela-jendela mobil, dan adakalanya penghuni mobil tersebut malah mencaci maki dan jijik kepada pengemis tersebut. Si pengemis itu bertanya, kenapa sih harus marah, dan si anak ini sadar, diusianya itu bukan ada di jalan tapi harusnya ada di sekolah. Tapi apa daya, dia tidak bisa sekolah. Jadi itulah isi ceritanya. Beliau mengangkat tulisannya itu, dari kehidupan sehari-hari.
Kemudian adajuga puisi beliau yang berjudul “Èméh Salamah Dikubur”. Menceritakan seorang wanita yang bernama Èméh Salamah yang berasal dari kampung, kemudian dipekerjakan, dan tidak tahu ternyata dia dipekerjakan menjadi PSK. Orang yang membawanya itu, menyuruhnya untuk mengganti nama, karena menurut orang tersebut namamnya itu kampungan. Akhirnya, ia pun mengganti namanya menjadi Emi Silviani. Lambat. Lambat laun pengaruh perkotaan merasuk dirinya dan merubah penampilannya. Ia melihat dirinya di cermin, ia sedih karena ia tidak melihat Èméh di dirinya, tetapi ia hanya melihat Èmi yang bekerja sebagai PSK.






LAPORAN HASIL WAWANCARA KELOMPOK  12

Disusun oleh:
Dewi Nurfitriana        ( 1155020027 )
Elsa Halimatussadiah  ( 1155020034 )
Hudzaifah Zaenal M    ( 1155020046 )
Neng Nuraeni              ( 1155020076 )
H. Us Tiarsa R.

H. Us Tiarsa R. adalah salah satu sastrawan sekaligus wartawan yang dilahirkan di Bandung (tepatnya Kebon Kawung), tanggal 1 April 1943. Ia pernah mengenyam pendidikan SD di Bandung (1949-1955), SMP Bag. A di Bandung (1955-1958), SMA Bag. A di Bandung (1958-1961), Fakultas Sastra Universitas Padjajaran (UNPAD) Jurusan Sastra Indonesia (1961), Sastra Sunda (1969), Akademi Seni Tari Indonesia (ASTI) yang sekarang berganti nama menjadi ISBI, Jurusan Teater (1978-1981). Ia juga pernah menempuh beberapa pendidikan Non formal, diantaranya Pendidikan Pertanian Jurusan Tanaman Padi di Karawang (1961-1963), Pendidikan Kewartaan Depen RI di Jakarta (1969), Workshop Kewartawanan PWI di Jakarta (1970), Karya Latihan Wartawan di Bandung (1972), dan Penataran P-4 Nasional di Jakarta (1973). Ia pernah mengajar di Fikom Universitas Islam Nusantara (UNINUS), STIKOM, Pusdikhub AD, dan D3 Fikom UNPAD.
Pengalamannya dalam organisasi sangat luar biasa. Ia pernah menjadi anggota Daya Mahasiswa Sunda, Pengasuh dan Pengurus Kujang Putra, Studi Grup Budaya Sunda (SGBS), anggota Pendiri Paguyuban Panglawungan Sastra Sunda (PPSS), anggota PWI, Ketua dan Pengurus PWI Cab. Jabar,  Wakil Ketua BKKNI Jabar, Wakil Ketua Yayasan Daya Budaya Pasundan, Pengurus Paguyuban Pasundan Dep. Seni dan Budaya, Sekretaris PB Paguyuban Pasundan, Anggota dan Sekretaris Tim Independen Pemilihan Anggota KPU Jabar, Penasehat Perkumpulan Penyuluh Kehutanan Jabar, Ketua Koalisi Mitra Peduli Kependudukan (Milik) Jabar, Penasehat PWI Cabang Jabar, Ketua Umum Lembaga Bahasa dan Sastra Sunda (LBSS). Bidang profesi yang ia tekuni juga sangat banyak, diantaranya pernah menjadi Kepala Sub Wilayah Padi Setra di Karawang (1961-1963), Redaktur SKM Kujang (1963-1965), Redpel Majalah Sunda (1965-1968), Redpel Majalah Mangle (1968-1972), Redpel Majalah Gondewa (1972-1975), Pemred Koran Galura (1975-2003), Redaktur dan Pembina Bahasa HU. Pikiran Rakyat/Galura (2003-2005), dan Pemred/Penanggungjawab Bandung TV (2005-Sekarang).
Yang tak kalah menarik dan hebat dari tokoh ini ialah kunjungannya  ke luar Negeri. Beberapa Negara yang pernah dikunjunginya adalah Taiwan dan Cina (1955), Beberapa kota Australia (1998), dan Malaysia (2004) dalam rangka tugas Jurnalistik, serta Negara Eropa Barat dan Singapura (1996) dalam rangka Seminar Percetakan Pers di Bonn. Semua wilayah Jawa Barat pun hampir semuanya ia kunjungi. Bahasa, budaya, sosial setiap wilayah sedikit banyaknya sudah ia ketahui.
Ia memiliki empat orang anak bernama Endah Windiarti Gumintang, Kiki Muntangkara Gumilang, Ella Nilandari Gumati, dan Ummy Gumiwang dari istrinya yang bernama Hj. Elsye Suhermin Us Tiarsa R. Ayahnya bernama O. Yahyadipraja (alm.) lahir di Bandung, 22 Januari 1910, dan Ibunya Nyi Mas Ecoh (alm.) lahir di Garut, 12 Maret 1901. Sekarang ia bertempat tinggal di Jl. Pikiran Rakyat No. 15 Komplek Galih Pawarti Baleendah Kabupaten Bandung.
Ia mulai menulis  sejak SMA dan tulisannya dimuat di berbagai surat kabar. Ia menulis puisi, cerpen, cerita anak-anak, artikel, featur, kolom tentang kebudayaan dan kependudukan di Galura, Pikiran Rakyat, Kompas, dan lain-lain,  dalam bahasa Indonesia dan bahasa Sunda. Beberapa karyanya adalah cerita wayang untuk anak-anak (sebanyak dua jilid) dalam bahasa Indonesia, buku tentang Bandung yang berjudul “Basa Bandung Halimun”, kumpulan cerpen bahasa Sunda yang berjudul “Halis Pasir”. Kumpulan cerpen “Halis Pasir ini” diluncurkan di UIN Sunan Gunung Djati Bandung dan mendapat penghargaan “Rancage” pada tahun 2011.
“Halis pasir adalah nama kampung imajiner. Dinamai Halis Pasir karena disana ada sebuah bukit yang menyerupai alis seseorang. Didalamnya menceritakan tentang seorang nenek yg bekerja sebagai pembuat genting dan bata berdasarkan pengalaman batin.” Katanya.
Ia mengatakan bahwa: “menulis itu bagi saya sudah seperti makanan, setiap hari harus makan dan setiap hari harus menulis. Meskipun kita hidup sengasara, yang akan ditulis itu selalu ada. Apalagi dalam bidang jurnalistik saya punya prinsip: ‘aib bagi seorang wartawan jika ia pulang tanpa berita’. Ada ranting jatuh di pangandaran saja kita  harus tau.” Tegasnya.
Ia sempat menceritakan pula kisahnya ketika ia duduk di kelas 4 SD. “Waktu itu  di Kebon Kawung ada orang Tasik berdatangan untuk sewa rumah, saya aneh, kebetulan ayah saya  jadi RT, saya melihat banyak sekali data orang-orang yang berdatangan kesini. Saya menulis surat ke Pikiran Rakyat untuk melaporkan keanehan ini, ‘Banyak warga Ciawi berdatangan ke Kebon Kawung karena mengungsi takut gerombolan DI/TII.’. Besoknya laporan saya dimuat, kemudian ada salah satu wartawan yang mengatakan pada saya bahwa ‘adik seorang wartawan’. Ketika itulah saya sudah mulai ada keinginan untuk membuat berita. Sejak itu pulalah keinginan menjadi wartawan mulai tumbuh.” Tuturnya.
Karena ia mulai menulis sejak kelas 4 SD, maka ia juga mulai membaca sejak kelas 4 SD. Sejak itu ia sudah menjadi anggota perpustakaan bahasa Inggri British consul di jalan riau. Ketika duduk di bangku SMP, ia sudah tertarik dengan sastra, dan membaca buku-buku sastra. Ia memanfaatkan buku-buku perpustakaan untuk ia baca.
Ketika ditanyai perihal Bandung TV, ia berkata: “Bandung TV didirikan bulan November 2004. Siaran perdana Bandung TV yaitu pada tanggal 3 Januari 2005, tanggal ini sekaligus dijadikan hari ulang tahun Bandung TV. Bandung TV didirikan oleh sekelompok orang, tidak ada campur tangan Pemerintah, dan benar-benar murni Swasta. Program utama yang ditayangkan di Bandung TV adalah news (berita). Ada juga program hiburan seperti musik, Klip Parahyangan misalnya. Bandung TV juga mencetak koran khusus tentang ekonomi yang bernama bisnis.com. Koran itu terbit setiap hari Jumat, dan gratis diberikan kepada siapa saja.”
Tahun 1963 Us Tiarsa menjadi wartawan, dan pertama kali menjadi wartawan di media massa berbahasa Sunda, di Kalawarta Kujang dan menjadi redaktur serta pengasuh lembaran sastra disana. Pernah juga di Mangle,  mendirikan beberapa majalah bahasa Sunda seperti Gondewa dan Galura. Terakhir, di koran sunda Galura dan menjadi pemimpin Redaksi disana. “Saya bertemu dengan Usman Supendi disana ketika ia menjadi penulis dan reporter. Sejak tahun 1975-2005 saya di Pikiran Rakyat, dan sejak tahun 2005-sekarang saya di Bandung TV sekaligus menjadi wartawan sejak 1963.” Ia bercerita.
Tahun 1963 juga, ia pernah  menjadi Pegawai Negeri di Karawang. Pada saat itu ia menulis puisi yang berjudul “Tandang” ke Kalawarta Kujang, dan kemudian puisi itu dimuat. Setelah puisi itu dimuat, ia diminta untuk datang dan berdiskusi disana. Pada akhirnya ia diminta untuk jadi Pengasuh Sastra di Kujang, dan memutuskan berhenti menjadi Pegawai Negeri di Karawang. Ia juga pernah menulis di majalah Tempo Jakarta. Orang-orang Jakarta menyebutnya pedagang keliling  karena setiap tulisannya ia kirimkan ke berbagai majalah.
Ketika ditanyai perihal media, menurutnya media massa mengalami pernubahan dari masa ke masa. Media massa sangat dipengaruhi oleh situasi politik yang berada di tempat itu.  “Misi saya menulis adalah untuk memperbaiki keadaan. Jika seandainya kita tidak bisa bergerak dengan fisik, maka bergeraklah dengan tulisan. Jika tidak bisa melalui tindakan, maka melalui ucapan, jika masih tidak bisa melalui ucapan ya lewat hati. Doa itulah harapan kita.” Begitu katanya
Ia berpesan pada generasi muda agar membiasakan diri untuk sering membaca dan memperbanyak literasi, karena dari kebiasaan membaca, kita akan terdorong untuk menulis. “Penulis yg baik itu tidak menulis hal yang kebetulan. Ada sebuah proses yang membuat hasil tulisannya itu mempunyai nilai sastra, yaitu dari hasil membaca dan latihan menulis itu.”







 













Tidak ada komentar:

Posting Komentar