Laporan Hasil Wawancara
Diajukan untuk memenuhi UAS Mata Kuliah Sastra Indonesia
Dosen Pengampu :
Dr. Usman Supendi, M. Pd
Diajukan untuk memenuhi UAS Mata Kuliah Sastra Indonesia
Dosen Pengampu :
Dr. Usman Supendi, M. Pd
KATA PENGANTAR
Puji syukur
alhamdulillah Allah selalu memberikan jalan dan kelancaran di setiap masalah
hambanya, bahkan tugas tugas nya yang super padat di minggu-minggu terakhir
ini, khususnya kami mahasiswa/i semester 3 Jurusan Bahasa dan Sastra Arab
Fakultas Adab dan Humaniora.
Tak terkecuali
kami haturkan terimakasih kepada dosen yang berhak memberi kami tugas dan nilai
sesempurna mungkin , begitu yang kami harapkan, yang menjadi panutan dan
bimbingan untuk kami, untuk bisa belajar mengenai sastra-satra yang ada di
dunia terutama satra indonesia.Terimakasih untuk dosen kami, bapak Dr. Usman
Supendi, M. Pd
mengajarkan kami banyak hal terutaman menulis karya sastra bahkan
cara-caranya. Sekali lagi, kami mohon kebesaran hati untuk dapat di terimanya
Hasil wawancara kami, yang masih jauh dari kesempurnaan tugas yang di harapkan.
Kami mohon kritik dan saran dari semua pihak yang bersangkutan baik umum dan
khusus, khusus nya untuk penulis Hasil wawancara ini sendiri.
Bandung, 12 desember 2016
Bandung, 12 desember 2016
Penulis
KATA
PENGANTAR……………………………………………………………..i
DAFTAR ISI……………………………………………………………………...ii
ABDULLAH MUSTAPPA.........................................................................1
SONI FARID........................................................................................4
MAULANA NANANG SUPRIATNA .............................................14
ROSYID E. ABBY.............................................................................,17
YUS R ISMAIL.....................................................................................................24
CECEP BURDANSYAH.......................................................................................27
HERMAWAN AKSAN.........................................................................................36
DADAN SUTISNA...............................................................................................39
AAN MERDEKA PERMANA.............................................................................50
AAM AMALIA....................................................................................................54
DRS. YAYAT HENDAYANA M. SI .................................................................59
US TIARSA R.......................................................................................................64
DAFTAR ISI……………………………………………………………………...ii
ABDULLAH MUSTAPPA.........................................................................1
SONI FARID........................................................................................4
MAULANA NANANG SUPRIATNA .............................................14
ROSYID E. ABBY.............................................................................,17
YUS R ISMAIL.....................................................................................................24
CECEP BURDANSYAH.......................................................................................27
HERMAWAN AKSAN.........................................................................................36
DADAN SUTISNA...............................................................................................39
AAN MERDEKA PERMANA.............................................................................50
AAM AMALIA....................................................................................................54
DRS. YAYAT HENDAYANA M. SI .................................................................59
US TIARSA R.......................................................................................................64
LAPORAN HASIL WAWANCARA KELOMPOK 1
Di susun Oleh :
Resa Indra Riadi ( 1155020082
)
Abdul Aziz Husaini ( 1155020002 )
Abdul Aziz Husaini ( 1155020002 )
Laporan
Hasil Wawancara
A.
Waktu dan Tempat Kegiatan
Acara dilaksanakan pada :
Hari : Minggu,
11 November 2016
Pukul : 10. 30
s/d selesai
Tempat : Kediaman
rumah bapak Abdullah Mustappa
B.
Laporan Hasil Wawancara
Narasumber : Abdullah
Mustappa
Pewawancara : Neng Naza
Atussaidah
Juru Tulis : Neng Naza
Atussaidah
Juru Rekam : Ummu Kulsum
Hasil Wawancara
Pertanyaan pembuka :
1.
Selamat siang, pak. Maaf kedatangan kami mengganggu waktu aktifitas
bapak.
Siang, iya tidak
apa-apa
2.
Bagaimana proses bapak menjadi seorang penulis yang sukses?
Dulu, setelah
bapak lulus SMA, bapak kuliah tapi tidak lanjut. Bapak pernah kerja serabutan,
menjadi pegawai negeri sebentar (tidak betah). Kemudian masuk ke dunia
Jurnalistik tanpa sengaja. Ada beberapa
teman yang mengajak untuk menulis, memang sebelumnya bapak pernah menulis di
Pikiran Rakyat, Mangle (majalah hiburan), Majalah Tempo, tapi tanpa ada
pengetahuan tentang dunia jurnalistik.
3.
Apa yang membuat bapak tertarik untuk menulis ?
Pada waktu itu
bapak tertarik dengan novel karya Nur Cholis Madjid yang berjudul Atheis. Bapak
lebih banyak menulis karya dalam bahasa sunda, meskipun pada awalnya bapak juga
pernah menulis dalam bahasa Indonesia di Kompas, Mimbar Demokrasi, dan Sinar Harapan.
Bapak kurang
produktif dalam menulis karya fiksi seperti cerpen maupun lainnya. Bapak lebih
sering menulis essai di Galura yang sampai sekarang masih ada di rubrik,
menulis “Kaca Tilu” setiap minggu.
4.
Bagaimana cara belajar menjadi seorang penulis yang benar?
Perbanyaklah
membaca, mau itu bacaan fiksi ataupun non fiksi. Dengan membaca kita dapat
mengetahui bagaimana sturuktur kalimat yang benar.
Menulis adalah
salah satu cara membuat pemikiran kita menjadi lebih tertib. Mengapa? Karena
ketika kita menulis, setiap kalimat yang akan kita sampaikan harus kita baik
dan tertib, mana kata yang cocok dan tidaknya, tidak asal menulis saja.
5.
Karya apa saja yang telah bapak hasilkan ?
Cerpen yang
berjudul “Titimangsa” terbitan Kiblat, mendapat anugrah menjadi puisi terbaik.
Kemudian bapak juga menulis cerpen, essai, artikel dan juga terjemahan. Bapak
lbih dominan menulis dalam bahasa sunda
6.
Jika ketika kita menulis merasa jenuh, bagaimana cara
mengembalikan seperti awal lagi ?
Main, bapak
sering menghadapi hal seperti itu. Kalo baca mah kan males ya.
Tinggalkan saja, cari akifitas lain seperti olahraga, ngobrol dengan teman atau
menonton film. Cari aktifitas yang tidak berkaitan dengan apa yang kita sedang
tulis. Jadi kita membutuhkan dunia lain secara bahasa kasar nya mah.
Jangan
dipaksakan. Kadang tulisan yang tidak tamat itu bisa kita lanjutkan kadang
tidak sama sekali, carilah tema yang lain.
Hal seperti itu
pasti dialami oleh setiap penulis, sekalipun dia sudah jago dalam menulis.
7.
Tolong berikan kami motivasi sebagai penulis pemula agar bisa
menjadi penulis maupun pengarang yang sukses seperti bapak.
Bapak sendiri
belum merasa sukses sebagai pengarang. Mulailah menulis, dari hal kecil seperti
menulis buku harian (diary) dengan begitu kalian akan terbiasa dengan hal
menulis, jangan takut untuk memulai, jangan takut untuk berkarya. Karenan
pengakamn adalah guru terbaik. Dari pengalaman kita bisa belajar menjadi lebih
baik. Dan perbanyaklah membaca, baik itu bacaan fiksi maupun non fiksi.
LAPORAN WAWANCARA 2
Oleh
Gias L Khaidir
Padil (1145020041)
Abdul Latif
Yaganagi (1155020003)
Hera Nurhidayah (1155020045)
Laporan Hasil Wawancara
I.
Topik Wawancara
Menggali Ilmu dari Sastrawan Soni Farid Maulana
II.
Waktu dan Tempat Kegiatan
Hari / Tanggal : Senin, 28 November 2016
Pukul : 15.30 WIB
Tempat : Jln. Mekar Bumi Asri Rahayu
III.
Laporan Hasil Wawancara
-
Biografi Narasumber
Soni Farid Maulana dilahirkan pada tanggal 19 Februari 1962, di
Tasikmalaya, Jawa Barat. Beliau adalah anak dari
pasangan R. Sarah Solihati dan R. Yuyu Yuhana bin H. Sulaeman. Beliau lulus kuliah di
Akademi Seni Tari Indonesia (kini Sekolah Tinggi Seni Indonesia) pada tahun
1986 dan jurusan yang dipilihnya adalah Teater.
Beliau juga aktif menulis puisi,
esai, prosa, dan laporan jurnalistik di Harian Umum Pikiran Rakyat. Puisi-puisi
yang dibuatnya bukan hanya berbahasa Indonesia, tapi juga berbahasa Sunda.
Sebagai penyair, beliau pernah membacakan
sejumlah puisinya di berbagai acara, yakni South East Asian Writers
Conference di Filipina (1990), Festival de Winternachten di Belanda
(1999), Puisi Internasional Indonesia di Bandung (2002), International
Literature Biennale 2005: Living Together di Bandung, dan sejumlah acara
lainnya yang diadakan oleh Dewan Kesenian Jakarta di Taman Ismail Marzuki.
Puisinya pun diterjemahkan ke berbagai bahasa, yakni ke bahasa Inggris,
Jerman, Belanda, dan Cina. Kumpulan puisinya yang sudah terbit antara lain, Variasi
Parijs van Java (2004), Tepi Waktu Tepi Salju (2004), Selepas
Kata (2005-2005), Secangkir Teh (2005), Sehampar Kabut
(2006), Angsana (2007), dan sebagainya.
-
Karya – Karya Narasumber
·
Karya Tunggal
1. Variasi Parijs van Java
(PT. Kiblat Buku Utama, 2004)
2. Secangkir Teh (PT. Grasindo, 2005)
3. Sehampar Kabut (Ultimus, 2006)
4. Angsana (Ultimus, 2007)
5. Opera Malam (PT. Kiblat Buku Utama, 2008)
6. Pemetik Bintang (PT Kiblat Buku Utama, 2008)
7. Peneguk Sunyi (PT Kiblat Buku Utama, 2009)
8. Mengukir Sisa Hujan (Ultimus, 2010)
9. Disekap Hujan (Kelir, 2011)
10. Telapak Air (KSLS, 2013)
11. Arus Pagi (Rumah Baca Ilalang, 2015)
·
Karya Bersama
1. Tonggak IV (PT Gramedia, 1987)
2. Winternachten (Stichting de Winternachten, Den Haag, 1999)
3. Angkatan 2000 (PT. Gramedia, 2001)
4. Dari Fansuri Ke Handayani (Horison, 2001)
5. Gelak Esai & Ombak Sajak Anno 2001 (Penerbit Buku Kompas, 2001)
6. Hijau Kelon & Puisi 2002 (Penerbit Buku Kompas, 2002)
7. Horison Sastra Indonesia (Horison, 2002)
8. Puisi Tak Pernah Pergi Penerbit Buku Kompas, 2003)
9. Nafas Gunung (Dewan Kesenian Jakarta, 2004)
10. Living Together (Kalam, 2005)
11. Antologia de Poéticas (PT Gramedia, 2009)
12. Negeri Abal-Abal (Kosakatakita, 2013)
13. Teras Belakang (KSLS, 2014)
14. Negeri Langit (Kosakatakita, 2014)
15. Setebas Malam (Rumah baca Ilalang, 2015)
·
Karya Berbahasa Sunda
1. Kalakay Méga (Cetakan
3, 2007, CV Geger Sunten)
2. Angin Galunggung (CV. Geger Sunten, 2012)
3. Saratus Sajak Sunda (CV Geger Sunten 1992)
4. Sajak Sunda Indonesia Emas (CV. Geger Sunten, 1995)
5. Antologi Puisi Sajak Sunda (PT. Kiblat Buku Utama, 2007)
·
Esai
1. Pintas Puisi Indonesia
(Jilid 1, PT. Grafindo, 2004, dan Jilid 2, 2007)
2. Apresiasi dan Proses Kreatif Menulis Puisi (PT. Nuansa Cendekia, 2012)
3. Menulis Puisi Sebuah Pengalaman (KSLS, 2013)
·
Cerpen
1. Orang Malam (Q-Press,
2005)
2. Empat Dayang Sumbi (Komunitas Sastra Lingkar Sastra Selatan, 2011)
-
Proses Menjadi Sastrawan
Bermula dari kebiasaan almarhumah Oneng Rohana, nenek saya
tercinta, yang kerap kali membawa saya ke berbagai tempat acara tembang sunda
cianjuran, di Kota Tasikmalaya, kota kelahiran saya. Saat itu, saya masih
kanak-kanak, sejak belum masuk sekolah dasar (SD) hingga duduk di Kelas I-D SMP
Negeri II Tasikmalaya, pada tahun 1976 lalu.
Pada
zamannya, almarhumah nenek saya dikenal sebagai guru tembang sunda cianjuran.
Ketika ia tengah mengajar murid-murid kesayangannya, atau ketika ia tengah
menembang dalam acara yang lain, saya kerap tertidur dipangkuannya. Waktu
bergulir. Ketika saya mulai bisa membaca dan menulis, lebih tepatnya ketika
duduk di bangku SD Sukasari I, Tasikmalaya, saya sering disuruh oleh nenek saya
membaca teks tembang sunda cianjuran dari buku-buku yang sudah sobek, kemudian
nenek saya menyalinnya kembali di buku yang baru dengan tulisan tangannya
sendiri berdasar pada teks yang saya baca.
Dalam
pandangan saya, ketika teks tembang sunda cianjuran tidak dilantunkan, teks
tersebut lebih dan tidak kurang serupa dengan lirik-lirik puisi, yang ditulis
dengan hukum-hukum tertentu. Setiap larik dalam teks tersebut terikat oleh
jumlah suku kata, rima, dan tema. Banyak kalangan mengatakan jenis puisi yang demikian
dalam sastra Sunda disebut dangding. Salah seorang penyair Sunda kenamaan yang
menulis dangding adalah Hasan Mustapa.
Ada pun
perkenalan saya dengan puisi modern, dalam hal ini yang ditulis dalam bahasa
Indonesia, saya mulai mengenalnya ketika duduk di bangku SMP Negeri II
Tasikmalaya. Saat itu, Ibu Ira, guru pelajaran bahasa dan sastra Indonesia,
mengajarkan di depan kelas tentang pantun yang kemudian berlanjut pada puisi
Amir Hamzah dan Chairil Anwar di bulan-bulan berikutnya. Saya mulai tertarik
dengan puisi, saat Ibu Ira membacakan puisi Amir Hamzah berjudul Padamu Jua di
depan kelas. Pada pertemuan berikutnya saya disuruh membaca puisi Doa, masih
karya Amir Hamzah di depan kelas. Konon kata Ibu Ira pada saat itu, suara saya
cukup bagus. Lalu ia memberi saran kepada saya untuk membaca puisi dari
buku-buku puisi yang ada di perpustakaan sekolah.
Ketika
nenek saya meninggal dunia pada tahun 1976, saat itu saya duduk di bangku SMP
Negerei II Tasikmalaya Kelas I-D, kwartal kedua, saya gelisah bukan kepalang.
Saya seperti kehilangan pegangan. Dalam rasa kehilangan itu, malamnya sepulang
dari pekuburan saya menulis dua buah puisi, masing-masing berjudul Kamar dan Di
Pemakaman. Gaya pengucapan kedua puisi tersebut saya akui dengan jujur banyak
dipengaruhi oleh gaya pengucapan Chairil Anwar yang liris itu. Adanya pengaruh
yang demikian besar pada masa-masa awal kepenyairan saya, tidak akan saya tolak
atau saya pungkiri. Saya kira itu wajar. Kedua puisi tersebut kemudian saya
himpun dalam antologi puisi Pemetik Bintang (1976-1986). Buku terbut
diterbitkan oleh PT Buku Kiblat Utama pada Oktober 2008.
Selanjutnya
ketika saya duduk di bangku SMA Pancasila, Tasikmalaya, guru bahasa dan sastra
Indonesia, Ibu Aisyah namanya memperkenalkan saya pada buku Dukamu Abadi karya
Sapardi Djoko Damono. Ketertarikan saya terhadap puisi kian menjadi-jadi. Saat
itu, tahun 1980, sahabat saya Permadi Betarakusuma menyarakan kepada saya untuk
mengirimkan sejumlah puisi yang saya tulis ke HU Pikiran Rakyat. Di Koran ini,
penyair Saini KM mengasuh rubrik puisi, yang diberi nama Pertemuan Kecil.
Lewat
rubrik Pertemuan Kecil saya mulai mengenal nama penyair Acep Zamzam Noor dan
Beni Setia, selain Juniarso Ridwan dan Yessi Anwar. Saya pun mencoba
mengirimkan sejumlah puisi ke media tersebut. Hasilnya banyak yang ditolak.
Dari bulan Januari 1980 mengirim puisi secara terus-menerus baru dimuat pada
bulan September 1980, entah kiriman yang keberapa. Setelah itu lantas di muat
di Majalah Gadis, Hai, dan Majalah Puteri yang rubrik puisinya diasuh oleh
penyair Taufiq Ismail.
Pada
tahun 1982 saya mengembara ke Bandung, kuliah di Jurusan Teater Akademi Seni
Tari Indonesia (ASTI) Bandung. Di Bandung saya ikut menginap di rumah kontrakan
penyair Acep Zamzam Noor, yang saat itu mengontrak sebuah kamar di Jalan
Titiran 27 Bandung. Di tempat Acep ini saya mulai mengenal sejumlah puisi yang
ditulis oleh penyair Abdul Hadi WM, Wing Kardjo, Goenawan Momahad, Sutardji
Calzoum Bachri, Saini KM dan Rendra. Koleksi buku-buku puisi Acep cukup
lengkap. Di samping itu, di tempat Acep ini, saya mulai pula mengenal Majalah
Sastra Horison, Basis dan Budaya Jaya.
Di
Bandung wawasan saya tentang apa dan bagaimana puisi mulai berkembang setelah
saya kenal langsung dengan penyair Saini KM, terutama dengan penyair Wing Kardjo
almarhum yang sering saya temui di Cabang PT Pustaka Jaya yang berkantor di
dekat Pasar Palasari, Jln. Banteng Bandung. Saat itu saya sering membeli buku
puisi ke tempat tersebut. Di tempat inilah saya sering dikritik oleh Wing
Kardjo setiap saya memperlihatkan puisi yang saya tulis. Di tempat ini pula
Wing Kardjo memberi buku kepada saya tentang Puisi Prancis Modern yang
diterjemahkannya ke dalam bahasa Indonesia, selain itu menyarankan pula membeli
kumpulan puisi Parsi Klasik yang diterjemahkan oleh penyair Sapardi Djoko
Damono. Sejak itu saya mulai tertarik dengan gaya pengucapan puisi Prancis
Modern yang surealistik, dan simbolik itu, seperti apa yan ditulis oleh Charles
Baudelaire dan Arthur Rimbaud. Demikian pula dengan puisi-puisi liris religius
dari Rumi, Attar, dan Sana’i.
Saya
mencoba nulis, hasilnya saya ditertawakan Wing Kardjo. Lalu ia memberikan
arahan bagaimana mengopersikan sebuah majas, metafora, atau simbol, baik dalam
tataran semantik maupun sintaksis. Sayangnya, pertemuan saya dengan Wing Kardjo
sangat singkat, karena Wing Kardjo keburu menyusul Ajip Rosidi ke Jepang,
ngajar di sana. Meski pun demikian setiap pulang ke Bandung selalu mengontak
saya, bicara soal puisi.
Pada
tahun-tahun berikutnya saya tidak hanya mengirimkan puisi untuk dipublikasikan
di Pertemuan Kecil yang seringkali dikritik oleh Saini KM, tetapi juga mencoba
mengirimkan puisi ke HU Berita Buana yang lembaran puisinya diasuh oleh penyair
Abdul Hadi WM. Hasilnya, puisi yang tidak dimuat oleh Saini KM dimuat oleh Abdul
Hadi WM. Hal itu menanamkan sebuah keyakinan kepada saya, bahwa dimuat dan
tidak dimuatnya sebuah puisi pada satu sisi bukan hanya ditentukan oleh bagus
dan tidak bagusnya puisi, tetapi juga sangat ditentukan oleh selera redaksi
sebagai penguasa rubrik.
Pada
tahun 1986, setelah sering memublikasikan puisi di HU Berita Buana, untuk
pertamakalinya saya diundang oleh DKJ untuk membacakan sejumlah puisi di Taman
Ismail Marzuki (TIM) Jakarta, dalam forum Temu Budaya 1986. Selanjutnya saya
berkali-kali diundang DKJ untuk membacakan puisi yang saya tulis di TIM,
Jakarta. Selain satu panggung dengan penyair Beni Setia dan Acep Zamzam Noor,
saya pernah pula sepanggung dengan penyair Nirwan Dewanto.
Sejak
puisi saya banyak dipublikasikan di berbagai media masa cetak pada saat itu,
dan sejak diundang baca puisi dalam forum Puisi Indonesia 1987 yang digelar
oleh DKJ banyak kalangan mengatakan bahwa saya termasuk salah seorang penyair
Indonesia saat ini, yang muncul pada tahun 1980-an. O, ya, selain
dipublikasikan di HU Pikiran Rakyat, dan HU Berita Buana, juga dipublikasikan
di HU Pelita yang rubrik sastranya pada saat itu diasuh oleh penyair Sutardji
Calzoum Bachri. Selain itu juga dipublikasikan di Majalah Sastra Horison, yang
rubrik puisinya pada saat itu juga diasuh oleh penyair Sutardji Calzoum Bachri.
Media massa lainnya yang pernah memuat puisi saya dewasa ini adalah
HURepublika, HU Kompas, dan HU Koran Tempo.
Dalam
perjalanan lebih lanjut sebagai penyair, saya segenerasi dengan penyair Acep
Zamzam Noor, Dorothea Rosa Herliany, Nirwan Dewanto, Agus R. Sardjono, Jamal D.
Rahman, Isbedy Setiawan, Ahmadun Yosi Herfanda, Ahmad Nurullah, dan Ook Nugroho
untuk menyebut sejumlah nama. Selanjutnya, penyair Rendra pernah pula
mengundang saya untuk membacakan sejumlah puisi yang saya tulis di Bengkel
Teater Rendra, di Cipayung-Depok, Jawa Barat pada tahun 1989, sebelum saya
pergi ke Filipina mengikuti acara South East Asian Writers Conference IV di
Queezon City Filipina. Saat itu saya pergi antara lain bersama cerpenis Leila S.
Chudori, penyair Dorothea Rosa Herliani, dan Arie MP Tamba, dengan ketua
rombongan novelis Mochtar Lubis. Inilah pengalaman pertama saya naik pesawat
terbang, menegangkan.
Sejak
itu, saya berkali-kali diundang mengikuti berbagai forum puisi, baik berskala
nasional maupun internasional, seperti forum Festival de Winternachten di Den
Haag, Belanda (1999), Festival Puisi Internasional Indonesia yang
diselenggarakan oleh penyair Rendra di Bandung (2002). dan International
Literary Biennale: Living Together 2005 di Bandung, yang diselenggarakan oleh
Teater Utan Kayu, Jakarta, dan beberapa forum lainnya yang terlalu panjang
untuk saya sebutkan. Semua itu semakin menyadarkan saya, bahwa saya manusia
biasa.
-
Kiat – Kiat Menjadi Sastrawan yang Sukses
Sebagai seorang penyair
dan wartawan, Soni Farid Maulana memiliki pandangan yang luas disertai
kemampuan menulis esai yang berpijak kaidah jurnalistik. Setiap esai mengupas
karya para penyair secara simple namun akurat. Simpel artinya berdasarkan
pemilihan objek-objek karya yang layak diapresiasi dengan mengedepankan akurasi
penilaian.
Beliau juga tak lupa untuk menyarankan kami untuk sering membaca buku, apa
saja, minimal dalam satu hari kita bisa meluangkan waktu 2 jam untuk membaca
buku.
Dalam mengirimkan karya sastra, beliau menyarankan kami agar tidak mudah
pantang menyerah, terus saja kirim sampai redaktur itu merasa bosan dengan kita
dan akhirnya memuat. Tapi tentu apabila yang kita kirim itu tidak dimuat kita
harus mengkoreksi diri dengan cara membandingkan karya kita dengan karya orang
yang dimuat. “Jadi kita harus menjadi kritikus yang kejam bagi karya kita
sendiri.” Itulah kiat – kiat motivasi dari pa Soni Farid Maulana yang paling
menusuk.
IV.
Kesimpulan dan Saran
a. Kesimpulan
Setelah dilakukan wawancara dapat kami simpulkan bahwa tujuan kami
tercapai salah satunya memperoleh informasi dari narasumber, kita mendapatkan
ilmu lebih banyak langsung dari sastrawannya.
b. Saran
Diadakan bedah buku atau seminar – seminar mengenai buku – buka
bapak Soni Farid Maulana.
LAPORAN
HASIL WAWANCARA KELOMPOK 3
Oleh :
Ahmad Syarif (1155020110)
Reza Yusuf (1155020083)
Ahmad Rifai (1155020007)
Rima Rahmawati (1155020085)
Reza Yusuf (1155020083)
Ahmad Rifai (1155020007)
Rima Rahmawati (1155020085)
Tubagus Wilman F (1155020110)
Nanang
Supriatna, Sastrawan Sunda yang lahir di Ciamis kini tengah menjalani profesi
sebagai wartawan koran sunda Galura
sejak tahun 1997. Beliau sempat menjadi dosen di UNINUS (Universitas Islam
Nusantara) selama tiga tahun, yakni dari tahun 2011 sampai tahun 2014. SD
hingga SMA di Ciamis, merantau ke Semarang untuk melanjutkan study S1-nya di jurusan Sastra Indonesia
dan lulus tahun 1993. Aktivitas beliau selain menjadi wartawan di Galura juga
tengah disibukkan dengan pembuatan LKP (Lembaga Kursus dan Pelatihan) di
Ciamis.
Karya sastra pertama beliau dalam bahasa Sunda
tahun 1987 dimuat di majalah Sunda mangle dengan judul “Tetekon” dan “Diculik”.
Tahun 1996 meraih juara harapan 1 di Matra, selain itu karangan lainnya yang
berjudul “siskamling” dimuat pula di metro, dan baru-baru ini di tahun 2016
cerpennya yang berjudul “Guru” meraih juara dua dalam lomba mengarang cerpen
kreatif sosial di UPI. Tulisan-tulisan lainnya lebih banyak dimuat di Semarang.
Dari berbagai tulisannya beliau belum mencoba menulis puisi, beliau mengakui
bahwa ia lebih tertarik untuk menulis prosa.
Ada
4 buku yang telah diterbitkan dalam bahasa Sunda, tiga diantaranya mengenai
peribahasa, pidato, dan cerita anak. Memilih bahasa Sunda karena pemasarannya
lebih mudah. Di Jawa Barat sendiri ada Peraturan Daerah (PERDA) mengenai Pemiliharaan Aksara Bahasa dan Sastra Sunda
sehingga buku didistribusikan ke sekolah-sekolah.
Beliau
sudah menyukai aktifitas membaca sebelum duduk di Sekolah Dasar, kemudian
seiring waktu mulai berfikir “Saya juga bisa membuat karangan yang dimuat di
koran atau majalah”. Berawal dari keinginan tersebut kemudian beliau mencoba
menulis dalam buku catatan. Tulisannya disimpan sampai beliau duduk di bangku
Sekolah Menengah Atas tepatnya kelas tiga SMA beliau baru berani mengirimkan
karyanya ke majalah Sunda mangle, dimana tulisan pertamanya langsung dimuat. Itupun
menjadi alasan mengapa beliau menyukai aktifitas menulis, karena merasa
tertantang dengan karya-karya yang beliau baca, “orang lain bisa, kenapa saya
tidak?”. Tidak ada tokoh yang menjadi sosok inspirator dalam pembuatan
karya-karyanya.
Langkah
awal beliau dalam membuat karangan yakni dituangkan terlebih dahulu semua yang
ada dalam pikiran, disimpan, dibaca ulang, kemudian akan ditemukan
kelemahan-kelemahannya, direfisi dari segi bahasa, alur, penokohan.
Sebelum
masuk kuliah di jurusan Sastra Indonesia, beliau belum mengenal teori dalam
menulis, tetapi setelah mendapat tambahan ilmu dari bidang yang beliau tekuni,
beliau-pun berpedoman pada ilmu barunya tersebut.
Banyak
membaca buku, mengikuti perkembangan informasi di media sosial, menonton TV,
traveling, bergaul dengan banyak orang menurutnya adalah aktivitas seorang
penulis. Karena dari situ seorang penulis bisa mendapatkan inspirasi.
Beliau
mengibaratkan kemampuan seseorang dalam menulis dengan sebuah golok. Walaupun
golok tersebut kualitasnya bagus tetapi jika tidak diasah maka akan tumpul.
Sama halnya dengan menulis, walaupun ahli tetapi tidak terus dilatih akhirnya
kemampuannya menjadi tumpul juga.
Dalam
belajar mengarang yang benar seperti halnya artikel maupun cerpen harus ada
intronya dan diakhir harus kembali kepada leadnya, sehingga ada suatu
kesimpulan. Dari satu tulisan bisa dipecah menjadi beberapa tulisan. Untuk
mengukur kemampuan kita dalam menulis, maka banyaklah mengikuti
perlombaan-perlombaan menulis.
Ketika
ingin agar tulisan kita dimuat di media masa seperti koran, karena setiap redaksi
memiliki kebijakan tersendiri, maka langkah awalnya ialah membaca terlebih dahulu
koran yang kita tuju, kemudain cari tau arahnya.
Menulis
adalah ciri atau bukti dari intelektual pengarangnya. Ketika kuliah beliau
terbantu dengan honor dari tulisan-tulisan yang dimuat di media masa. Setelah
kuliah beliau sering menulis di galura, kemudian tahun 1997 menyepakati kontrak
untuk menjadi penulis tetap di Galura. Kenapa di galura? Karena di Galura
beliau memiliki banyak waktu untuk mengasah diri.
Pengarang
yang sukses menurut sudut pandang beliau adalah pengarang yang mampu membuat
karya sastra yang baik. Tetapi definisi dari sastra yang baik setiap orang
berbeda, dan beliau memegang bahwa karya sastra yang baik ialah yang
menyenagkan dan berguna. Maksudnya, ketika pembaca membaca sebuah karya sastra
mereka merasa terhibur dan setelah membacanya ada nilai yang dapat diambil. Seperti
halnya ketika mendengar sebuah lagu, akan ada hal-hal yang menyentuh ketika
kita mendengarkannya. Jadi karya sastra bukan berarti harus berat, tetapi
sederhana dan ada usaha untuk mengungkapkan suatu nilai. Sederhana tetapi
berisi, sehingga dapat dipahami oleh semua kalangan, itulah sastra.
Dalam menilai apakah sudah sukses atau belum,
setiap manusia memiliki visi dan misi di mana visi tersebut akan menghasilkan
visi-visi lainnya setelah visi sebelumnya
telah terwujud. Setelah suatu target tercapai maka akan ada
targetan-targetan selanjutnya. Ketika kita sudah merasa sukses maka kita akan
mencukupi diri dan membantasi usaha-usaha lainnya.
Status
mahasiswa harus dimanfaatkan sebaik mungkin dengan banyak menulis, karena
mahasiswa lebih dianggap berharga, lebih dihargai. Mudah diterima oleh pemerintah
juga oleh masyarakat
LAPORAN HASIL WAWANCARA KELOMPOK 4
Oleh
Ahmad Nida Nurodin ( 115502008 )
Isha sholihat ( 1150020051)
Riska aggraeni ( 1150020086 )
Isha sholihat ( 1150020051)
Riska aggraeni ( 1150020086 )
1.
Waktu dan Tempat Kegiatan
Acara
dilaksanakan pada :
Hari : 20, November 2016
Pukul : 12.30 s/d selesai
Tempat : Sunda Galura, Grup Pikiran
Rakyat
2.
Laporan Hasil Wawancara
Narasumber : Rosyid E. Abby
Pewawancara : Riska Agraeni
Juru Tulis : Isha sholihat
Juru Rekam : Ahmad Nida Nurodin
Hasil Wawancara
Pertanyaan pembuka :
8.
Selamat siang, pak. Maaf kedatangan kami mengganggu waktu aktifitas
bapak.
kedatangan
kami kemari ingin berbicang-bincang denga bapak,
iya
silahkan, disini kami mempuyai beberapa pertayaan pak,
9.
Kami ingin mengetahui tentang biografi bapa?
ROSYIED
E.ABBY kelahiran Bandung, 19 september
1965 , jurusan jurnlistik di Akademi komunikasi masa (AKM) dari tahun
1985-1988, sutradara dan pengarang naskah lakon (teater), selain menulis
skenario televisi, cerpen,puisi,esey,artikel, naskah sandiwara radio, baik
berbahasa indonesia maupun sunda. Sering menerjemahkan, mengadaptasi, dan
menyadur karya lakon indonesia dan dunia dalam bahasa sunda, diantaranya karya
William Shakespeare, Anton Chekhov, Putu Wijaya, Moringgo Boesye, N. Riantirno,
Molliere, Yudhistira ANM Massardhie, Utuy T. Sontani, dll. Sering pula tampil
membaca puisi, menjadi juri dan pembicara kegiatan seni-budaya pada berbagai
kesempatan, termasuk sering menjadi narasumber di stasiun televisi lokal.
Pekerjaan
formal :
Wartawan
surat kabar mingguan (SKM) sunda Galura, grup Pikiran Rakyat (1989-sekarang),
dan kini (sejak 2003) dipercaya sebagai redaktur pelaksana.
Danpekerjaan
lainnya adalah sebagai Dosen Fak. Ilmu Seni dan Sastra (FISS), Univertas
Pasundan, untuk prodi Film dan fotografi serta Sastra Inggris.
10.
Karya apa saja yang telah bapak hasilkan ?
Beliau adalah Sosok wartawan, seniman, sutradara dan pengarang lakon
(drama/teater), beliau telah banyak
menulis berbagai karya, seperti menulis skenario televisi, cerpen, puisi,
essay, naskah sandiwara radio, baik berbahasa Indonesia mau pun dalam bahasa
Sunda. sajak yag bejudul ”Pengembaraan Sunyi” da, “simponi Dunya Kelas
Teri” mendapat anugrah sebagai sajak
terbaik ,
berikut adalah
prestasi dan karya- karya beliau :
-
Prestasi
Juara III se-Jawa Barat untuk lomba penulisan esey Hari Kartini
yang diselenggaralam oleh ITB (1987), dengan judul ”Ia Bukan Konde Bukan Pula
Kebaya”).
Dianugerahi ”Hadiah Sastra” Lembaga Basa & Sastra Sunda (LBSS)
tahun 2004 untuk puisi ”Sareupna” yang dimuat di SKM Galura.
Dianugerahi ”Hadiah Sastra” Lembaga Basa & Sastra Sunda (LBSS) tahun
2006, untuk puisi ”Senen Pasosore, 1” yang dimuat di SKM Galura.
Mendapat “Anugerah Budaya” (bidang sastra) dan memperoleh hadiah
Kujang Mas dari Bupati Bandung (2011).
. karya tunggal :
-
pengembaraan sunyi (kumpulan sajak Indonesia, 2007)
-
sajak-sajak Rosyied E.Abby (kumpulan sajak sunda, 2010)
-
kabayan ngalanglang jaman (naskah drama sunda, 2010)
-
kasidah cinta sang abid (naskah drama sunda, 2010)
-
kasidah cinta jalma-jalma nu
Iman (naskah drama sunda, 2011)
-
kasidah cinta sang Singa Allah (naskah drama sunda, 2011)
-
simfoni dunya kelas teri (kump. Sajak sunda, 2012)
Karya bersama antara lain :
-
Saratus sajak sunda (1992)
-
Sajak sunda Indonesia emas (1995)
-
Campaka mangkak (sajak dan cerpen sunda, 2011)
-
Surat keur Bandung (sajak sunda, 2006)
-
Sajak sunda (ed. Ajip rosidi, 2007)
Karya teater antara lain :
-
Lembah pengasingan (drama, penulis naskah/sutradara, 1984)
-
Aduh (drama putu wijaya, pemain, 1985)
-
Maharaja Prabu Siliwangi (drama Yoseph iskandar, pemain, 1987)
Televisi dan Film antara lain
:
-
Dalem boncel (drama televisi, pemain,TVRI sta. Bandung dan TVRI
pusat)
-
Malingping (sinetron, pemain, TVRI sta. Bandung)
-
Ulis Odi (sinetron, pemain, TVRI sta. Bandung)
Karya tunggal :
- pengembaraan sunyi (kumpulan sajak
Indonesia, 2007)
- sajak-sajak Rosyied
E.Abby (kumpulan sajak sunda, 2010)
- kabayan
ngalanglang jaman (naskah drama sunda, 2010)
- kasidah
cinta sang abid (naskah drama sunda, 2010)
- kasidah
cinta jalma-jalma nu Iman (naskah drama sunda, 2011)
- kasidah
cinta sang Singa Allah (naskah drama sunda, 2011)
- simfoni
dunya kelas teri (kump. Sajak sunda, 2012)
Karya bersama antara lain :
-
Saratus sajak sunda (1992)
-
Sajak sunda Indonesia emas (1995)
-
Campaka mangkak (sajak dan cerpen sunda, 2011)
-
Surat keur Bandung (sajak sunda, 2006)
-
Sajak sunda (ed. Ajip rosidi, 2007)
Karya
teater antara lain :
-
Lembah pengasingan (drama, penulis naskah/sutradara, 1984)
-
Aduh (drama putu wijaya, pemain, 1985)
-
Maharaja Prabu Siliwangi (drama Yoseph iskandar, pemain, 1987)
Televisi
dan Film antara lain :
-
Dalem boncel (drama televisi, pemain,TVRI sta. Bandung dan TVRI
pusat)
-
Malingping (sinetron, pemain, TVRI sta. Bandung)
-
Ulis Odi (sinetron, pemain, TVRI sta. Bandung)
11.
Bagaimana cara belajar menjadi seorang penulis yang benar?
Perbanyaklah
membaca, mau itu bacaan fiksi ataupun non fiksi. Dengan membaca kita dapat
mengetahui bagaimana sturuktur kalimat yang benar. Butalah terlebih dahulu
keragka cerita ketika kita igi meulis, karea
Menulis
adalah salah satu cara membuat pemikiran kita menjadi lebih tertib. Mengapa?
Karena ketika kita menulis, setiap kalimat yang akan kita sampaikan harus baik dan tertib, mana kata yang cocok dan
tidaknya, tidak asal menulis saja.
Ketika
kita mempuyai ispirasa langsung
catat
12.
Bagaimana proses bapak menjadi seorang penulis yang sukses?
Proses menulis sudah dimulai dari mulai lama sejak kelas 5 SD, bapak rosyied
sendiri tidak ada
hubungan ataupun turunan dari darah seni dari keluarga atau keturunannya,
proses nya nyata, ketika SMP
Beliau sudah mulai karya yang berbobot puisi, cerpen beliau biasa melampirkan
karyanya di mading sekolah , banyak yang memuji karya beliau terutama kepala
sekolah , sehingga beliau mencoba
menerbitkat karyanya tersebut . awalya beliau ragu tetapi akibat ada dorongan
dari teman-temanya akhirya beliau pergi ke kota. selain menulis beliau juga
sejak dari usia kelas 2 SMP (1981) tia bergabung dengan teater Ge-Er (sekarang
Teater Bel), di Gelanggang Remaja yang sekarang berubah menjadi Gelanggang
Generasi Muda (GGM) Bandung, asuhan Yesmil Anwar dan Erry Anwar. Kegiatannya
dalam dunia jurnalistik dimulai sejak duduk di SMA (1984), berupa puisi,
cerpen, wawancara, liputan musik/teater/budaya yang dimuat di Mingguan Sentana
(Jakarta) dan Harian “Pelita” (Jakarta). Sejak duduk di bangku kuliah di
Akademi Komunikasi Massa Bandung (1985), ia menulis di berbagai media Jakarta
dan Bandung.
Kemudian beliau
melanjutkan kuliah di Jurusan
Jurnalistik, Akademi Komunikasi Massa (AKM) Bandung (1985-1988). Kemudian sejak tahun 1989, bergabung dengan
H.U. Pikiran Rakyat dan dua tahun kemudian (1991) mendapat SK pengangkatan
sebagai karyawan “PR” saat ii hingga dan
mendapat penempatan di anak penerbitan Sunda, Surat Kabar Mingguan (SKM)
“Galura” hingga sampai saat ini. Menurut rencana bertepatan dengan Hari Ulang
Tahun ke-50, Pikiran Rakyat, pada 24 Maret 2016, akan memberikan penghargaan
“Cincin Emas Pikiran Rakyat” bagi karyawan yang telah memasuki masa kerja 25
tahun. Dalam kiprahnya menjelajah seni sastera, beliau sering menterjemahkan, mengadaptasi dan
menyadur karya lakon Indonesia dan Dunia dalam bahasa Sunda, diantaranya karya
William Shakespeare, Anton Chekhov, Putu Wijaya, Motinggo Boesye, N.
Riantiarno, Molliere, Yudistira ANM Massardhie, Utuy Tatang Sontani, Yusef
Muldiyana, dan banyak lagi yang lainnya.
13.
Tolong berikan motivasi ketika kita sedang kehabisan ide untuk
menulis ?
Hal seperti itu pasti dialami oleh setiap penulis, sekalipun dia
sudah jago dalam menulis. bapak juga sering menghadapi hal seperti itu. Kalau
bapak ketika menghapi situasi seperti yang pertama dilakukan baca kembali teks
yang kita buat atau cari akifitas lain
seperti olahraga, ngobrol dengan teman atau menonton film. Cari aktifitas yang
tidak berkaitan dengan apa yang kita sedang tulis. Jadi kita membutuhkan dunia
lain secara bahasa kasarnya.. Jangan dipaksakan. Kadang tulisan yang tidak
tamat itu bisa kita lanjutkan kadang tidak sama sekali, carilah tema yang lain.
14.
Tolong berikan kami motivasi sebagai penulis pemula agar bisa
menjadi penulis maupun pengarang yang sukses seperti bapak.
Mungkin kalau dibilang sukses bapa masih proses lah belum disebutkan
menjadi pengarang yang sukses seperti asma nadia tapi sedikit motivasi dari
bapa: mulailah menulis dari hal kecil seperti menulis buku harian (diary)
dengan begitu kalian akan terbiasa dengan hal menulis, jangan takut untuk
memulai, jangan takut untuk berkarya. Karenan pengalaman adalah guru
terbaik. Lalu diskusikan karyamu entah
itu dengan teman , keluarga , Dan
perbanyaklah membaca, baik itu bacaan fiksi maupun non fiksi Dan janganlah putus asa ketika kita merasa
sebuah ada penolakan Dari pengalaman
kita bisa belajar menjadi lebih baik..
15.
menurut beliau jua, ada beberapa sisi lain dalam membuat karya,
prinsip beliau yakni :
ISIM STG , yang berarti :
I > IMAJINASI (daya khayal)
S > SUASANA
I > IRAMA
M > MUSIKALITAS
S > SIMBOLISME
T> TEMA
G>GAYA
Selain itu, harus mempunyai misi tertentu, naluri atau kepekaan
serta terkonsepnya idealisme
LAPORAN HASIL WAWANCARA KELOMPOK 5
Diusun oleh :
Ahmad Reza Fahlevi ( 1155020009 )
Jaki Iskandar
Zulkarnaen ( 1155020052 )
Siti Sarah Az-Zahra ( 1155020103 )
BIOGRAFI SASTRAWAN SUNDA YUS
R ISMAIL
Yus R Ismail lahir pada tanggal 10 januari 1970 di Kamung Ranca
kalong, Sumedang, Jawa Barat. Yus R Ismail merupakan sastrawan sunda yang telah
menghasilkan beberapa karya seperti cerpen, puisi dan esay tentunya dalam
bahasa sunda. Pada awalnya, Yus R Ismail dikenal sebagai pengarang berbahasa
indonesia karena pada tahun 1990-an karyanya ( cerpen dan puisi ) banyak
dipublikasikan di media berbahasa Indonesia. Selain di Pikiran Rakyat, Bandung
Pos, Mitra Desa dan media yang terbit di Bandung lainya, karyanya juga sering
terbaca di media yang terbit di Jakarta seperti Media Indonesia, Kompas,
Republika, Koran Tempo, Nova, Citra, Horison dan lain lain.
Memang, sejak SD Yus R Ismail memiliki hobi membaca, belajar
mengarang dan menulis, hanya saja tidak diterbitkan karena pada zaman dulu itu
masih menggunakan mesin ketik. Tetapi ada juga yang yang membantu mengetikan
karyanya menggunakan bahasa sunda. Dan beliau juga memiliki blog yaitu
dongengyusrismail.blogspot.com yang didalam blog tersebut terdapat biografi, dongeng-dongeng
karangannya dalam bahasa sunda. Karena pada awalnya memang beliau pengarang
bahasa sunda, sejak SD hingga SMP karya yang dibuatnya berbahasa sunda. Tetapi
ketika sudah memiliki mesin ketik sendiri, beliau justru banyak membuat karya
menggunakan bahasa Indonesia terutama puisi dan cerpen bahkan sampai kuliah
juga beliau banyak membuat puisi dan cerpen berbahasa Indonesia. Beliau kuliah
di UNISBA jurusan Jurnalistik, setelah masa-masa kuliah berakhirpun beliau
masih tetap membuat karya tapi kebanyakan cerpen berbahasa Indonesia.
Ada beberapa karya dan cerpen bahasa indonesia yang diterjemahkan
dalam Bahasa Inggris, proses menerjemahkanya itu saat dimuat di koran, Jakarta
Pos, Redaktur nya menerjemahkan dalam bahasa inggris. Sebelumnya ada cerpen yang diterjemahkan oleh prof. C.W.
Waston ( Profesor Camp Univercity Inggris ). Pada tahun 2013 pernah ada cerpen
yang dimuat di Tribun Jabar yang berjudul “Neng Maya” yang didalamnya terdapat
cerita Imah Kontrakan. Selain itu juga ada majalah yang di muat di
London yang justru awalnya merupakan cerpen bahasa sunda. Apabila ingin menjadi
seorang pengarang itu tentunya harus ada keinginan, rajin membaca, dan berlatih
menulis sesering mungkin. Bila dalam membuat karya tetapi imajinasinya kurang
janganlah menyerah dan tetap bekarja keras untuk membuat suatu karangan atau
karya. Beliau berkata “.
pengarang yang sukses itu ada yang mapan dari harta seperti Terelie, Asma Nadia, tetapi nmenurut beliau setiap penulis itu berbeda-beda, yang terpenting adalah yang bisa selalu stabil, semakin lama semakin bijak, tulisannya semakin memberikan isi yang mencerahkan, tapi kita juga harus bisa belajar mengarang yang bagus. Apabila ingin suatu karangan itu laku, maka harus bisa menarik perhatian dan memotivasi seperti dalam istilah “ kalau ingin menjadi pengarang yang besar, maka harus menjadi pencuri besar” dalam artian apabila ingin membuat suatu karya kita harus bisa mencuri ide dari pengarang yang besar dan karangannya laku. Cotoh karya Asma Nadia laku karna tulisannya menarik, dibalik itu pula hebat dari segi promosi. Berbeda dengan Terelie yang tidak begitu booming seperti Asma Nadia, tetapi karya-karyanya banyak diminati dan populer meskipun tidak begitu dikenal, kehebatan Terelie bisa menceritakan perasaan – perasaan dalam bukunya. beberapa tahun silam Yus R Ismail pernah vakum sekitar 10 tahun, beliau bekerja sebagai wiraswasta, sibuk berdagang, tapi kemudian mengalami kemerosotan. Sejak itulah beliau kembali lagi menulis dan pernah mencetak buku sampai ke gramedia. Dampai sekaran juga masih berjualan di internet dan beliau bisa menulis 1 cerpen dalam 1 minggu. Naskah-naskah yang sangat menginspirasi beliau salah satunya adalah cetpen-cerpen karya A.A Navis, ada juga yang dipavoritkan diantaranya puisi-puisi karya Gunawan Muhamad, Sapali Joko Darmono, Joko Pinurbo (yang banyak mengambil ide dari cerpen Neng Maya). Beliau menulis cerpen tidak hanya dari cerpen saja, tapi ada juga yang dari puisi.
pengarang yang sukses itu ada yang mapan dari harta seperti Terelie, Asma Nadia, tetapi nmenurut beliau setiap penulis itu berbeda-beda, yang terpenting adalah yang bisa selalu stabil, semakin lama semakin bijak, tulisannya semakin memberikan isi yang mencerahkan, tapi kita juga harus bisa belajar mengarang yang bagus. Apabila ingin suatu karangan itu laku, maka harus bisa menarik perhatian dan memotivasi seperti dalam istilah “ kalau ingin menjadi pengarang yang besar, maka harus menjadi pencuri besar” dalam artian apabila ingin membuat suatu karya kita harus bisa mencuri ide dari pengarang yang besar dan karangannya laku. Cotoh karya Asma Nadia laku karna tulisannya menarik, dibalik itu pula hebat dari segi promosi. Berbeda dengan Terelie yang tidak begitu booming seperti Asma Nadia, tetapi karya-karyanya banyak diminati dan populer meskipun tidak begitu dikenal, kehebatan Terelie bisa menceritakan perasaan – perasaan dalam bukunya. beberapa tahun silam Yus R Ismail pernah vakum sekitar 10 tahun, beliau bekerja sebagai wiraswasta, sibuk berdagang, tapi kemudian mengalami kemerosotan. Sejak itulah beliau kembali lagi menulis dan pernah mencetak buku sampai ke gramedia. Dampai sekaran juga masih berjualan di internet dan beliau bisa menulis 1 cerpen dalam 1 minggu. Naskah-naskah yang sangat menginspirasi beliau salah satunya adalah cetpen-cerpen karya A.A Navis, ada juga yang dipavoritkan diantaranya puisi-puisi karya Gunawan Muhamad, Sapali Joko Darmono, Joko Pinurbo (yang banyak mengambil ide dari cerpen Neng Maya). Beliau menulis cerpen tidak hanya dari cerpen saja, tapi ada juga yang dari puisi.
Royalti (honor) beliau dari dulu sampai sekarang itu menurun, dulu
pada saat masih kuliah honor beliau bisa menutupi untuk membayar kost an
sekitar 250 ribu/bulannya (kurang lebih 5 juta/tahun).
Cara mengarang
yang benar menurut Yus R Ismail adalah ;
1.
Rajin membaca buku-buku
2.
Dipaksakan hingga suatu karangan selesai
3.
Bila dalam membuat karangan kurang inspirsi dan ingin membuat yang
baru itu tidak menjadi masalah, tapi yang lama juga harus dipikirkan untuk
dibuat suatu karangan yang lain
4.
Perbanyak pengetahuan
Sepercik motivasi dari beliau bahwa bila ingin
menjadi seorang sastrawan itu harus tetap berlatih, bekerja keras untuk menulis
karangan dalam bahasa apapun, perbanyak pengetahuan, perbanyak ide-ide yang
kreatif, yang jadi masalah adalah bagaimana kita menikmati cerpen, yakni harus
jujur ke diri sendiri tentang hal yang tidak disukai dan yang disukai.
LAPORAN HASIL WAWANCARA KELOMPOK 6
Disusun oleh :
Alwan Aulia ( 1155020013 )
Jun Jun Junaedi ( 1155020053 )
Assalamu’alaikum
Sebelumnya maaf bapak mengganggu waktu bapak sebentar,
begini pak seperti yang sudah di bicarakan lewat telepon kami bermaksud untuk mewawancarai bapak selaku
sastrawan yang menurut sumber –sumber bapak ini bisa dibilang sastrawan sastra
sunda.
Pak cecep :
“ ya betul saya lebih ke sastra sunda”
Penanya :
“Kira kira sejak kapan bapak mulai menulis? “
Pak cecep :
“saya nulis sejak SMP ngisi terus di muat di SKM Giwangkara dan mingguan pelajar karena pada waktu itukan
ke smp itu ada mingguan pelajar, namun kalau di minggguan pelajar ngisinya
bahasa indonesia kalau di SKM Giwangkarabaru basa sunda.Terus pada waktu SMA nulis
di MAJALAHMANGLE basa sunda dan kali-kali di PR ngisinya cerpen, tapi
sih kebanyakan basa sunda, iya seperti itu lah sampai pada tahun 2003 baru
terbit kumpulan CARPON judulnya “Anak Jadah” setelah bapak
bekerja disini. Waktu itu anak jadah
masuk nominasi untuk hadiah sastra rancage namun yang menang Horison ME
dengan judul kalau gak salah kembang-kembang peting, itu sajasih kalau sekarang
seringnya nulis esey kalau nulis carpon udah gak produktif.”’
Penanya :
“ kalau itu semua awalnya dari hobi pak ?”
Pak cecep :
“ Bukan sih, tapi hasratnya aja yang nulis kalau hobimah
harusnya yang enak-enak. Kalau nulismahkan gak enak, meres otak “
Penanya :
“ Pak gini, masih berkaitan dengan biografi
bapak, di WIKIPEDIAkan bapak lulusan UNINUS fakultas hukum, ko
bisa-bisanya sih bapak masuk kedunia jurnalistik ?”
Pak cecep :
“ Iyakan sambil jadi pengarang, gak bisa hidup
dari hasil pengarang gak bisa napkahin keluarga dai hasil nulis cerita pendek.
Terus bapak kerja jadi waratawan di MAJALAH MANGLE, terus di majalah
berbahasa indonesia, termasuk disinii terus udah gitu baru sekolah masuk
universitasngambil Hukum. Jadi sebenarnya jadi wartawan dulu baru sekolah. Tapi
ngambil hukum itu bukan ada niat ninggalin jurnalistik, tentu tidak. Karenakan
kalau jurnalistik latar belakang apapun masuk.”
Penanya :
“ dari biografi bapak, bapak itukan pernah
kerja di perkebunan teh selama empat tahun tapi bapak masih tetap berkarya
gitu. Nah bagaimana sih cara bapak untuk membagi waktu bapak anatara kerja dan
nulis ?”
Pak cecep :
“ iyakan bapak setelah lulus dari sma
kerja di perkebunan terus sambil ngajar
anak-anak SD baca-tulis, nah disitu banyak waktu setelah kerja sore-sore bapak
masuk rumah di situ nulis terus banyak interaksi dengan orang-orang perkebunan
disitu banyak inspirasi untuk ditulis nah waktu itu bapak produktifnya ketika
di perkebunan. Paling produktif nulis cerita pendek bahasa sunda, itu kira-kira
bapak lagi usia di duapuluhan”
Penanya :
“Salah satu karya bapak di perkebunan itu apa
pak ?”
Pak cecep :
“ Gak ingetsih tapi banyak, kalau gak salah
ada beberapa yang dimuat di kumpulan carponAnak Jadah ”
Penanya :
“ Bagaimana proses kreatif bapak di dalam
karya sastra dan apakah ada cara atau trik-triknya sehingga dapat di muat di
media cetak pak ?”
Pak cecep :
“Kalau bapak sih gak berfikir dimuat
tidaknyayang pentingmah nulis dengan sungguh-sungguh kalau mengenai di muat
tidaknya itukan urasan redaksi. Terus jika kita berfikir karya kita di muat
tidaknya, maka pikiran kita terganggu hanya berfikir di muaaaaaaaat, terus
ketika gak dimuat mati (down/putus asa). Bapak gak berfikir seperti itu, beda
dengan yang lain, kalau yang lain itu ingin dimuat berarti ingin populer, kalau
bapak enggak dan bapak gak berfikir pengen dapet hadiah. Karya bapak di dalam
kumpulan anak jadah ada yang dapet HADIAH SASTRA MMStapi bapak
gak berfikir bapak harus dapat hadiah prosesnya menulis aja sampai selesai abis
nulis jika mau dikirimkan kirimkan tapi jangang berfikir di muat atau tidaknya
kalau dimuat dan dapat hadiah itu persoalan lain. Makanya ketika anak jada
kalah oleh karya khorisoh, masyarakat sastra bilang harusnya nih marah
anak jadah kalah, karena anak jadah lebih bagus katanya. tapi bapak santai gak
pernah marah kan juri bisa beda penilaiannya”
Penanya :
“Kira-kira ada gak pak tips-tips biar jadi
pengarang yang sukses ?”
Pak cecep :
“ Kalau menurut bapak sih gak ada tips-tips
yang paling jitu, kecuali duduk nulis. Gak ada tips jitu-jituan. Karena
pekerjaan penulis itu jalan jalan, baca dan menulis itu aja dan
bergaul dengan orang lain.”
Penanya :
“ Bapak kan sekarang KETUAPP-SS (paguyuban
pangawungan sastra sunda) periode 2016-2019 terpilih dengan 60 suara
sedang kan yang lainnya kurang dari 10 suara. Itu teh bagaimana prosesnya ?”
Pak cecep :
“ Bapak gak tahu sih.. bapak gak pernah
ngemobilisasi pengarang untuk milih bapak karena bapak bukan politisi. Ketika
bapak di minta untuk nyalonin bapak nolak karena banyak kerjaan di kantor juga
terus yang namanya ngurus organisasi itu pusing banyak problem dan banyak
kepala pengen ini-itu makan tenaga. Nah sebenarnya bapak nolak tapi hampir
semua pengarang baik yang senior ataupun yang muda banyak yang muda juga
terutama yang senior. Kata mereka “ kalau PP-SS tidak di pimpin sama bapak
sebaiknya dibubarkan saja terus katanya kalau cecep gak mau nyalon maka PP-SS
gak perlu ada” jawab saya” lo kenapa kan banyak yang muda ada yang bergelar
Doktor “ jawab lagi “ ya udah kalau
cecep gak mau nyalon PP-SS gak perlu ada.” Iyakan akhirnya merasa di sindir
akahirnya bapak menyalon dan pada waktu
itu ada tiga calon, nah gak tau padahal gak ada tim sukses atau apa gitu tapi
akhirnya bapak memikul tanggung jawab ini.” Gak ngerti juga padahal yang dua
itu mau tapi bapak terus didorong. Jadi seperti itu prosesnya.”
Penanya :
“ Pak apasih tujuan pokok dari organisasi PP-SS
itu sendiri ?”
Pak
cecep :
“
Sebenarnya
tujuan
PP-SS sendiri itu adalah untuk meenjalin tali silaturahmi dan menambah wawasan,
jadi kegiatan PP-SS itu ngumpul ngeadain kegiatan produktif untuk nambah
wawasan namun sekarang di tambah dengan kegiatan sahabat sastra,
seperti kegiatan ke smp Tarogong kaler salah satu sekolah korban bencana. PP-SS
bawa buku nyumbangin buku terus mengadakan kegiatan seperti ngadongeng, baca
sajak,menggambar oleh Pak Budianto di depan anak-anak korban banjir
istilahnyamah menghiburlah. Kalau dulumah Cuma ngumpul diskusi tapi sekarangmah
di perluas seperti itu, .”
Penanya
:
“ Pak
boleh minta motifasi gak, bagaimana caranya agar bisa menjadi penulis dengan
karya-karya yang di muat dimedia masa ?. ”
Pak
cecep :
“ Sebetulnyasih, jika mau jadi pengarang
jangan dulu berfikir bahwa karyanya di muat atau tidaknya di media masa karena
apabila memiliki tujuan menulis untuk dimuat di media masa ketiaka gak di muat down
/ mati. Jadi kalau mau jadi pengarang tujuannya ya.. nulis, enjoy aja nulis aja
tiap hari, yang paling bagus itu kalau mennurut para penulis dunia, coba luangkan waktu 2 jam tiap hari untuk nulis.
nulis aja tiap hari 2 jam jangan berfikir menulis di muat atau tidak dimuat
yang paling bagus itu kalau udah ada bayangan plot tapi kalau gak ada,
ya..nulis aja terus nulis jika sampai seperti itu lama-lama jadi kebiasaan.
jadi kebutuhan sama seperti kalau kita butuh makan dan minum. Ya..seperti itu.
sebenarnya kalau mau jadi penulis nanya kediri sendiri kamu teh butuhnya apa
sebagai penulis, nahkan jika di dalam hatinya “ah sebenarnya saya itu bukan
penulis tidak membutuhkan menulis, membaca, beli buku ,meningkatkan wawasan”
berati diri kita bukan penulis gitu aja nanya. Seperti itu, kalau dulu bapak
walaupun punya uang sedikit, itu pasti 50% uang itu di belikan buku. Ini
di kantor (menujuk kelemri yang penuh buku) di rumah dua kamar penuh buku. Itu
teh sejak bapak muda gitu, karena kebutuhan ada kebutuhan untuk membaca untuk
menulis jika kebutuhan kita hanya untuk mengisi kuota buat jalan-jalan nerarti
saya ini harus ngaku bahwa saya itu bukan penulis. Gak ada niat untuk jadi
penulis. Pengorbanannya jadi penulis itu gede gak di hargai orang lain
tapi keluar energi, waktu dan uang begitu kalau di indonesia begitukan
budayanya. Jadi begiu sebenrnya sih triknya itu sederhana. ”
Penanya :
“ Bagaimanasih trik supaya bisa mengarang yang baik itu
?.”
Pak cecep :
“ iyah..kan kata bapak tadi gak ada trik yang
khusus kecuali kita duduk, nulis dan membaca gak ada trik
atau tips-tips yang kuhus itu aja. Gak ada di ruang kelas juga. Misalnya di
ruang kelas ada dosen yang mengajarakan tentang bagaimaa car menulis, itu Cuma
sekian nol koma nol sekian persenlah. Lebih baik kita ini menemukan dengan cara
kita sendiri artinya belajar sendiri. Belum lagi yang diterangkan dosen, yang
di tangkap oleh kita gakseratu persen ditambah lagi jika dosennya juga belum
menyerap materinya itu, akurasinyi itu 100% sepnuhnya. Jadi kita yang
menyerap ilimunya gak seratus persen bener ti tambah akurasi dosenya pun gak
seratus persen karenakan diolah sendiri oleh dia. Misalnya gini cara menulis
kalimat yang baik, gak ada cara lain selain membaca. Ilmunya bagaimana tata
cara menulis tang baik itu ya.. cari buku-buku
tentang bagaimana tata cara menulis kalimat yang baik banyak ko. Kalimat
yang efektif kalimat yang bertenaga bapak gak pernah dapat dari seseorang. Itu
semua bapak dapat dari bukulalu bapak peraktekan. Sekarang baka ngajar di salah satu
universitas ngajar tentang nulis gak ada itu mahasiswa, gak bisa nulis karena
apa, karena gak baca dan gak menulis. Bapak kasih semua contoh-contoh
refrensi-referensi untuk menulis, gak ada yang berhasil jadi penulis. Karena
apa, karen apa yang di sampaikan oleh dosen itu teori sementara menulis itu
adalah praktik. Jadi banyak caranya untuk menjadi penulis karena dunia itu terlaluluas.”
Penanya :
“ Kan menurut bapak kita itu harus belajar menulis dari
karya-karya orang lain. Tapi pak ketika kita belajar dar karya-karya orang
lain, tulisan kita hasilnya ada kesamaaan dengan karya penulis itu.”
Pak
Cecep :
“
Itu proses karenakandalampisikologimanusiakitamemiiki proses yang
namanyamenirutapi lama
lamaitujugaakanlepasjadigakmasalahbiarkandulukitaterbawaarusolehkekuatantulisan
yang bagus, bapakjugasekarangkalaubaca novel yang bagusitulangsung “ waduhbagussekaliya..
tapikalausekarangkanbapaksudahtidakmungkinkanharusmengikutigayatulisanmereka.
Udahharusadakesadarankesana, tapikalauseusia kalian yang mudabacatulisanpuisi
yang bagusterusnulispuisisamaitugakapa-apakarenaitusemua proses lama-lama kitajugaakankritiskepadadirikitasendiri.
Jadinanyakepadadirisendiri “jadinyagimanaya ?.” jadigakapa-apanamayajuga
proses.”
Penanya
:
“
kalaugituudahbiasa di bilangbagusbelumpak ?..”
Pak
Cecep :
“
Ya..kanitubagiandaribelajar, bagiandari proses karena lama-lama jugaakanlepas.
Kita gabisaterussepertiitu Karena lama-lama
jugakarakterkitaakankuat.
Awalnyaiyasebagaipenulispemulabetulkitaakanmengikutigaya-gayadaritulisan-tulisan
yang bagustapi lama-lama karakterkita yang akanmunculkarenakitabacanyabanyak
yang inibagus, yang inibagus, bagus, bagus.. Nah
nantidalamdirikitainiakantersaringdaribacaanmereka yang banyakitu,
akanmenjadikumpulancikalbakallahirnyakarakterkitasendiritidakdarisatu orang,
makanyajangansampaikitainipanatikterhadapsatu orang pengarang, misalkanPramudiya. Pramudiyaaa..terustapikitajugaharusbaca missal
MuhktarLubis, atau yang mudasepertiEkakurniawankanitusemuaitubagus.
Gakmungkinkitatersedotoleh pram, MuhktarLubis,Pramudyatapii yang
bagus-bagusitunantinamper, melekatlahistilahnyamahdalamnayangankita. Nah
itulahbiasanya yang kemudianmendorongkitauntukmenulisawalnya
yah..biarkansajakarena proses.”
Penanya
:
“Kan
kata Bapakkitaituharusmeluangkanwaktukitadua jam untuknulis. Nah
Bapaksendiripernahgakketikamaunulisgakadabayang-bayangatau ide atau
gakmuutgitu ?..”
Pak Cecep :
“ Yaasemuapenulissepertiitu. Seringlahkalaubapaksendiriituyaa..tinggalkanjalan-jalan
main biliarkarenaketikabapakmudabapaksering main biliar, main gapleh,
ngobroldulumah. Nah kalauudahgitupulangnyabiasanyabapakbawa ide gitu.”
“Nah
adapelajarandari Steven King penulis amerika diakan lulusan sastra inggris.Nah
diamenulis, menulissatu novel. Nah terus dia memberikannya ke penerbit,
penerbitnya itu tidak mau menerbitkan sampai penulis kedua sama menolak dianggapnya
tulisannya itu jelek. Kemudiandiaitumembawatulisannyaitusampaike 12
penerbitdansemuanyamenolak di anggaptulisanitujelek.Dia down
putusasalahterusdiabialng “oh berartisayabukanpenulissayagagaljadipenulis” nah
waktuituhidupnyamiskinterusdiamemutuskanuntukberhentikarenagagal.Istrinyadenganbaikhatiiaambilnaskahdimintadarisuminyakemudiandiatawarkanlagikebeberapapenerbitsampaike
13, 14 terussampaijatuh di
satupenerbitdanpenerbititumaumenerbitkandanketikabarukeluar novel ituudahBestsellerjudulnya“Keri” novel horror karenadiaituspesialispenulis
horror dansekarangudahdifilmkandanbahkan di Indonesia film
itulaku. Nah
darikisahitupelajarannyaadalahmenulisitumemangtidakgampangjugatidaksusahkalukitaketemu
orang yang satupemikirandengankitasatuvisilah,
kangakbisamisalkanpemikiranandadansayaitubedabedaterusandanuliskemudian di
tawarkankesayadansayanolakberartivisiandadansayaitubedakan.
Tapibelumtentudenganpenerbit yang lain. Jadi yang namanyajadipenulisitubisa
di sebutsusahbisa di sebutgampang. KalumelihatdariperjuanganSeteven
King diaitususahiyakan, tapiketikaudah diterbitkandiajadimudahsekarangdiakerjanyaapa
?.. baca, nulis, beramal. Jadidiaberikanpelajarantentangmenuliskeanak-anak,
remajakemahasiswa gratis
karenaketikadiamemberikanpelajaranpenulismerekabisahiduplayak,
jadigitu.JadikalaumaujadipenulisharusjadisepertiSeteven King paling tidak. Nah
sekarangalatapa yang harusdimilikilehtukangkayu ?.. Gergaji, pahat, palu
Nahterussekarangalatapa yang paling penting yang harus di
milikiolehseorangpenulis ..? bukankertas, bukanpensil,tapiapa ?.. tapikamus.
Kenapa ?.. karenagakadapenulisperaihnobel yang dimejanyagakadakamus.
Kata yang ada di duniainibanyakibaratikan yang adadilautankitatahubentuknyanamuntidaktahuikanapaitumisalkanjikakitaditanyaapaartidengan,pastingahuleng.
Nah jadikamusnyaituharussemuakamus, sepertikbbi, ilmiah, t saurus,
teknologikamusfilsafatsemuakamusharuadabaruitu yang
dinamakantukangkayu.Itulahpelajaran yang bapakambildariseteven king. Kita
ituharusbergauldengan orang
laintapibukanberartibertemulangsungtapilewatbacabukunyagitu.
Penanya :
“ Alhamdulillah pak, jadi gitu yaa..
terimakasih banyak pak telah maumeluangkan waktu dan maumembagi ilmunyadengan
kami. Kami sangat bersyukur sekali, mudah-mudahan apa yang bapak berikan kepada
kami bermanfaat bagi kami..sekali lagi terimakasih banyak pak..!”
Untuk
memenuhi tugas akhir Satra Indonesia
LAPORAN HASIL WAWANCARA KELOMPOK 7
Disusun oleh:
Asep Mahmudin (
1155020019 )
Lulu Nur Fitriani (
1155020055 )
Yasmin Syarifatuzzahra
( 1155020118 )
HERMAWAN AKSAN
Pada
tanggal 30 November 2016 Kami melakukan wawancara ke Harian Tribun Jabar yang
berlokasi di Jl. Sekelimus Utara 2-4 Soekarno Hatta Bandung 40266. Kala itu
kami mendapatkan tugas dari Bapak Dosen kami yang mengampu Mata Kuliah Sastra
Indonesia. Untuk memenuhi salah satu tugas akhir mata kuliah ini, kami
mendapatkan tugas kelompok mewawancarai beberapa Sastrawan yang bapak kenal
lalu di bagi masing-masing kelompok.
Di karenakan kami mendapat bagian kelompok 7, kami mendapat tugas
mewawancarai salah seorang Redaktur Harian Tribun Jabar yakni Bapak Hermawan
Aksan. Sosok yang hangat dan ramah serta tutur katanya yang sopan. Dalam hal
usia, kami terpaut jauh dengan beliau, tetapi beliau tidak terkesan menggurui
kami dan merasa bahwa dirinya lebih pintar. Karena yang kami lakukan adalah sharing
tentang perjalanan karir beliau sebagai seorang sastrawan.
Berdasarkan informasi yang kami dapatkan dari beliau bahwa menjadi
seorang sastrawan itu membutuhkan proses yang cukup panjang. Beliau berkata
bahwa untuk menjadi seorang sastrawan itu tidak secara langsung menjadi sukses
karena sudah menjadi seorang sastrawan, tetapi kami juga harus berusaha seperti
membaca, menulis dan mencoba mengirimkan apa yang telah kita tulis ke berbagai
penerbit. Dalam hal ini beliau juga memaparkan pengalamannya kepada kami, dari
mulai beliau pertama kali menulis hingga seperti sekarang ini yang telah
menjadi seorang Redaktur di sana.
Beliau adalah seorang penulis novel, cerpen dan nonfiksi. Beliau
juga seorang Penerjemah, Penyunting serta Proofreader, lahir di Desa
Jipang, Kecamatan Bantarkawung, Brebes, Jawa Tengah.
Sejak
kecil beliau sudah gemar menulis Cerita-cerita pendeknya yang berbahasa
Indonesia dimuat di sejumlah media massa, yaitu Pikiran Rakyat, Suara Merdeka, Jawa Pos, Media Indonesia, Koran Tempo, majalah Horison, Koran Sindo, dan
lain-lain. Cerita-cerita pendeknya dalam bahasa Sunda dimuat di
majalah Mangle, Cupumanik, Galura, dan Kujang.
Pernah
juga bekerja sebagai editor bahasa pada Tabloid Detik, Bola, Raket, dan Detak.
Diundang menjadi peserta Ubud Writers and Readers Festival 2010 dan
Borobudur Writer and Cultural Festival 2012.
Banyak
keunikan yang kami tidak sangka dari apa yang beliau ceritakan kepada kami,
salah satunya adalah beliau itu seorang Lulusan Sarjana Astronomi ITB, yang
menarik disini adalah dengan Jurusan yang beliau geluti beliau mampu
membuktikan bahwa seorang Sastrawan itu tidak harus Lulusan sastra.
Dari
hal itu, kami memandang bahwa yang notabene nya jurusan bukan sastra
dapat menulis, bahkan ia sukses jadi seorang sastrawan, itu memotivasi kami
sebagai mahasiswa Sastra yang kelak akan menjadi seorang sastrawan akan jauh
lebih sukses daripada beliau.
Diantara
karya beliau ada salahsatu novel anak-anak yang berjudul Bertamasya ke Luar
Angkasa (Ganeca Exact, 1993) yang ada kaitannya dari Jurusan yang beliau ambil
tatkala kuliah, yaitu Astronomi. Kala itu belia juga ditawarkan untuk bekerja
di Bosca Lembang, tetapi beliau menolak tawaran itu dan lebih memilih untuk
menjadi seorang sastrawan.
Selain itu ada
juga novel yang paling termasyhur yaitu Dyah Pitaloka, Senja di Langit
Majapahit (C Publishing, Desember 2005), diterbitkan lagi dengan
judul Dyah Pitaloka, Korban Ambisi Politik Gajah Mada (Bentang
Pustaka, 2007). Dan berikut adalah kumpulan Cerita pendek karya beliau Sang
Jelata (Grasindo, 2004), Cinta … Itu Apa? (Pustaka
Latifah, 2005), Ketika Bulan Pucat, Dia Pergi Seperti Angin (Penerbit
Saroba, Oktober 2009), Lelaki yang Terus Mencari Sumbi (Indie Book
Corner, November 2011), SMS Tengah Peuting (Green Smart Books
Publishing, November 2012), Madirda (Sky Art Publisher, Desember
2012), Londok (Green Smart Books Publishing, September 2013), Bus
yang Melaju Membawa Rindu (Media Cendekia, Mei 2016)
Sebagai
penerjemah: My Salwa My Palestine (Mizan, April 2008), dari buku On
the Hills of God. Lupus, Terapi-Terapi yang Berhasil, karya Sharon Moore
(B-First, November 2008).
Beberapa sampel
bliau sebgai penyunting: Terjemahan The Ivy Chronicles karya
Karen Quinn (C Publishing, 2006), Terjemahan Suddenly Sexy karya
Linda Francis Lee (C Publishing, 2006), Terjemahan Tsotsi karya
Athol Fugard (Bentang Pustaka, 2006), Terjemahan Robinson Crusoe karya
Daniel Dafoe (Bentang Pustaka, 2007) dan lain sebagainya.
Dan sebagai Proofreader: Supernova karya
Dee (Truedee, 2001) dan 123 Ayat Seni karya Yapi Tambayong (Nuansa
Cendekia, Agustus 2012).
Setelah
berbincang beberapa jam bersama gemericik hujan yang turun kala itu, beliau
memberi motivasi kepada kami bahwa untuk menjadi seorang penulis itu kunci
utamanya adalah membaca, selain itu juga kami harus melakukakan analisis untuk
menambahkan informasi sesuai dengan apa yang akan kita tulis.
Selain itu juga di zaman modern ini tidak ada
kata tidak ada waktu untuk mengukir karya, karena semuanya telah tersedia
praktis. Dan yang paling penting adalah kurangi memainkan gadget, jika iya,
seperlunya saja.
Lalu kami mendokumentasikan dengan berfoto
dengan beliau sebagai tanda bukti bahwa tugas telah kami selesaikan. Sekian,
dan terima kasih.
LAPORAN HASIL WAWANCARA KELOMPOK 8
Disusun oleh :
Bunga Puspita Sari (
1155020022 )
Menia Jumiati (
1155020058 )
Zidny Husnil Maisyah (
1155020122 )
Biografi
Nama :
Dadan Sutisna
Jenis kelamin :
Laki-laki
Tempat, Tanggal Lahir :
Sumedang, 22 Februari 1978
Pekerjaan :
Penulis/ Progammer
Alamat :
Dusun Pasirloa RT 01/09 Desa Kadakajaya Kec.Tanjungsari Kab. Sumedang Kode Pos: 45362
HP :
081320608670
Email :
dadansutisna@yahoo.com
Istri :
Dede Elin Herlina
Anak :
Annisa Wulandari, Dafandryan Argya Adhikara
Riwayat Pekerjaan
Instansi Posisi/Jabatan Tahun
Instansi
|
Posisi/Jabatan
|
Tahun
|
Majalah Manglé
|
Redaktur
|
1997-2002
|
Penerbit Kiblat Buku Utama
|
Staf Redaksi
|
2002-2010
|
Fakultas Dakwah dan Komunikasi
UIN SGD Bandung
|
Penanggung Jawab
Sistem Informasi
|
2008-2015
|
Yayasan Kebudayaan Rancagé
|
Pengurus
|
2011-Sekarang
|
Riwayat Pendidikan Formal
Jenjang Nama Jurusan Tahun
Jenjang
|
Nama
|
Jurusan
|
Tahun
|
SD
|
SD Negeri Karanglayung Sumedang
|
-
|
1985-1991
|
SMP
|
SMP Negeri 1 Tanjungsari Sumedang
|
-
|
1991-1994
|
SMA
|
SMU Negeri 1 Tanjungsari Sumedang
|
-
|
1994-1997
|
D3
|
Bina Sarana Informatika
|
Manajemen
Informatika
|
2005-2007
|
S1
|
Universitas Islam Negeri Sunan
Gunung Djati Bandung
|
Teknik
Informatika
|
2008 –
|
S1
|
STIMIK Jabar
|
Teknik
Informatika
|
2013
|
Karya Tulis di Media Massa
Menulis dalam bahasa daerah (Sunda) dan Indonesia berupa cerpen,
drama, essey,
sajak, dan tulisan jurnalistik. Tulisan tersebut pernah dimuat di
koran Kudjang,
Manglé, Galura, Cupumanik (bahasa
Sunda) serta koran Pikiran Rakyat, Republika,
Galamedia, Kompas, Tribun Jabar, dan Priangan
(bahasa Indonesia). Kebanyakan
cerita pendek dalam bahasa Sunda, sampai saat ini lebih 200 judul
lebih yang telah
ditulis. Tulisan yang sudah dipublikasikan antara lain:
Penulisan Buku
Tahun Judul Penerbit
Tahun
|
Judul
|
Penerbit
|
2000
|
Ukur Banyol, kumpulan humor bahasa Sunda
|
PT Manglé Panglipur
|
2001
|
Nu Ngageugeuh Legok Kiara, novél anak
berbahasa Sunda
|
Kiblat Buku Utama
|
2001
|
Dén Angor, buku cerita
anak-anak berbahasa
Sunda
|
CV Djatinika
|
2003
|
Mistéri Haur Geulis, novél anak berbahasa
Sunda
|
Kiblat Buku Utama
|
2004
|
Kanagan, antologi cerpen Sunda
|
Geger Sunten
|
2004
|
Surat Cinta Pangarang Sunda, antologi surat
cinta berbahasa Sunda
|
Kiblat Buku Utama
|
2006
|
Luang keur nu Ngarang
|
Kiblat Buku Utama
|
2007
|
Kembang Kadengda (Editor)
|
Pemda Jabar
|
2007
|
Belajar Mudah Menggunakan Internet
|
Cipta Utama Press
|
2007
|
7 Langkah Mudah Menjadi Webmaster
|
Mediakita
|
2008
|
Jeblog, kumpulan drama Sunda
|
Pemda Jabar
|
2008
|
Direktori Aksara Sunda untuk Unicode
|
Pemda Jabar
|
2010
|
Rasih Kodeu Binér, buku cerita anak-anak
berbahasa Sunda
|
Kiblat Buku Utama
|
2013
|
Ngariksa Aksara Sunda
|
Yrama Widia
|
2013
|
Sabalakana, Novél Sunda
|
Pustaka Jaya
|
Penghargaan
a. Tingkat Provinsi/Jawa Barat
1. Hadiah Sastra D.K. Ardiwinata dari Paguyuban Pasundan untuk
cerita
pendek “Hariring Kaangin-angin”
(1997)
2. Juara Harapan III Hadiah Sastra D.K. Ardiwinata dari Paguyuban
Pasundan untuk novél “Lalampahan Si
Ujang” (1999)
3. Juara 1 Lomba Penulisan Cerita Rakyat se-Jawa Barat untuk novél
“Purnama di Maronggé” (Bahasa
Indonésia, 2000)
4. Hadiah Jurnalistik Moh. Koerdie dari Yayasan Daya Budaya
Pasundan
untuk tulisan jurnalistik “Ti
Pasantrén ka Pasantrén” (2002)
5. Hadiah dari Lembaga Basa & Sastra Sunda untuk cerita pendek
“Tutunggul” (2003)
6. Hadiah dari Lembaga Basa & Sastra Sunda untuk cerita pendek
“Ucing
Hideung” (2007)
7. Hadiah “Samsudi” dari Yayasan Kebudayaan Rancagé untuk buku
anakanak
Nu Ngageugeuh
Legok Kiara (2002)
8. Hadiah “Samsudi” dari Yayasan Kebudayaan Rancagé untuk buku
anakanak
Mistéri Haur
Geulis (2004)
9. Juara III Lomba Penulisan Pariwitasa Jawa Barat yang
diselenggarakan
oleh Disbudpar Jawa Barat (2005)
10. Juara II Lomba Penulisan Naskah Drama tahun 2007.
11. Juara III Lomba Penulisan Naskah Drama tahun 2009.
12. Hadiah “Samsudi” dari Yayasan Kebudayaan Rancagé untuk buku
anakanak
Rasiah Kode
Binér (2011).
13. Mendapat “Anugerah Inovasi Jawa Barat” dari Gubernur Provinsi
Jawa
Barat untuk Kategori Individu bidang
Budaya (2011).
14. Mendapat Anugerah Teknologi Informasi Komunikasi dari Dinas
Komunikasi dan Informasi Provinsi
Jawa Barat.
15. Anugerah Budaya Rumawat Pajajaran 2015 dari Universitas
Padjadjaran
untuk pengembangan Kasundaan
berbasis teknologi.
16. Dll.
b.
Tingkat Nasional
1. Finalis Lomba Desain Web Bubuawards 2003, kategori Flash.
2. Finalis Lomba Desain Web Bubuawards 2005, kategori Pemograman.
3. Mendapat penghargaan sebagai “Lelaki Sejati Pengobar Inspirasi
2009” di
Jakarta versi Bentoel Sejati, atas
karya membuat software dan database
kamus Sunda.
Pengalaman
di Bidang Kemasyarakatan dan Budaya
a. Kegiatan Internasional
1. Sebagai Koordinator Multimedia pada Simposium Internasional
Pernaskahan
Nusantara yang diselenggarakan oleh Masyarakat
Pernaskahan Nusantara (2008).
2. Sebagai Sekretaris pada Konferensi Internasional Budaya Sunda di
Gedung
Merdeka (2011).
b. Kegiatan Regional
1. Sebagai panitia pada penyelenggaraan Anugerah Budaya Kota
Bandung
(2006 2011).
2. Sebagai penulis naskah pada kegiatan dramatisasi sosialisasi
narkoba yang
diselenggarakan oleh Badan Narkotika
Provinsi Jawa Barat (2011).
c. Organisasi
1. Paguyuban Panglawungan Sastra Sunda (PP-SS) sebagai Ketua (2012
–
Sekarang). PP-SS merupakan
organisasi nirlaba yang bergerak dalam
sosialisasi bahasa, sastra, dan
aksara Sunda.
2. Pusat Studi Sunda (PSS) tahun 2002 – 2010. PSS merupakan
organisasi
nirlaba yang bergerak dalam
penelitian, penerbitan, dan pengembangan
kebudayaan Sunda
Pengalaman
Sebagai Juri
a. Tingkat Jawa Barat
1. Juri Saémbara Ngarang Manglé Alit yang diadakan oleh Majalah
Manglé
tahun 2002 dan 2003.
2. Juri Hadiah Sastra yang diadakan oleh Lembaga Bahasa dan Sastra
Sunda,
bekerjasama dengan Dinas Pariwisata
dan Kebudayaan tahun 2008 dan
2010.
3. Juri Saémbara Mengarang Novél Anak dalam bahasa Sunda yang
diselenggarakan oleh Paguyuban
Panglawungan Sastra Sunda, tahun 2007.
4. Juri Lomba Mengarang tingkat SMA yang diselenggarakan oleh Dinas
Pendidikan Provinsi Jawa Barat di
Tasikmalaya, tahun 2008.
b. Tingkat Kabupaten/Kota
1. Juri Lomba Maca & Nulis Aksara Sunda yang diselenggarakan
Dinas
Pendidikan Kab. Bandung, tahun 2010
dan 2011.
2. Juri Lomba Maca & Nulis Aksara Sunda yang diselenggarakan
Dinas
Pendidikan Kota Bandung, tahun 2010
dan 2011.
Pengalaman
sebagai Nara Sumber
a. Konferensi Internasional
Sebagai pembicara pada Konferensi
Internasional Budaya Sunda di Gedung
Merdéka, 19-22 Desember 2011.
b.
Tingkat Nasional
1. Sebagai nara sumber pada kegiatan “Manajemen Database” yang
diselenggarakan oleh Badan Litbang
dan Diklat Kementerian Agama RI,
bulan Maret 2011.
2. Sebagai nara sumber pada kegiatan sosialiasi “Sistem Aplikasi
Perencanaan”
yang diselenggarakan oleh Badan
Litbang dan Diklat Kementerian Agama
RI, bulan Mei 2011.
3. Sebagai nara sumber pada Kongrés Bahasa Daérah Nusantara taun
2016.
c.
Tingkat Provinsi/Jawa Barat
1. Sebagai nara sumber pada Workshop Pemetaan Lembaga Keagamaan
tahun
2009.
2. Sebagai nara sumber pada Sosialisasi dan Standardisasi Aksara
Sunda yang
diselenggarakan oleh Dinas
Pendidikan Provinsi Jawa Barat tahun 2008.
3. Sebagai nara sumber pada Kongrés Bahasa Sunda yang
diselenggarakan di
Cipayung, Bogor, Juli 2011.
d.
Tingkat Kota/Kabupaten
1. Sebagai pembicara dalam diskusi Perkembangan Pers Sunda di Kota
Sukabumi, 2007.
2. Sebagai pembicara pada Workshop Aksara Sunda yang
diselenggarakan oleh
Dinas Pendidikan Kab. Bandung, tahun
2010.
3. Sebagai pembicara pada diskusi Sastra Sunda di Kab. Kuningan,
tahun
2008.
4. Sebagai pembicara pada diskusi Sastra Sunda di Kab. Ciamis,
tahun 2010.
Pengalaman
di Bidang Teknologi Informasi
1. Sebagai Web Designer dan Web Programming pada beberapa aplikasi
web di
Internet.
2. Sebagai programmer pada pembuatan aplikasi database yang
diadakan oleh
Lembaga Penunjang Penyediaan
Perumahan Swadaya Kementrian Negara
Perumahan Rakyat 2007.
3. Sebagai programmer pada pembuatan aplikasi TTS berbasis komputer
yang
diselenggarakan oleh Universitas
Padjadjaran (UNPAD) tahun 2008, 2009,
2010, dan 2011.
4. Sebagai programmer pada penyusunan font dan program
aksara Sunda
menggunakan character set Unicode
5.0. tahun 2008.
5. Sebagai programmer pada pembuatan Database Lembaga Keagamaan di
Jawa Barat (2008-2010).
6. Sebagai programmer pada Sistem Aplikasi Keagamaan Kementerian
Agama
Jakarta tahun 2010-2011.
7. Mengerjakan beberapa Sistem Akademik tingkat perguruan tinggi
dan
sekolah menengah (SMP Al-Aqsha,
Fakultas Psikologi UIN SGD Bandung,
Fakultas Ilmu Komunikasi Unpad
Kampus Bandung).
8. Sebagai programmer pada Sistem Informasi Manajemen Diklat, Balai
Diklat
Keagamaan Bandung, 2012.
9. Mengerjakan Sistem Database pada beberapa perusahaan di Jakarta.
10. Sebagai programmer pada pembuatan aplikasi SIMDIKLAT di 5
Wilayah
(Jakarta, Padang, Medan, Makassar,
dan Banjarmasin) taun 2013.
11. Sebagai programmer pada pembuatan Sistem Informasi Geografis di
Dinas
Permukiman dan Perumahan Provinsi Jawa
Barat 2013.
12. Sebagai programmer pada pembuatan Sistem Informasi Geografis di
Dinas
Permukiman dan Gedung Pemerintah
Daerah DKI Jakarta 2014.
13. Sebagai Programmer pada Sistem Informasi Pengendalian Tata
Ruang di
Dinas Pemukiman Tata Ruang Prov. Kalimantan
Timur.
14. Sebagai Programmer pada Pembuatan Sistem Pengendalian dan Tata
Ruang
Prov. Kalimantan Timur tahun 2015.
15. Sebagai Programmer pada Pembuatan Sistem Penertiban Pemanfaatan
Tata
Ruang Kementerian Agraria Jakarta
tahun 2015.
16. Sebagai Programmer pada Pembuatan Aplikasi untuk PON 2016 .
17. Sebagai Programmer pada Sistem Indeks Permukiman, Kementerian
Pekerjaan Umum tahun 2015.
18. Sebagai Programmer pada Pembuatan Sistem Manajemen Pegawai Kab.
Garut tahun 2015.
19. Sebagai Programmer pada Pembuatan Sistem Manajemen Pegawai Kab.
Sukabumi tahun 2015.
20. Sebagai Programmer pada Pembuatan Sistem Kearsipan PNS Kab.
Purwakarta tahun 2015.
21. Sebagai Programmer pada Pembuatan E-Office di Balai Diklat
Keagamaan
Bandung tahun 2015.
22. Sebagai Programmer pada Pembuatan Sstem Feedback Mahasiswa
terhadap
Dosen di UIN Sunan Gunung Djati
Bandung tahun 2015.
23. Sebagai Perogrammer pada kegiatan Laboratorium Kebinekaan di
Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan tahun 2016.
24. Dll
Hari/Tanggal Pelaksanaan : Selasa, 6 Desember 2016
Waktu Pelaksanaan :
12.15 WIB
Tempat Pelaksanaan :
UIN SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG
Narasumber :
Dadan Sutisna ( Penulis/Programmer )
Pewawancara :
Bunga Puspita Sari, Menia Jumiati, Zidny Husnil M
Tema wawancara :
Kesusasteraan Indonesia
Tujuan wawancara :
Tips Menjadi Penulis Yang Baik dan Benar
Hasil Wawancara
Dadan
sutisna (narasumber) berprofesi sebagai penulis atau programmer, yang telah
dimulai sejak tahun 1997 sampai dengan sekarang. Beliau lahir di sumedang pada
tanggal 22 februari 1978. Saat ini beliau tinggal di Dusun Pasirloa rt.01 rw.09
Desa Kadakajaya kec. Tanjung sari kab. Sumedang. Saat ini beliau berprofesi
sebagai pengurus di Yayasan Kebudayaan Rancage. Beliau menulis dalam dua bahasa
yakni bahasa sunda dan bahasa indonesia. Adapun beberapa karya tulisnya yang
berbentuk cerpen, drama, essai, sajak, dan tulisan jurnalistik. Karya tersebut juga pernah dimuat pada Koran
Kudjang, Mangle, Galurah, Cupumanik ( bahasa sunda ), Pikiran Rakyat,
Republika, Galamedia, Kompas, Tribun Jabar, dan Priangan ( bahasa indonesia ).
Karya beliau lebih banyak dalam bentuk bahasa sunda. Hingga saat ini sudah
lebih dari 200 judul yang sudah ditulis.
Tahun
|
Judul
|
Penerbit
|
2000
|
Ukur Banyol, kumpulan humor bahasa Sunda
|
PT Manglé Panglipur
|
2001
|
Nu Ngageugeuh Legok Kiara, novél anak
berbahasa Sunda
|
Kiblat Buku Utama
|
2001
|
Dén Angor, buku cerita anak-anak berbahasa
Sunda
|
CV Djatinika
|
2003
|
Mistéri Haur Geulis, novél anak berbahasa
Sunda
|
Kiblat Buku Utama
|
2004
|
Kanagan, antologi cerpen Sunda
|
Geger Sunten
|
2004
|
Surat Cinta Pangarang Sunda, antologi
surat
cinta berbahasa Sunda
|
Kiblat Buku Utama
|
2006
|
Luang keur nu Ngarang
|
Kiblat Buku Utama
|
2007
|
Kembang Kadengda (Editor)
|
Pemda Jabar
|
2007
|
Belajar Mudah Menggunakan Internet
|
Cipta Utama Press
|
2007
|
7 Langkah Mudah Menjadi Webmaster
|
Mediakita
|
2008
|
Jeblog, kumpulan drama Sunda
|
Pemda Jabar
|
2008
|
Direktori Aksara Sunda untuk Unicode
|
Pemda Jabar
|
2010
|
Rasih Kodeu Binér, buku cerita anak-anak
berbahasa Sunda
|
Kiblat Buku Utama
|
2013
|
Ngariksa Aksara Sunda
|
Yrama Widia
|
2013
|
Sabalakana, Novél Sunda
|
Pustaka Jaya
|
Menurut bapak
dadan sutisna, proses kreatif dalam menulis terkadang datang dengan sendirinya,
seperti memposting status dalam media sosial. Menulis itu sulit untuk
direncanakan, karena menulis lahir dari sesuatu yang tidak terduga. Tetapi
tidak juga disebut spontan, karena terkadang penulis lahir dari
ketidakberdayaan. Contohnya para penulis yang ingin mengkritik suatu
pemerintahan namun mereka tidak mampu atau tidak mungkin melakukannya secara
langsung, maka akhirnya mereka mengkritik melalui karya tulisnya atau dari rasa
kesedihan yang diungkapkan melalui menulis, seperti menulis buku harian.
Perbedaan antara karya sastra dengan buku harian terletak pada ide-ide atau
pemicu menulis yang tidak langsung diutarakan begitu saja. Karena yang
terpenting didalam sastra itu adalah perenungannya. Dalam hal mengungkapkan
sesuatu didalam karya sastra, yang terpenting adalah dapat dibaca dan di
mengerti oleh siapapun secara universal.
Secara pribadi, cukup sulit
untuk menjelaskan darimana atau bagaimana proses kreatif timbul. Tapi satu yang
pasti, bahwa munculnya keinginan menulis disebabkan dari membaca. Mengapa
munculnya keinginan menulis dari proses membaca ? pertama dengan membaca kita
akan memiliki kosakata yang beranekaragam. Memang kita tidak belajar kata
perkata dan tidak belajar tentang bahasa, namun secara tidak langsung banyak
kosakata yang terekam dalam pikiran. Hal itu merupakan syarat dari menulis. Kedua
dengan membaca kita dapat mengetahui bagaimana cara mengungkapkan sebuah karya
dengan baik dan benar. Jadi dalam menulis, bagian yang terpenting adalah proses
dan proses tersebut adalah membaca. Membaca disini bukan membaca buku dan teks,
tapi juga membaca situasi. Contohnya dalam hal menulis yang terpenting adalah
menentukan sebuah tema. Sebenarnya tema itu tidak ada yang original. Tema
berkaitan dengan penulis lain dan keadaan, yang berbeda adalah cara
penyampaiannya.
Ukuran sukses itu bermacam-macam, bahkan beliau tidak menganggap
dirinya sukses. Pada intinya adalah jika berbicara tentang kesuksesan tolak
ukurnya ada pada orang lain. Barometer kesuksesan dalam dunia mengarang harus
konsisten, artinya harus dijalani dari waktu ke waktu. Tidak mungkin seseorang
yang baru berkarya, karyanya langsung di kenal, booming dan sukses.
Berkaitan dengan proses, kesuksesan penulis di ukur dari kepedihannya,
maksudnya adalah bagaimana tingkat usahanya. Intinya seperti di kehidupan lain,
bukan hanya dalam dunia mengarang, menjadi sukses membutuhkan perjuangan.
Perjuangan yang perlu di lakukan yaitu terus menulis, sebab menulis merupakan
bagian dari latihan. Karena suatu saat akan ada masa dimana kita menemukan
titik dimana kita merasa disinilah peran kita.
Syarat utama dalam mengarang ada dua, yang pertama persoalan
bahasa. Bahasa dipengaruhi oleh tatacara kita menulis dan ini berlaku untuk
semua bahasa. Bahasa berkaitan dengan ejaan, kosakata dan diksi. Oleh karena
itu, mutlak dalam mengarang harus menguasai bahasa. Sebesar apapun gagasan
ataupun sebagus apapun tema jika tidak bisa menyampaikannya dengan bahasa yang
bagus, baik dan benar, serta sesuai dengan tata bahasa, maka tetap saja tidak
akan menjadi karya yang baik dan bernilai. Hal terpenting yang perlu diperhatikan
yaitu ejaan dalam tatacara menulis bahasa tersebut. Secara tidak langsung,
pelajaran dasar bahasa indonesia harus di kuasai. Karena kemampuan berbahasa
mudah dinilai hanya dengan meihat karya tulis seseorang tersebut. Lalu setelah
kemampuan bahasa itu dikuasai, mulailah pada diksi. Diksi merupakan bagian yang
penting dalam sastra, karena akan mempengaruhi alur dan pembaca. Yang kedua
gagasan atau tema atau ide. Yang membedakan antara sastra, curhat dan berita
terletak pada ide, serta bagaimana kita mengolah gagasan menjadi sesuatu yang
baru. Artinya ketika sebuah gagasan ditulis menjadi karya sastra maka akan ada
perenungan-perenungan yang akan di tafsirkan kepada pembaca, seperti pada cara
mengungkapkan, alur dan plot.
Motivasi dalam menulis yang pertama membaca. Jangan pernah berhenti
membaca, karena banyak manfaatnya bukan hanya untuk menulis semata. Selain itu
menulis juga membuka daya pikir kita. Semakin banyak membaca maka semakin luas
cara berpikirnya. Menjadi pengarang atau penulis jangan dibuat seperti
cita-cita tapi dibuat sebagai kebutuhan seperti di media sosial. Tidak
berkaitan dengan sesuatu yang terlalu jauh tapi sederhana saja.
LAPORAN
HASIL WAWANCARA KELOMPOK 9
Disusun
oleh :
DaraDahlia
Ramdan ( 1155020025 )
Muhammad Dio Renaldi ( 1155020063 )
Muhammad Dio Renaldi ( 1155020063 )
Siti Halimatusya’diyah ( 1155020099 )
BIOGRAFI AAN MERDEKA PERMANA
Aan Merdeka Permana Tak Henti Berkarya
Aan
Merdeka Permana lahir di
Bandung pada tanggal 16 November 1950, merupakan seorang jurnalis dan sastrawan.
Kawas Nyungsi
nu Can Pasti. Begitulah biografi Aan Merdeka Permana ini diberi judul. Kalau
diterjemahkan secara bebas, judul itu kira-kira berarti "mencari sesuatu
yang belum pasti". Dan "ketidakpastian" ini menjadi lebih jelas
manakala kita baca sepenggal sajak yang ditulisnya di halaman awal:
Geus jauh,
lengkah geus jauh / Jugjugeun teuing di mendi / Batur-batur geus naringgalkeun
/ Teu kaharti naon nu disungsi / Tapi batan ngajanteng / mending ngalengkah /
Sabatae / miharep sugan jeung sugan …
Boleh jadi
lewat judul dan sepenggal sajak itu, orang lantas bertanya-tanya apa sebetulnya
yang dicari Aan selama ini? Memang lewat biografi yang ditulis dalam bahasa
Sunda ini, kita dapat mengetahui rekam-jejak "pencarian" Aan dalam
menelusuri sejarah Sunda yang sangat berbeda dengan sejarah Sunda versi ilmiah.
Sebab rekam-jejaknya itu bukan saja ditulis Aan dalam artikel untuk surat kabar
dan majalah, akan tetapi juga diterbitkan dalam buku cerita sasakala yang
jumlahnya belasan, bahkan menjadi seting dalam roman-roman sejarahnya seperti
Kunanti di Gerbang Pakuan dan Senja Jatuh di Pajajaran.
Tapi bukan itu yang dicari Aan. Sebab makna
sesungguhnya dari judul dan sepenggal sajak tersebut, bukanlah merujuk pada
"pencarian" Aan. Akan tetapi merujuk kepada semangat Aan untuk terus
melangkah dalam kapasitasnya sebagai pengarang, sekaligus jurnalis. Dengan kata
lain, judul dan sepenggal sajak itu merujuk kepada semangat Aan untuk tak henti
berkarya. Inilah sebetulnya substansi yang kita tangkap dari biografi Aan
Merdeka Permana.
Bayangkan,
sejak kelas dua SMP, cerpennya yang bertema sosial (bukan tema anak-anak
sebagaimana umumnya cerpen yang ditulis remaja) sudah dimuat di majalah Mangle.
Dan kalau dihitung hingga usianya yang kini menginjak 61 tahun, sudah lebih
dari seribu cerpen (dalam bahasa Sunda dan Indonesia) yang ditulis Aan dan
dimuat di berbagai surat kabar dan majalah. Belum lagi serial Si Bedegong yang
tiap minggu muncul di Galura sejak 1982 hingga sekarang. Karangan yang
diterbitkan dalam bentuk buku saja tak kurang dari 50 judul, berupa roman,
novel dan cerita sasakala. Ditambah lagi karya jurnalistiknya. Jumlahnya tentu
tak terhitung. Karena sejak lulus SMA, Aan pun menjadi wartawan, selain
pengarang.
Semangatnya untuk terus menulis juga tak
berhenti hanya karena pada 2007 Aan pensiun dari Pikiran Rakyat (ditempatkan
sebagai redaktur Galura). Aan selanjutnya menerbitkan buku dan majalah Ujung
Galuh. Majalah berbahasa Sunda ini berisi tentang sejarah Sunda buhun, yang
merupakan salah satu wujud "kekecewaan" Aan terhadap sejarah Sunda
versi ilmiah yang isinya itu-itu juga sekalipun ditulis oleh banyak sejarawan.
"Jiga nu
silih tiron, tepika aya kesan nu disebut karya tulis akademisi teh nyaeta karya
tulis silih tiron, silih cutat. Hal-hal nu anyar mah teu aya atawa saeutik
pisan…" kata Aan tentang sejarah Sunda versi ilmiah ( hal 76). Karena itu
untuk menambah pengetahuannya tentang sejarah Sunda, Aan mencari sendiri.
Kumaha bae carana, ka mana bae tepina. Indit ka gunung,indit ka leuweung, indit
ka sisi sagara, ka sisi walungan. “Da horeng lalakon urang Sunda mah ayana lain
di kota,” kata Aan (hal 77).
Karena itu,
sekarang Aan bukan saja disebut pengarang atau jurnalis, tapi juga kerap
disebut "sejarawan Sunda buhun" sekalipun hasil-hasil
"penelitiannya" dianggap oleh sejarawan kampus sebagai dongeng
belaka. Tapi Aan sendiri, disebut begitu, tetap enjoy aja (pinjam istilah iklan
rokok).
Memang cukup menarik membaca biografi ini.
Selain dituturkan dengan bahasa Sunda sehari-hari, sehingga mudah dicerna oleh
mereka yang baru belajar bahasa Sunda sekalipun, biografi yang sebetulnya
"otobiografi" ini (karena ditulis oleh Aan sendiri sebagaimana
diungkapkan dalam pengantarnya, hal 3-5) mengupas cukup detil perjalanan hidup
Aan periode 1967 hingga 2011.
Dengan
menggelitik, di biografi itu diungkapkan bagaimana ketika masih duduk di kelas
dua SR (SD) di Cicadas, Bandung, Aan "jatuh cinta" kepada
gurunya, atau berusaha mencari cara agar bisa berdekatan dengan artis sandiwara
berusia 40 tahun tapi kalau sudah tampil dipanggung cantiknya luar biasa. Masa
remajanya juga sering patah hati karena cintanya kerap ditolak para gadis. Tapi
di balik semua itu, konsistensinya dalam berkarya tak terbantahkan, dan itu
berlangsung sejak usia sangat muda.
Biografi yang ditulis dengan gaya bercerita,
mirip novel, sehingga kita tidak jenus membacanya ini, juga dilengkapi dengan
komentar pengarang/penulis lain dan sejumlah mantan wartawan Galura yang pernah
mendapat asuhan dan binaannya ketika Aan menjadi redaktur surat kabar mingguan
tersebut.
Dari biografi ini kita dapat belajar bahwa
ketekunan dan semangat menjalani profesi tidaklah ditentukan besarnya upah
materi dari profesi itu sendiri. Tapi lebih ditentukan oleh keyakinan yang
dalam bahwa profesi itulah jalan hidup terbaik kita. Aan sendiri, sekalipun
telah menerbitkan puluhan buku, tetap hidup biasa-biasa saja. Bahkan
untuk kelangsungan penerbitan Ujung Galuh, Aan mengaku terpaksa menjual
mobil dan motornya. Sungguh sebuah kecintaan terhadap profesi, yang mungkin
saat ini sudah jarang kita temukan.
KARYA – KARYA AAN MERDEKA PERMANA
Buku-bukunya
dalam bahasa Sunda yang telah diterbitkan kebanyakan merupakan cerita untuk
anak-anak, di antaranya :
Tulisan
Aan dalam Bahasa Sunda, diantaranya :
·
Kedok
Tangkorek (1986)
·
Jalma nu Ngarudag Cinta (1986)
·
Andar-andar Stasion Banjar (1986)
·
Muru Tanah Harepan (1987)
·
Nyaba ka Leuweung Sancang (1990)
·
Tanah Angar di Sebambam (1987)
·
Paul di Pananjung, Paul di Batukaras (1996)
·
Si Bedegong (1999)
·
Silalatu Gunung Salak (6
episode, 1999—2001).
Tulisan
Aan dalam Bahasa Indonesia, di antaranya :
·
Anak
Laut Kembali ke Laut (1983)
·
Memburu Harta Karun Peninggalan Jepang (1986)
·
Menjelang Bandung Dibakar (1986)
·
Hijaunya
Pucuk Teh (1986),
·
Di Puncak Gunung Manglayang (1986)
Pada
tahun 2006, karya Aan yang diterbitkan yaitu kumpulan cerita pendek diantaranya
:
·
Keroncong ti Kutoarjo (cetak ulang)
·
Album Carpon
Karya-karya
Aan yang lain yaitu cerita sejarah, diantaranya :
LAPORAN HASIL WAWANCARA KELOMPOK 10
Di susun Oleh :
Muhammad Maulana Hakim (1155020065)
Aam Amelia adalah seorang sastrawan sunda yang lahir dan besar di
bandung sejak kecil. Beliau dari kecil sudah sangat antusias terhadap bahasa
sunda. Bakat menulisnya sudah terliaht dari beliau sejak kecil. Ketika kecil
pada umur 12 tahun beliau sudah pernah menerbitkan sebuah cerpen dan di
terbitkan oleh Koran Pikiran Rakyat yang berjudul “Ulang tahun” tapi karena
dulu masih banyak keterbatasan alat edia seperti foto dan yang lainnya. Jadi
sekarang tidak ada dokumentasinya.
Untuk bisa menulis beliau suka sekali membaca. Beliau berkata
“harus banyak baca’ apapun itu. Beliau tertarik kepada carpon sunda ketika
beliau suka membaca majalah mangle, dan lalangsari. Ketika umur 16 tahun beliau mengirimkan
carpon kedapa penerbit majalah sunda mangle dan Lalang sari karena ada
pergantian redaksi, karya beiau dimuat 3 tahun kemudian ketika beliau umur 19
tahun. Dan mendapat pujian dari berbagai pihak termasuk kepala majalah mangle
dan lalang sari, karena teknik menulis yang bagus sedangkan umurnya masih
sangat belia, dan pada saat itu semnagatnya kembali menggebu.
Dari
situ beliau dipanggil oleh pihak majalah mangle dijadikan sebagai redaktur
ketika umur 20 tahun.
1.
Tuliskan biografi mereka.
Aam
Amelia A Mustappa, lahir dan besar di bandung, riwayat pendidikan : SD Nilem,
SMPN 3 dan SMAN 1 Bandung, mahasiswa FHPM Unpad (tidak tamat). Riwayat
pekerjaan (1966-2009): redaksi majalah sunda mangle, manager penerbit buku PT.
granesia, dll.
Riwayat
organisasi: penggurus paguyuban pangarang sunda, ketua paguyuban sastrawati
sunda patrem, anggota ikatan pengulis wanita (WPI Jakarta), anggota penulis
Indonesia aksara (Jakarta), anggota himpunan mahasiswa bandung, dll.
Riwayat karir:
menjadi peserta latihan wartawan dijakarta, mengikuti pertemuan sastrawan
se-ASEAN di baguio, mamnila Filipina., kongres kebudayaan di Bukit Tingggi
Sumatra Barat, pertemuan jatidiri sastra daerah di Bojonegoro Jawa Timur, dll.
Meliputi masalah social dan keluarga berencana di Indonesia (jawa,bali,Sumatra,
Kalimantan, Sulawesi, aceh, dll), meliputi masalah sastra dan budaya ke
beberapa Negara di asia (Filipina, India, Singapura), meliputi masalah kesenian
dan budaya ke beberapa Negara di eropa (belanda, inggris, perancis, jerman, dan
Austria) .
2.
Karya yang telah dihasilkan.
Karya yang telalh dihasilkan berjumlah 27 judul buku antara lain
novel sunda (sanggeus halimun peuray yang diangkat menjadi film oleh DFN ,
samagaha, lalangse, buron, puputon, kembang-kembang anten, dll), cerita
detektif (seminar dan kalajengking), cerita fable (talaga malihwarni), novel
Indonesia (jago-jago bandung selatan, karena kasih sayangmu, diujung
baying-bayang, kutunggu di bukit bunga). Aam juga sudah menulis buku biiografi
dua orang tokoh seni, tati saleh (bintang panggung) dan euis komariah (daweung
Tineung), juga biografi seorang guru dan penulis buku pelajaran, Abdul Malik
Goba (menegnang Seratus Tahun), serta para tokoh dari dunia kedokteran, Prof dr
Sulaiman sastrawinata SpOG. K (sebuah perjalalnan panjang ), Prof. Dr. Sri
Hartini KS Kariadi dr SpPD KEMD (Hari-hari penuh arti) Prof. Dr. Ahmad Biben,
dr SpOG. K (Mensyukuri Nikmat), Prof. Dr. Gantira Nantadisastra dr SpM (Langkah
penuh makna). Prof. Dr. Rosye Rosita Oewen drg SpKGA (setangkai mawar), prof
tet Suparwadi, drg SpMB (pilar yang kokoh), Prof. Johan S masjhur SpPD-KEMD.
SpKN, (BAngo Butek Mencapai Asa), prof H. Tony. S Djayakusumah dr SpKK. FINSDV,
FAADV, (Sebening Air Fachry Ambia Tandjung dr SpB, Sp OT, M Phil Orth (Kado
untuk buya) dan tokoh pertanian Ir Insyaf Malik (Langkah Pasti Menuju Cita)
3.
Bagaimana proses kreatif dalam menulis ?
Banyak orang yang mengira bahwa dalam menulis untuk memnghasilkan
suatu karya satra itu harus berdiam diri di tempat sepi untuk mencari
inspirasi, tapi tidak dengan ibu AAm maelia ini, untuk menghasilkan suatu karya
sastra beliau justru sebaliknya yaitu dija tempat yang ramai. Beliau punya
prinsip yaitu “tidak boleh menulis pengalaman sendiri” dalam setiap karya
sastra yang dihasilkannya, karena itu akan membunuh daya khayal, imajinasi
kita. Beliau menulis seperti ini “misalnya ketika berjalan ke kantor bertemu
dengan sorang pengemis lalu beliau berkhalayal apa yang terjadi pada pengemis
tersebut”.
Dalam proses kreatif menulis beliau selalu melakukan observasi
terlebih dahulu, seperti contoh ketika beliau menulis sebuah novel sunda yang
berjudul “jaruji” yang mengisahkan tentang seorang yang berada dibalik sel
tahanan. Beliau observasi, masuk ke dalam penjara, memita izin kepada polisi
yang bertugas.
Selain
tidak menulis pengalaman sendiri beliau selalu membaca untuk menambah referensi
menulisnya.
4.
Bagaimana dalam gaya kepenulisan penulis sendiri ?
Dalam
menulis beliau sellau berprinsip.
1.
Informasi
2.
Mendidik
3.
Menghibur
Ketiga unsur
tersebut harus balance (seimbang). Bahasa dalam dialog beliau selalu
menggunakan bahasa yang dimengerti, kebnyakan beliau yang bercerita tentang
kritik sosial.
5.
Perkembangan bahasa sunda menurut penulis ?
Orang- orang selalu berkata apa sih
bahasa sunda? Tapi beliau membuktikannnya dengan karya-karya beliau dalam
sastra sunda. Beliau mnegikuti berbagai ajang kompetisi menulis carpon dan
beliau berhasil memenangkakn penghargaan 2 kali berturut-turut. Ketika akan di
adakannya pertemuan sastrawan di Indonesia di Jakarta beliau ditunjuk sebagai
perwakilan dari sastra sunda. Masuk kedalam lingkungan sastrawan yang notabane
nya dalam bahasa Indonesia beliau sama sekali tidak minder apalagi malu, karena
beliau suka membaca beliau sudah tahu apa dan bagaimana yang harus dilakukan,
ampai pada waktu itu beliau di jadikan ketua tim perumusan. Beliau berpesan
bahwa jangan aada kata minder harus berani Percaya dri, tapi dengan berani itu
kita harus mempunyai modal pengetahuan yaitu dengan membaca, apapun itu mau
baca novel, Koran ataupun buku pengetahuan. Berkat rasa percaya diri dan modal
penegetahuannya itu, beliau di utus menjadi delegasi salah satu peserta
pertemuan sastrawan se- ASEAn di Filipina. Ketika itu beliau membacakan sajak
sunda di hadapan para peserta, beliau menerjemahkan ke dalam bahasa Inggris dan
semuanya berdecak kagum.
6.
Bagaimana menjadi pengarang yang sukses ?
Modal
menjadi pengarang yang sukses yaitu :
·
Membaca
·
Tulisan yaitu belajar, berlatih cara menulis yang bagus
·
Memelihara moral, pikirkan apa akibat dari tulisan kita bagi
konsumen.
·
Memelihara bahasa, guankanlah bahasa yang bagus , komunikatif.
·
Dan jangan tinggalkan logika.
7.
Bagaimana belajar mengarang yang benar ?
Jika sudah mempunyai bakat maka kembangkan, tapi menulis itu tiddak
selalmanya harus dari yang punya bakat, asalkan mempunyai kemauan dan tekad
yang keras, untuk bisa menulis, dengan berlatih seperti latihan menulis diary,
cobalah dalam sebulan barlatih menulis diary itu melatih kita dalam merangkai
kalimat. Dan di akhir cobalah bandingkan dan evaluasi hasil tulisan kita. Dan
selanjutnya yaitu membaca buku sastra, mau itu sastra sunda atau sastra
Indonesia seperti layar terkembg, siti nurbaya, dibawah lindungan ka’bah.
8.
Apa motivasi penulis agar karya sastra dapat dimuat di media massa
?
“berbahagialah
orang yang menulis ia bisa mengeluarkan isi hati dan diterima masyarakat, bisa
menjadi motivator, menjadi informan, menjadi penghibur bahkan menjadi pendidik
lewat tulisan kita”
Jujurlah,
karena orang akan lebih menilai orang yang jujur dan orang yang jujur itu akan
dikenang seumur hisup seperti soekarno, bung hatta mereka adalah orang-orang
yang jujur dan selallu dikenang sepanjang hidup.
LAPORAN HASIL WAWANCARA
KELOMPOK 11
oleh
1.
Elih Ratna Suminar ( 1155020033
)
2.
Muna Badriah (
1155020067 )
A. Drs. Yayat Hendayana M. Si.
Bapak Yayat Hendayana lahir di Bandung, 7 Juni 1943 (73 Tahun). Pada
waktu SMA kelas XI, beliau sering mengikuti perlombaan baca Puisi, dan beliau
selalu mendapat juara. Karena setiap mengikuti perlombaan puisi, beliau selalu mendapatkan
juara. Akhirnya Panitia Perlombaan Puisi, menunjuk beliau menjadi juri untuk
perlombaan baca puisi. Itu dimaksudkan
agar beliau tidak menjadi peserta, melihat bahwa beliau selalu mendapat juara
dalam perlombaan puisi. Enam bulan pertama, beliau menjadi juri pendamping,
setelah itu akhirnya beliau menjadi juri penuh. Setelah membaca puisi orang
lain, akhirnya timbul di dalam hati beliau untuk membuat puisi.
Beliau pertama
kali menulis puisi tahun 1965 (22 Tahun). Sebelumnya beliau suka menulis puisi,
tapi hanya untuk kepentingan pribadinya saja. Mulai tahun 1965, barulah beliau
menulis puisi untuk dipublikasikan. Pak
Saini K.M. (Guru pak Yayat) merupakan pemimpin Redaksi Harian Pikiran Rakyat
Jurusan Sastra, jadi, setiap tulisan yang ia buat dan yang ingin dipublikasikan
beliau memberikan tulisannya itu kepada pak Saini K.M. Menurut beliau, pak
Saini K.M. adalah seorang Redaktor yang objektif. Jika tulisannya itu baik,
maka oleh Pak Saini akan dimuat, dan
sebaliknya, jika tulisan itu jelek, maka tidak akan dimuat. Walaupun penulisnya
merupakan orang dekat pak Saini. Motivasi beliau dalam menulis yakni beliau
ingin merubah kehidupan nasib perekonomiannya menjadi lebih baik, karena beliau
termasuk ke dalam masyarakat di bawah garis kemiskinan. Ibunya merupakan
penjual lotek dan ayah beliau telah meninggal. Pada waktu itu beliau sangat
rendah diri, apalagi jika berhadapan dengan perempuan (mati kutu). Karena
beliau sadar diri, melihat bahwa sangat sederhananya beliau (bukan apa-apa).
Salah satu upaya untuk menunjukkan eksistensi, seperti sekarang ini biasanya remaja-remaja
SMA uncul perasaan suka terhadap perempuan. Begitu juga dengan beliau. Beliau
pernah menaksir perempuan dikelasnya, tetapi perempuan itu tidak tahu. Beliau
kemidian berharap, jika tulisannya itu dibaca olehnya, ia mencoba menulis
dengan baik. Tapi, beliau tidak berani untuk mengungkapkannya. Nah, itulah yang
menjadi motivasi lain beliau, untuk beliau
menulis dengan baik. Beliau berkata bahwa, banyak motivasi untuk menulis.
Pertama kali beliau menulis puisi bahasa Sunda dalam bentuk buku
pada tahun1973. Judul buku tersebut adalah “Katiga” (Kemarau Panjang), kemudian
tahun 1975 ia pun menulis puisi lagi, akhirnya setelah itu, setiap dua tahun
beliau selalu menulis puisi. Terakhir beliau menulis puisi tahun 2005. Beliau
merasa aneh, karena buku-buku puisinya, sama sekali tidak ada unsur percintaan,
walaupun beliau yang menulisnya sendiri. Tapi beliau tidak sadar akan hal itu.
Akan tetapi, sajak-sajaknya pada umumnya yang tertuang di dalam puisi banyak mengandung
unsur pesimistis. Kemudian pada tahun 2000-an mulai beliau menulis puisi mengandung
unsur optimistis.
Kemudian setelah
SMA, beliau masuk di Akademi Teater dan Film itupun bantuan pak Saini, karena
pak Saini mengetahui bagaimana kondisi keuangan beliau. Jadi, beliau tidak perlu
mengeluarkan biaya untuk Akademi tersebut. Akademi itu non-negeri, kuliahnya
selama 4 tahun dan tidak berijazah. Kemudian, ia akhirnya mempunyai penghasilan
sendiri dari menulis puisi, artikel dan cerpen. Hasil dari menulisnya itu,
beliau tabung untuk membayar pendaftaran ke Universitas Padjajaran tahun 1973.
Pada tahun 1976 ketika beliau sedang mempersiapkan skripsi untuk sarjana Muda,
beliau kemudian ditawari beasiswa ke Jerman. Beliau berpikir, daripada beliau
susah-susah bayar kuliah ke Universitas Padjajaran, lebih baik beliau mengambil
beasiswa, dibayari orang lain. Beliau kuliah di International Institute For
Journalism, Berlin, Jerman selama 3 tahun. Selama beliau kuliah di Universitas
Padjajaran, beliau tidak pernah mengunjungi orangtuanya, karena orangtua beliau
tidak mengijinkan beliau kuliah, karena tidak mempunyai biaya. Pada waktu
beliau mendapatkan beasiswa, barulah beliau pulang menemui orangtua beliau,
untuk memberikan kabar bahagia itu. kemudian setelah mendengar kabar gembira
tersebut, orangtua beliau menangis haru mendengarnya. Beliau pun pamit.
Uang saku yang beliau
dapatkan dari beasiswa, sebagian diberikan kepada orangtua beliau, dan dari
beasiswa yang dikirimkannya, digunakan untuk merenovasi rumah oleh orangtuanya.
Dan sebagian lagi ia gunakan untuk keliling Eropa selama 1 tahun. Beliau
berkata, jika kita kuliah di Eropa dan berusaha untuk menghemat, pasti akan ada
lebihnya. Beliau hidup 50 % uang saku beasiswanya itu, dan itu sudah luarbiasa.
Jumat sore beliau selalu berkunjung ke luar negeri dan pulang Senin. Setiap
beliau berkunjung, beliau selalu mengirim tulisan ke Pikiran Rakyat, karena
pada waktu itu, beliau sudah bekerja di Pikiran Rakyat. Jadi, setelah beliau
pulang dari Eropa, beliau tinggal menerima uang dari hasil tulisan yang dikirimkan
ke Pikiran Rakyat. Uang yang terkumpul di kantor Pikiran Rakyat, oleh kantor
dibelikan mobil. Karena orang kantor berkata kepada beliau, mengingat beliau
selalu ke kantor dengan jalan kaki. Tadinya beliau tidak mau, tapi karena itu
demi kabaikan, akhirnya beliau setuju.
Jika kita bersedia hidup sederhana, kita bisa menyisihkan hanya
dari beasiswa kita. Ada teman beliau dari Malaysia, dan hidupnya sangat boros
sehingga ia pun sengsara, dan hanya bertahan di Jerman selama 1 tahun (tidak
kuat hidup di Eropa).
Beliau juga sering
ke luar kota, dan selalu menginap di masjid.
Beliau merupakan anggota pendiri Teater Perintis. Kronologi beliau
bisaikut menjadi anggota untuk mendirikan Teater Perintistersebut, karena
beliau suka baca-baca puisi, sehingga beliau diajak oleh pak Saini ke kelompok
Teater Teater Perintis atau Studiklub teater Bandung adalah sebuah grup tetaer
yang orientasinya ke Barat, naskahnya selalu naskah-naskah Barat. Motivasi didirikannya
grup itu, yakni ingin mencoba mencari atau mengumpulkan naskah-naskah dalam
negeri yang bagus, jadi dibuatlah “Teater Perintis”.
Dalam menulis, beliau tidak menggunakan teknik khusus, maupun
teori. Menurut beliau, jika tidak menggunakan teori, menulis akan lebih
leluasa. Dibandingkan dengan menggunakan teori. Karena jika kita menggunakan
teori, kita akan sering berhati-hati, dan tulisan kita akan garing.
Menurut beliau, emosi juga mendorong kita untuk menulis. Pada
dasarnya, ketika kita gembira, dorongan untuk menulis sangat kecil, berbeda
ketika kita sedang bersedih. Jika kita bersedih, banyak kata-kata atau
inspirasi yang mengalir di pikiran kita.
Pada latihan menulis pun, kita harus punya uraian. Biasanya uraian
itu lebih murni, lebih jujur. Belajarlah menulis, melalui buku harian, salah
satu langkah pertama latihan menulis. Mengangkat curhatan diri di buku harian
menjadi ide tulisan.
Pada saat menulis, beliau merasa tidak ada hambatan. Hambatan
memang ada, tapi karena asyik menulis, hambatan itu pun terlupakan. Menurut
beliau, dalam menulis sangat penting sekali yang namanya latihan. Di mulai dari
bangun pagi, kemudian sembahyang subuh, setelah itu, langsung menghadapkan
wajah kita ke mesin tik, dan tulislah kalimat, mau satu ataupu beberapa kalimat,
agar kita terbiasa, dan menjadi hobi atau kesenangan sendiri.
Motivasi :”Untuk generasi sekarang, banyaklah untuk menulis. Untuk
itu, seringlah untuk latihan menulis, karena tidak ada ruginya bagi kita. Dan jangan lupa tuliskan sesuatu yang menurut kita
menarik tentang masalah-masalah kehidupan, walau sekecil apapun tulis tersebut,
agar tidak lupa.
Semua hal adalah persoalan, begitu kita melangkah ke luar rumah,
semua yang kita hadapi di depan adalah persoalan. Selalu ada persoalan di dalam
hidup kita dan persoalan itu tidak perlu kita cari, karena mereka akan datang
sendiri.
Hiduplah sederhana, karena kesederhanaan menjadikan hidup
sejahtera. Dan hiduplah seperti laba-laba, yang selalu membuat banyak jaring di
mana-mana, untuk memudahkan kita meningkatkan banyak hasil dari proses kreatif
kita.
Kuncinya: latihan, dan mencatatkan persoalan-persoalan yang
dihadapi, segala sesuatu itu selalu menjadi bahan tulisan, dan menarik untuk
ditulis.
Beliau selalu ikut kejuaran dan selalu memperoleh penghargaan. Oleh
Lembaga Bahasa dan Sastra Arab (hanya untuk puisi Sunda) beliau mendapat
penghargaan, karena puisi beliau dinyatakan sebagai puisi terbaik, dengan judul
puisinya adalah “Kunaon Juragan Menduk”. Menceritakan tentang para pengemis
yang menengadahkan tangannya ke jendela-jendela mobil, dan adakalanya penghuni
mobil tersebut malah mencaci maki dan jijik kepada pengemis tersebut. Si
pengemis itu bertanya, kenapa sih harus marah, dan si anak ini sadar, diusianya
itu bukan ada di jalan tapi harusnya ada di sekolah. Tapi apa daya, dia tidak
bisa sekolah. Jadi itulah isi ceritanya. Beliau mengangkat tulisannya itu, dari
kehidupan sehari-hari.
Kemudian adajuga puisi beliau yang berjudul “Èméh Salamah Dikubur”.
Menceritakan seorang wanita yang bernama Èméh Salamah yang berasal dari
kampung, kemudian dipekerjakan, dan tidak tahu ternyata dia dipekerjakan
menjadi PSK. Orang yang membawanya itu, menyuruhnya untuk mengganti nama,
karena menurut orang tersebut namamnya itu kampungan. Akhirnya, ia pun
mengganti namanya menjadi Emi Silviani. Lambat. Lambat laun pengaruh perkotaan
merasuk dirinya dan merubah penampilannya. Ia melihat dirinya di cermin, ia
sedih karena ia tidak melihat Èméh di dirinya, tetapi ia hanya melihat Èmi yang
bekerja sebagai PSK.
LAPORAN HASIL WAWANCARA KELOMPOK 12
Disusun oleh:
Dewi Nurfitriana ( 1155020027
)
Elsa Halimatussadiah ( 1155020034
)
Hudzaifah Zaenal M ( 1155020046
)
Neng Nuraeni ( 1155020076
)
H. Us Tiarsa R.
H. Us Tiarsa R. adalah salah satu sastrawan sekaligus wartawan yang
dilahirkan di Bandung (tepatnya Kebon Kawung), tanggal 1 April 1943. Ia pernah
mengenyam pendidikan SD di Bandung (1949-1955), SMP Bag. A di Bandung
(1955-1958), SMA Bag. A di Bandung (1958-1961), Fakultas Sastra Universitas
Padjajaran (UNPAD) Jurusan Sastra Indonesia (1961), Sastra Sunda (1969),
Akademi Seni Tari Indonesia (ASTI) yang sekarang berganti nama menjadi ISBI,
Jurusan Teater (1978-1981). Ia juga pernah menempuh beberapa pendidikan Non
formal, diantaranya Pendidikan Pertanian Jurusan Tanaman Padi di Karawang
(1961-1963), Pendidikan Kewartaan Depen RI di Jakarta (1969), Workshop
Kewartawanan PWI di Jakarta (1970), Karya Latihan Wartawan di Bandung (1972),
dan Penataran P-4 Nasional di Jakarta (1973). Ia pernah mengajar di Fikom
Universitas Islam Nusantara (UNINUS), STIKOM, Pusdikhub AD, dan D3 Fikom UNPAD.
Pengalamannya dalam organisasi sangat luar biasa. Ia pernah menjadi
anggota Daya Mahasiswa Sunda, Pengasuh dan Pengurus Kujang Putra, Studi Grup
Budaya Sunda (SGBS), anggota Pendiri Paguyuban Panglawungan Sastra Sunda
(PPSS), anggota PWI, Ketua dan Pengurus PWI Cab. Jabar, Wakil Ketua BKKNI Jabar, Wakil Ketua Yayasan
Daya Budaya Pasundan, Pengurus Paguyuban Pasundan Dep. Seni dan Budaya, Sekretaris
PB Paguyuban Pasundan, Anggota dan Sekretaris Tim Independen Pemilihan Anggota
KPU Jabar, Penasehat Perkumpulan Penyuluh Kehutanan Jabar, Ketua Koalisi Mitra
Peduli Kependudukan (Milik) Jabar, Penasehat PWI Cabang Jabar, Ketua Umum
Lembaga Bahasa dan Sastra Sunda (LBSS). Bidang profesi yang ia tekuni juga
sangat banyak, diantaranya pernah menjadi Kepala Sub Wilayah Padi Setra di
Karawang (1961-1963), Redaktur SKM Kujang (1963-1965), Redpel Majalah Sunda
(1965-1968), Redpel Majalah Mangle (1968-1972), Redpel Majalah Gondewa
(1972-1975), Pemred Koran Galura (1975-2003), Redaktur dan Pembina Bahasa HU.
Pikiran Rakyat/Galura (2003-2005), dan Pemred/Penanggungjawab Bandung TV
(2005-Sekarang).
Yang tak kalah menarik dan hebat dari tokoh ini ialah kunjungannya ke luar Negeri. Beberapa Negara yang pernah
dikunjunginya adalah Taiwan dan Cina (1955), Beberapa kota Australia (1998),
dan Malaysia (2004) dalam rangka tugas Jurnalistik, serta Negara Eropa Barat
dan Singapura (1996) dalam rangka Seminar Percetakan Pers di Bonn. Semua
wilayah Jawa Barat pun hampir semuanya ia kunjungi. Bahasa, budaya, sosial
setiap wilayah sedikit banyaknya sudah ia ketahui.
Ia memiliki empat orang anak bernama Endah Windiarti Gumintang,
Kiki Muntangkara Gumilang, Ella Nilandari Gumati, dan Ummy Gumiwang dari
istrinya yang bernama Hj. Elsye Suhermin Us Tiarsa R. Ayahnya bernama O.
Yahyadipraja (alm.) lahir di Bandung, 22 Januari 1910, dan Ibunya Nyi Mas Ecoh
(alm.) lahir di Garut, 12 Maret 1901. Sekarang ia bertempat tinggal di Jl. Pikiran
Rakyat No. 15 Komplek Galih Pawarti Baleendah Kabupaten Bandung.
Ia mulai menulis sejak SMA
dan tulisannya dimuat di berbagai surat kabar. Ia menulis puisi, cerpen, cerita
anak-anak, artikel, featur, kolom tentang kebudayaan dan kependudukan di
Galura, Pikiran Rakyat, Kompas, dan lain-lain,
dalam bahasa Indonesia dan bahasa Sunda. Beberapa karyanya adalah cerita
wayang untuk anak-anak (sebanyak dua jilid) dalam bahasa Indonesia, buku
tentang Bandung yang berjudul “Basa Bandung Halimun”, kumpulan cerpen bahasa
Sunda yang berjudul “Halis Pasir”. Kumpulan cerpen “Halis Pasir ini”
diluncurkan di UIN Sunan Gunung Djati Bandung dan mendapat penghargaan
“Rancage” pada tahun 2011.
“Halis pasir adalah nama kampung imajiner. Dinamai Halis Pasir
karena disana ada sebuah bukit yang menyerupai alis seseorang. Didalamnya
menceritakan tentang seorang nenek yg bekerja sebagai pembuat genting dan bata
berdasarkan pengalaman batin.” Katanya.
Ia mengatakan bahwa: “menulis itu bagi saya sudah seperti makanan,
setiap hari harus makan dan setiap hari harus menulis. Meskipun kita hidup
sengasara, yang akan ditulis itu selalu ada. Apalagi dalam bidang jurnalistik
saya punya prinsip: ‘aib bagi seorang wartawan jika ia pulang tanpa berita’.
Ada ranting jatuh di pangandaran saja kita
harus tau.” Tegasnya.
Ia sempat menceritakan pula kisahnya ketika ia duduk di kelas 4 SD.
“Waktu itu di Kebon Kawung ada orang
Tasik berdatangan untuk sewa rumah, saya aneh, kebetulan ayah saya jadi RT, saya melihat banyak sekali data
orang-orang yang berdatangan kesini. Saya menulis surat ke Pikiran Rakyat untuk
melaporkan keanehan ini, ‘Banyak warga Ciawi berdatangan ke Kebon Kawung karena
mengungsi takut gerombolan DI/TII.’. Besoknya laporan saya dimuat, kemudian ada
salah satu wartawan yang mengatakan pada saya bahwa ‘adik seorang wartawan’.
Ketika itulah saya sudah mulai ada keinginan untuk membuat berita. Sejak itu
pulalah keinginan menjadi wartawan mulai tumbuh.” Tuturnya.
Karena ia mulai menulis sejak kelas 4 SD, maka ia juga mulai
membaca sejak kelas 4 SD. Sejak itu ia sudah menjadi anggota perpustakaan
bahasa Inggri British consul di jalan
riau. Ketika duduk di bangku SMP, ia sudah tertarik dengan sastra, dan membaca
buku-buku sastra. Ia memanfaatkan buku-buku perpustakaan untuk ia baca.
Ketika ditanyai perihal Bandung TV, ia berkata: “Bandung TV
didirikan bulan November 2004. Siaran perdana Bandung TV yaitu pada tanggal 3
Januari 2005, tanggal ini sekaligus dijadikan hari ulang tahun Bandung TV.
Bandung TV didirikan oleh sekelompok orang, tidak ada campur tangan Pemerintah,
dan benar-benar murni Swasta. Program utama yang ditayangkan di Bandung TV
adalah news (berita). Ada juga program hiburan seperti musik, Klip Parahyangan
misalnya. Bandung TV juga mencetak koran khusus tentang ekonomi yang bernama bisnis.com. Koran itu terbit setiap hari
Jumat, dan gratis diberikan kepada siapa saja.”
Tahun 1963 Us Tiarsa menjadi wartawan, dan pertama kali menjadi
wartawan di media massa berbahasa Sunda, di Kalawarta Kujang dan menjadi
redaktur serta pengasuh lembaran sastra disana. Pernah juga di Mangle, mendirikan beberapa majalah bahasa Sunda
seperti Gondewa dan Galura. Terakhir, di koran sunda Galura dan menjadi
pemimpin Redaksi disana. “Saya bertemu dengan Usman Supendi disana ketika ia
menjadi penulis dan reporter. Sejak tahun 1975-2005 saya di Pikiran Rakyat, dan
sejak tahun 2005-sekarang saya di Bandung TV sekaligus menjadi wartawan sejak
1963.” Ia bercerita.
Tahun 1963 juga, ia pernah
menjadi Pegawai Negeri di Karawang. Pada saat itu ia menulis puisi yang
berjudul “Tandang” ke Kalawarta Kujang, dan kemudian puisi itu dimuat. Setelah
puisi itu dimuat, ia diminta untuk datang dan berdiskusi disana. Pada akhirnya
ia diminta untuk jadi Pengasuh Sastra di Kujang, dan memutuskan berhenti
menjadi Pegawai Negeri di Karawang. Ia juga pernah menulis di majalah Tempo
Jakarta. Orang-orang Jakarta menyebutnya pedagang keliling karena setiap tulisannya ia kirimkan ke
berbagai majalah.
Ketika ditanyai perihal media, menurutnya media massa mengalami
pernubahan dari masa ke masa. Media massa sangat dipengaruhi oleh situasi
politik yang berada di tempat itu. “Misi
saya menulis adalah untuk memperbaiki keadaan. Jika seandainya kita tidak bisa
bergerak dengan fisik, maka bergeraklah dengan tulisan. Jika tidak bisa melalui
tindakan, maka melalui ucapan, jika masih tidak bisa melalui ucapan ya lewat
hati. Doa itulah harapan kita.” Begitu katanya
Ia berpesan pada generasi muda agar membiasakan diri untuk sering
membaca dan memperbanyak literasi, karena dari kebiasaan membaca, kita akan
terdorong untuk menulis. “Penulis yg baik itu tidak menulis hal yang kebetulan.
Ada sebuah proses yang membuat hasil tulisannya itu mempunyai nilai sastra,
yaitu dari hasil membaca dan latihan menulis itu.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar